18 | Rencana Yang Sama

4K 295 9
                                    

Saat malam datang tanpa hadirnya bintang,
Kau datang berikanku cahaya...

Saat angin semilir tak menyejukkan hatiku,
Kau hadir membawa kesejukan lewat senyummu...

Izinkan hasratku bersandar dihatimu
Agar rasa ini bisa memberi kehangatan dihatimu...

—your chairmate, A.

Diandra mendengus geli, menatap malas lembaran di buku tulisnya. Ia merobek lembaran itu lalu membuangnya ke tempat sampah kecil di samping meja belajar.

Diandra mengambil sebuah ikat rambut, lalu mengucir rambutnya asal. Lalu menyembunyikan kepalanya diantara lipatan tangan di meja.

Hening.

Suara detik jam mengisi ruangan itu. Tidak ada yang berbicara.

Gelap.

Lampu meja belajar menjadi sumber penerangan di ruangan itu selain sinar rembulan yang masuk melalui celah-celah gorden.

Diandra bosan dan kantuk tidak mendatanginya.

Hidup sendiri memang membosankan. Terkadang Diandra ingin hidup normal seperti anak remaja lainnya. Mempunyai banyak teman, ada yang membangunkannya setiap pagi, sarapan bersama, dan lain-lain.

Tapi takdir tidak berpihak padanya. Mungkin belum. Diandra belum menemukan kebahagiaannya. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, bukan?

Diandra menyalakan lampu kamarnya, melihat jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam.

Diandra hendak bersiap tidur, tapi dering ponselnya mengundurkan niatnya.

Tante Sella is calling...

Tumben. Diandra menekan tombol hijau.

"Halo?"

"Halo, Ra? Ini Tante. Ini Diandra bukan?"

Kening Diandra berkerut. "Iya,"

"Syukurlah! Tante kira kamu belum tidur..."

"Kenapa, Tan?"

"Aduh maaf ya, Ra. Tante belum bisa ke Jakarta lagi, soalnya di Bandung masih ada urusan. Apalagi Om Herman lagi super sibuk kerja, jadi Tante belum bisa kesana,"

Diandra meng–iya–kan menngerti. Karena Tantenya itu yang mengurus Diandra sejak keluar dari panti, sembilan tahun yang lalu. Jadi sebagai ponakan yang baik, seharusnya ia tidak menuntut apa-apa bukan?

"Gini, kamu bisa jemput Figo di kafe Alaska? Soalnya dia lupa jalan ke rumah..."

Figo itu anak semata wayang Sella yang tinggal di Bandung, otomatis sepupunya Diandra.

"Loh kok bisa nyasar sampe sini?"

"Aduh bukan gitu! Jadi si Sella itu mau coba daftar kedokteran UI besok—"

"Jadi dia mau nginep gitu?" tebak Diandra.

"Nah! Seratus buat kamu. Tolong jemput Figo ya? Dia bawa mobil kok,"

REINARAWhere stories live. Discover now