29 | Doo-Fun!

2.8K 235 89
                                    

Bukannya berlebihan.
Hanya saja aku tidak mau jika harus berbagi hal yang aku sukai, contohnya senyuman kamu.

PERMAINAN halilintar cukup membuat Diandra berteriak, Alvin pun begitu tetapi tidak seheboh Diandra. Sebelumnya ia berjanji pada diri sendiri untuk tidak menjatuhkan harga dirinya dengan menerima tantangan Alvin menaiki wahana terkutuk ini, namun ini di luar ekspetasinya. Wahana ini sangat menguji adrenalin, Diandra teriak sambil mencengkram erat besi di depan mereka, sampai Alvin khawatir kalau-kalau satu pembuluh darah Diandra terputus. Ketika permainan itu selesai, mereka kompak terengah-engah. Diandra kehabisan napas karena teriak, sementara Alvin menahan tawa. Siapa sangka gadis es ini takut ketinggian?

Alvin tidak sanggup lagi menahan tawa saat mereka menaiki tornado, teriakan dan wajah pucat Diandra... rasanya ingin sekali ia mengabadikan moment itu, menjadikan kelemahan Diandra sebagai bahan ancaman kalau-kalau gadis itu bersikap menyebalkan.

Hampir semua wahana mereka naiki sampai matahari mulai redup. Diandra duduk di salah satu bangku taman. Ia masih mengatur napas dan menenangkan dirinya. Tubuhnya menjadi lemas sekali. Alvin benar-benar ingin membuat Diandra terkena serangan jantung.

"Nih." Sebotol air mineral dingin menempel di pipi Diandra. Diandra mendongak melihat si pelaku lalu mengambil botol itu dengan sedikit kasar. Diandra masih kesal.

"You good?" Alvin duduk di sebelah Diandra. Kali ini tidak ada raut jahil di wajahnya.

Seketika Diandra menjadi pendiam. Ya, walaupun kenyataannya memang begitu. Tapi beberapa menit yang lalu, Diandra menjadi orang yang sangat cerewet menurut Alvin. Mulai dari meneriaki Alvin karena cowok itu terus memaksanya menaiki wahana ekstrem, alhasil Alvin menjadi bahan pukulan dan cubitan Diandra. Setidaknya bagi Alvin, ia berhasil membuat Diandra keluar dari pertahanannya, walaupun sebenarnya Diandra masih kaku dan dingin. Namun Alvin akan berusaha membuat es itu mencair.

Diandra menenggak habis minumannya. Kemudian ia meremas botol itu dan membuangnya asal.

"Diandra—"

"Apa sih, kenapa?!" Diandra jadi kesal sendiri, sampai ia membentak Alvin. Memang dari awal itu salah Alvin yang membuat Diandra kesal, mungkin saat ini murka. Alvin sengaja melakukan hal itu agar Diandra mau melepas pertahanannya.

"Sensi banget sih lo, lagi pms?"

Diandra malas menjawab. Ia melenggang dari hadapan cowok itu menuju sebuah pohon dan duduk di bawahnya. Alvin menyusul beberapa detik kemudian.

"Maaf." Kata Alvin begitu duduk di sebelah Diandra.

Diandra hendak membuka bibir tetapi ia urungkan.

"Lo pasti capek ya?" Alvin menoleh, tatapan mereka bertemu tetapi Diandra buru-buru menatap hal lain asal bukan Alvin. "Sejujurnya gue memang ada niat ngajak lo ke sini. Gue pengen ngelihat sisi dari diri lo yang lain dan terbukti, lo mengeskpresikan diri lo yang lain hari ini. Ketawa, teriak, marah-marah, terus mukulin gue." Alvin menjeda kalimatnya dan terkekeh, ia menyisir rambut ke belakang. "Menurut gue itu kayak fosil, hal langka yang baru aja gue berhasil temuin."

Gelenyar aneh bergejolak di ulu hati Diandra. Rasanya panas ditambah lagi perkataan Alvin membuat jantungnya berdegup. Astaga, apakah ia baru saja salah tingkah?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REINARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang