Lathifa 41

32.3K 2.2K 31
                                    

"Kata orang, suhu panas tubuh manusia bisa dimanfaatkan untuk menghangatkan tubuh orang lain"

****

Lathifa bertekuk lutut di depan pintu rumahnya. Kepalanya terasa pusing. Semua yang ia tatap terasa berputar-putar. Tenggorokannya sakit. Oksigen juga sudah sulit untuk ia hirup. Sepertinya ia demam.

"To..long.." gumamnya sambil mengambil hp di saku gamishnya.

Lathifa menatap ke luar gerbang. Biasanya sebelum maghrib Arsyad sudah muncul dan ada di hadapannya. Tapi walaupun sekarang sudah selesai isya, Arsyad belum terlihat. "Lamaa.." gumamnya frustasi.

Lathifa berusaha bangkit dan masuk ke dalam. Ia mengunci pintu agar tidak ada orang atau pun maling yang menyusup masuk ke dalam. Belum sampai kakinya di tangga, tubuhnya sudah oleng ke belakang dan terjatuh tak sadarkan diri.

                                  ***

Di kantor, Arsyad menghembuskan nafasnya kuat. Ia tidak menyangka akan banyak sekali kertas-kertas yang harus ia tanda tangani. Dan saat ini ia baru sadar ia belum menghubungi Lathifa atau pun mengecek hpnnya. Tangannya terulur membuka hp dan menatap kaget layar hpnya.

30 panggilan tidak terjawab dari Lathifa.

Ini hal langka yang tidak biasa terjadi. Biasanya mau serumit apa pun masalah di rumah, Lathifa selalu me-miss call dirinya hanya sampai lima atau sepuluh kali. Tetapi kenapa kali ini beda?

"Arsyad, mau pulang sekarang?" Tanya Althaf tiba-tiba. Ia menatap kerutan di dahi anaknya itu.

"Iya Abi.. Arsyad di telfon Lathifa sampai tiga puluh kali.. Padahal biasanya cuma sampai lima atau sepuluh.. Dan tadi Arsyad lupa ngabari Lathifa kalau Arsyad pulang agak larut.." jawabnya sambil memakai jas hitamnya.

"Yasudah.. Hati-hati, telfon Abi kalau ada apa-apa.." Althaf menatap Arsyad yang sangat terburu-buru. Setalah Arsyad menyalim Althaf, ia berlari ke mobilnya. Selama kakinya melangkah, tak henti-hentinya ia mencoba untuk menghubungi Lathifa. Berharap Lathifa akan menjawab panggilannya.

"Sayangg.." gumamnya.

Secepat lari cheetah, Arsyad melajukan mobilnya diatas kecepatan rata-rata. Membiarkan oarang-orang memaki dirinya, memarahinya, ia tidak perduli. Pikirannya di penuhi oleh Lathifa. Yang biasanya ia sampai di rumah sampai satu jam, kali ini ia hanya perlu waktu setengah jam. Arsyad benar-benar di luar kendali.

"Sayang?!!" Serunya.

Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, ia langsung turun dan berlari ke pintu. Mengetuk, menggedor, bahkan sampai ingin mendobrak pintu itu. Untungnya, ia masih memiliki akal sehat untuk melakukan semuannya.

Tangannya merogoh tas kerjanya dan mencari kunci cadangan. Berhasil mendapatkannya, ia membuka kuncinya dengan sangat cepat. Masuk dan berlari ke ruangan tv. Arsyad teriak-teriak di dalam rumahnya seperti orang gila. Meletakkan tasnya di sofa begitu saja. Kakinya melangkah ingin ke kamar. Tapi semua itu ia urungkan saat menatap tubuh Lathifa yang tidak berdaya di dekat tangga.

"Ya Allah.. Zahra!"

Sadar dengan situasi saat ini, Arsyad langsung menggendong Lathifa ke kamar. Ia membuka hijab gadis itu dan mengikat rambutnya. Hasilnya lumayan. Cukup untuk membuat wajah Lathifa lebih cerah.

"Sayang? Heii.. Yang?" Arsyad berulang kali mencoba memanggil Latthifa. Hasilnya, ia hanya mendapatkan wajah pucat milik Lathifa telah di penuhi oleh keringat.

Tidak ada pilihan lain, Arsyad memilih untuk menghubungi teman Umminya. Namanya Almira. Teman Azrina masa SMA. Almira sudah sering datang ke rumah mereka dulu. Setelah Almira menyetujui permintaan Arsyad agar memeriksa Lathifa, Arsyad langsung mengganti bajunya dengan kaos santai. Serta mengganti celananya menjadi celana biasa jika ia di rumah.

"Sayang.. Bangun, nanti abang beliin paha ayam lagi.." Arsyad menggenggam tangan Lathifa erat. Matanya menutup. Perasaannya sangat tidak enak. Ia sangat khawatir dengan keadaan Lathifa.

Satu jam berlalu, akhirnya Almira sudah ada di depan rumah Arsyad. Dengan sigap, Arsyad langsung menuntun Almira ke kamar mereka dan menujuk tubuh Lathifa.

