What to Sacrifice

428 61 6
                                    


Transaksi anda telah berhasil.

June mengambil struk saldo, kemudian mencabut kartu atm nya dari mesin itu. ia kemudian membuka ponselnya sambil melangkah keluar.

June meletakan ponsel hitamnya di telinganya. menunggu seseorang di sebrang sana mengangkatnya. suara kebisingan jalan sekarang terganti dengan suara sambungan telfon. sesekali ia memejamkan matanya, siang ini sangat terik.

"ha"

suara manis dengan nada jutek itu akhirnya terdengar.

"lo dimana?"

"di rumah. why?"

"nanti sorean temenin gua nonton si chanu, gue udah ada tiket. gaada penolakan"

"ih enak aja lo! gamau ah gue mau tidur aja sampe sore, capek gua!"

"heh! dasar cewek gatau diri! inget ya lo minggu kemaren lo maksa-maksa gua ikut ke acara nya temen lo itu, siapa namanya? asli? asle? angsle?"

"ck! ashley bodo! iye iyee gua ikut. cepetan pulang dulu gue agak pusing, nitip obat ya babe"

"gua gabisa pulang, abis ini mau ke sorum ibob bentar. ntar ketemuan di cafe biasa aja, lo gua bayarin ojek deh"

"eek ya lo jun! udah maksa-maksa, suruh ngojek sendiri lagi"

"yaela rose, lagian gue yang bayarin!"

"ya tap-"

June buru-buru mematikan sambungan telfonya. malas mendengarkan omelan cerewet gadis bersurai merah itu. Ia kemudian berniat mencari kontak Bobby,

namun jarinya tidak kunjung bergerak menekan tombol dial. sesuatu terlintas di pikiranya

Rose pusing?

Tiba-tiba ingatanya kembali ke 1 minggu yang lalu. saat itu ia menjemput Rose di club Lisa. Rose tidak terlalu mabuk. June juga bahkan sama sekali tidak mabuk. tapi sebagai kegiatan rutin, mereka malam itu melakukanya. tapi,

lah anjing gue gapake kondom kemaren

June panik, jarinya segera menekan tombol dial untuk Rose, tapi tak kunjung diangkat. ia kemudian membuka aplikasi Line lalu membuka roomchat dengan display nama " fav' bitch 🍑"

Line

Fav' bitch 🍑

11.32

Rose?
p
p
p
p
my bitch
roseanne?

11.36
Rose lu sakit?
Rose?
lu pusing gimana sih?
rose, gue bener2 belum bisa pulang nih
ochi?

Jari June terdiam beberapa saat. Dengan ragu, ia mengetikan kalimat selanjutnya

11.40
gua nyimpen testpack di lemari dapur atas
jaga-jaga aja
ambil satu
kalo ada apa2 telfon gue langsung


June men-lock ponselnya. takut-takut pikiran buruk yang mulai datang. ia menghela nafas panjang. dalam hati mengucapkan doa tipis-tipis.

Bukanya June takut bertanggung jawab apabila Rose hamil. Tapi hanya satu yang ada di pikiranya saat ini. Hidup gadis itu. Lama tinggal denganya membuat June mengerti seluk beluk kehidupan seorang Roseanne Park.

AND JULYHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin