Latte 5

205 34 18
                                    

Empat hari setelah makan malam itu, Tasya belum masuk sekolah. Biasa, Tasya ada pemotretan di luar kota.

"Maaaah, Tasya pulang," tak biasanya seperti ini. Biasanya, ketika tasya pulang Rima langsung menyambut kedatangan Tasya. "mama kemana sih," Tasya mencari Rima ke dapur, namun tidak ada. Ke kamarnya pun tidak ada. Tasya pergi ke taman belakang rumahnya, dan betapa terkejutnya Tasya ketika melihat Rima tertidur dengan wajah yang memar dan berdarah.

"Mamaa!" Tasya menangis, dengan cepat ia menelpon Ragi meminta pertolongan. Karena Tasya tidak mungkin Tasya menelpon Dana, Tasya sangat tau jika ini semua adalah perbuatannya.

....
"Ragii, kamu dimana? Bisa kerumah aku sekarang juga?"
....
"Ntar aku jelasin, sekarang kamu cepetan kesini,"
....
"Oke, makasih Ragi. Hati-hati dijalannya."

Telepon ditutup. Tasya masih menangis sambil memeluk Rima. Setelah lima menit, Ragi pun datang dengan tergesa-gesa.

"Tasya kamu kenapa? Astaga! Mama kamu.. kita harus bawa Mama kamu ke rumah sakit sekarang," Ragi langsung menggendong Rima kedalam mobilnya. Dengan cepat mereka menuju rumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit, Rima langsung ditangani dokter. Tasya tak henti-hentinya menangis. Ragi mendekat dan mengusap bahu Tasya. Ragi  sangat tau keadaan keluarga Tasya. Tentang perselingkuhan Dana, dan segala bentuk kekerasannya.

"Tasya, kamu jangan sedih ya, ada aku. Mama kamu baik-baik aja. Gak bakal kenapa-napa,"

"Ragi, aku takut," Tasya memeluk Ragi dan tangisnya pun semakin menjadi.

"Shhh kamu kuat, kamu bisa," andai Tasya tau, bukan hanya dia yang terluka, namun ada luka lain yang sedang memeluk luka yang ia rasakan. Dia adalah Rahagi. Pelindung sekaligus tempat Tasya bergantung. Ragi sakit ketika melihat Tasya sakit, Ragi bahagia ketika Tasya bahagia. Namun Ragi juga terluka ketika Sammi menjadi alasan Tasya bahagia.
Tak lama, dokter keluar dari ruangannya. Tasya langsung mencecar dokter dengan berbagai pertanyaan.

"Gimana keadaan Mama saya dok? Apa dia baik-baik saja? Apa lukanya tidak parah? Apa sekarang sudah siuman?"

"Anda tenang saja, mama anda baik-baik saja. Lukanya pun tidak terlalu parah. Sebentar lagi juga siuman. Sekarang anda bisa mengurus administrasi nya terlebih dahulu,"

"Bisa kami kedalam dok?" Tanya Ragi.

"Iya, boleh mas silahkan."

"Baik, terima kasih dok," Tasya dan Ragi langsung masuk kedalam kamar rawat Rima. Tasya duduk disamping Rima sambil menangis.

"Tasya, aku ngurusin administrasi nya dulu ya, kamu disini aja temeni Mama," kata Ragi lembut. Setelah Tasya menyetujui, Ragi langsung keluar dari kamar rawat Rima.

Karena Ragi tau bahwa Tasya baru pulang dari luar kota, Ragi mampir dulu ke kantin rumah sakit untuk membeli makanan untuk Tasya. Ragi tau, Tasya pasti lapar.

Firman : Tasya. Saya didepan rumah kamu. Saya membawa materi yang telas tersampaikan selama kamu gak masuk sekolah

Dengan cepat Tasya membalas

Tasya : maaf pak, saya sedang tidak ada dirumah

Firman : baik, saya tunggu kamu

Tasya pun tidak membalas pesan terakhir dari Firman. Ia langsung menonaktifkan handphonenya. Tak lama setelah itu, Ragi datang membawa dua porsi nasi goreng beserta air mineral. Ragi langsung duduk di sofa tak jauh dari ranjang Rima.

"Sini, Nih makan dulu, aku tau kamu pasti lapa.r" Ragi membuka bungkus nasi goreng. Tasya menghampiri Ragi dan duduk disebelahnya.

"Aku gak laper Gi," bersandar disofa

"Kamu harus makan, mau aku suapin?" Tanya Ragi menggoda.

"Ishh apaan sih,"

"Mau makan sendiri apa aku yang suapin?"

"Makan sendiri deh," Tasya mengambil nasi gorengnya dan melahapnya tanpa nafsu. Tiba-tiba terlintas Sam di benaknya 'Kenapa aku tadi malah nelpon Ragi, bukannya Sam ya? Sam belum ada ngabarin lagi, gue ngerasa makin jauh sama Sam'
Makanan Ragi sudah habis, ia melirik Tasya dan mengusap kepalanya. "Hey, kenapa malah ngelamun, makan yang bener." Tasya melirik Ragi sekilas lalu tersenyum.

"Udah kenyang ko." Tasya menyimpanakanannya dimeja. Ragi mengulurkan air mineral dan Tasya langsung meminumnya.

MatchalatteWhere stories live. Discover now