"Kenapa jauh sekali rumahnya? Tante sampai muter-muter.." Keluh Almira dengan wajah juteknya. Ia kesal setengah mati saat mengingat perjalanan kesini. Belum lagi karena jarak rumahnya kesini sangat butuh waktu dan bolak-balik melewati lampu merah.

"Kan udah ada google maps Tan.. Gampang nyarinya," Balas Arsyad dengan cepat.

Almira menangkap sinyal kekhawatiran yang berlebihan disini.  Ia menatap Lathifa dengan senyuman manisnya. Lalu Almira memeriksa dengan lembut dan hati-hati. "Istrimu ini hanya demam biasa kok, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ia hanya kecapekan dan kekurangan ion dalam tubuh. Banyak-banyak minum air putih dan sering-sering istirahat akan memulihkan keadaan awalnya." 

Arsyad masih khawatir. "Tapi kenapa sampai pingsan gitu Tan?" Arsyad yang kepo langsung menanyakan sesuatu.

"Dilihat dari ceritamu di telfon tadi, dia memiliki darah rendah. Sedikit saja sakit, ia pasti langsung oyong dan merasa dunia berputar-putar. Akhirnnya ia pingsan karena tidak tahan dengan rasa pusing yang kian menjalar di kepalanya. Sudah ini resepnya. Nanti beli di apotik terdekat. Tapi jangan tinggalkan dia sendirian. Bahaya,"

Arsyad mengangguk paham. Ia mengantarkan Almira ke depan rumahnya dan membalas lambaian tangan Almira. Lalu kembali dimana Lathifa berada.

"Yang bangun.. Udah malam.." Arsyad menyentuh jari-jari Lathifa lalu menciuminya. Wajahnya sudah tampak sangat lelah dan ia sangat ingin beristirahat, tetapi keadaan Lathifa saat ini tidak bisa ia sepelekan.

"engh.. Dingin.." gumam Lathifa di tidurnya. 

Arsyad mengambil kesempatan itu dengan membangunkan Lathifa. Ia berusaha membuat istrinya itu duduk dengan bersandarkan kepala kasur. Membuat Lathifa mau tak mau harus membuka matanya.

"Abang dingin.." 

"Makan dulu sedikit yaa.. Nanti sambung lagi.." Arsyad mengambilkan beberapa selimut yang lebih tebal dari lemari baju mereka.

Lathifa mengangguk pelan. Matanya sebentar membuka, sebentar lagi menutup. Menyadari hal itu, Arsyad dengan cepat mengambilkan nasi dan lauk untuk Lathifa. Hanya sedikit karena takut tidak habis.

"Buka mulutnya yang.." Pinta Arsyad dan Lathifa menurutinya.

Lathifa menggelengkan kepalanya pada Arsyad saat suapan ke empat. Arsyad meletakkan piringnya di atas nakas. Seperti perkiraannya. Nasinya pas,  hanya tinggal sesuap saja dan itu sudah ia makan. Setelah itu ia kembali tidur dan Arsyad pergi mandi. Rasa gerah telah menjalar di tubuhnya.

Dua puluh menit Arsyad habiskan di kamar mandi. Ia sekarang ingin melaksanakan sholat isya yang tadi sempat tertunda. Tidak perlu waktu yang lama untuk melakukan sholat wajib. Itulah yang membuat Arsyad dan keluarganya semangat melakukan sholat. Bagi mereka jika berjam-jam saja bisa mereka habiskan untuk hal lain yang belum tentu berguna di akhirat nanti apalagi sholat yang bahkan tidak sampai 7 sampai 8 menit sudah selesai dan itu sudah terjamin kegunaanya di akhirat? Itulah kalimat yang selalu diingat oleh keluarga Abrisam dan keluarga besar mereka.

Arsyad membuka kaos bajunya. Bisa dibilang Arsyad saat ini sedang half naked dan itu ia lakukan untuk menghangatkan tubuh Lathifa. Kalau kata orang banyak, suhu panas manusia bisa dimanfaatkan untuk menghangatkan suhu tubuh orang lain. Dan saat ini ia ingin melakukan hal itu.

"Yang, sini Abang peluk.." Arsyad merentangkan tangannya. Lathifa yang sudah sangat lemah hanya bisa patuh. Ia memeluk tubuh Arsyad yang terasa sangat hangat. Dengan nyaman ia menyandarkan kepalanya di dada bidang Arsyad.

"Syafakillah sayangku.."

Arsyad mencium kening Lathifa sebelum menutup matanya. Ia tersenyum dan mempererat pelukannya. Tidak ada kata longgar apalagi kendur. Ini pengalaman pertama Arsyad merawat Lathifa saat sedang sakit. Jadi untuk saat ini hanya ini yang ia bisa lakukan. Dan kalau bisa, besok ia akan minta izin pada Althaf untuk tidak datang ke kantor dulu. Ia ingin menjaga Lathifa dan meringankan beban Lathifa.

********************

Bahagia dong kalau hari ini upnya double..
Jangan lupa beri vote dan komen ya..
Sampai jumpa di part berikutnya,
Terima kasihhh 💕💕💕

Lathifa [END]Where stories live. Discover now