1.

28.2K 1.1K 56
                                    

Assalamualaikum,
Saya datang membawa ff berantakan ini.Maaf banyak typo bertebaran dimana mana.Mohon makhlumi pemula abal abal ini.Semoga suka dan

Happy reading😊

~•~

"Jadi kamu nolak aku?memang kenapa?apa aku kurang sempurna untukmu?"Pria bersurai coklat tua itu masih tak percaya akan ucapan gadis yang tengah berdiri dihadapannya.
"Kamu memang tidak sempurna begitupun dengan aku.Tapi kamu itu terlalu indah bahkan untuk aku impikan.Tanganku tak akan pernah sampai meraih bintang.Aku hanya bisa melihatnya saja dari tempatku.Kamu sadar kan akan hal itu.Kamu itu terlalu terang dan tinggi untuk ku."Terang gadis dihadapnya dengan nada suara yang ditegarkan.
"Aku tidak peduli.Bukankah katamu kita didunia ini semuanya sama saja.Aku tetap ingin bersamamu."Pria itu tetap keukeuh.
"Memang.Tapi diluar sana bahkan ada jutaan gadis yang mencintaimu dan menanti mu.Tapi kenapa harus aku?kenapa aku yang harus kamu kejar?"Sebulir bening merembes begitu saja.
"Karena hanya kamu yang aku cinta."Jawabnya.
"Tapi apa kamu tidak sadar cintamu itu begitu menyakitkan untukku bahkan untuk kita.Memang cintamu itu dapat terbalaskan olehku.Karena ku akui aku juga telah jatuh hati padamu.Tapi tetap saja salibmu dan tasbihku tak akan pernah jadi satu.Dan apalagi yang lebih menyakitkan dari cinta ini selain perbedaan ini?"Airmata masih saja jatuh dari kedua netra sang gadis .Sementara pria dihadapannya terdiam mendengar alasan sebenarnya dari penolakan yang ia terima.
"Aku tak memintamu untuk berubah seiman denganku.Aku tahu itu berat bagimu.Tapi aku tak bisa meninggalkan apa yang telah mendarah daging dalam diriku demi memperjuangkan cinta ini.Jadi, mungkin ini adalah yang terbaik untuk kita.Berjalan pada jalan kita masing masing.Assalamualaikum."Gadis itu berbalik sembari mengusut sesuatu yang keluar dari matanya lalu beranjak pergi menyeret kopernya.Meninggalkan sang pria termangu di tengah keramaian airport.
"ZAAAIINNNNN"

~•~

'DEG'

Zain terlonjak dari tidurnya dan segera mengusap wajahnya yang sedikit basah karena keringat."Astagfirullah.Kenapa mimpi ini terasa begitu nyata?"Monolog Zain masih tak percaya atas apa yang baru ia alami.Ia memimpikan seseorang yang bahkan tak ia kenal.Dan lebih parahnya dalam mimpi itu ia mencintai pria asing itu.Zain melirik jam diatas nakas.Pukul 3 pagi.Masih ada waktu untuk sholat tahajjud.
Setelah menetralkan deru jantungnya yang sempat berantakan karena mimpi anehnya,Zain beranjak turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.Lantas melaksanakan sholat malam.

Matahari telah sepenuhnya menampakkan diri.Zain tengah membetulkan kerudung hijau toscanya di depan cermin.Seperti biasa,ia harus rapi sebelum berangkat bekerja.Dirasa sudah rapi,kaki ramping nya segera melesat menuju dapur dimana ibunya tengah menyiapkan menu untuk sarapan."Bu,Zain pamit dulu."Zain meraih tangan kanan ibunya dan menciumnya lembut.
"Kamu tidak sarapan dulu nak?"Tanya Ibu Zain yang dibalas gelengan kecil.
"Enggak,bu.Takut telat,nggak enak juga sama bu Arni"terang Zain lembut.
" Yaudah,Hati hati di jalan ya nak.Jangan lupa bekalnya dibawa."Zain mengangguk lantas memasukkan kotak bekal kedalam tas berukuran tak terlalu besar yang ia bawa."Kakak berangkat kerja dulu ya,Sya."Zain sedikit mengelus kepala Syarla,adiknya yang masih duduk dikelas 3 SMP.Dan dibalas anggukan kecil dari Syarla yang tengah duduk menghabiskan sarapannya.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"Jawab sang ibu dan Syarla bersamaan.

Ditatapnya penuh haru punggung Zain yang lenyap dibalik pintu oleh sang ibu.Beruntung.Ia sangat beruntung memiliki Zain.Gadis itu sangat baik.Ia menolak untuk melanjutkan kuliah dan memilih bekerja agar bisa membantu perekonomian keluarga.Ibu Zain mendesaknya untuk tetap kuliah namun Zain keukeuh pada pilihannya.Zain tak mau membebani ibunya.Ibunya sudah cukup repot membiayai sekolah Syarla dan Zain tidak mau semakin merepotkan nya.Apalagi semenjak sang ayah wafat lima tahun lalu.Ibunya harus bekerja keras.Sendirian.Untuk membiayai kehidupan mereka bertiga.Tak jarang ia lembur menjahit sampai malam sampai memiliki kantung hitam dibawah matanya.Dan setelah Zain lulus SMA ia membantu menunjang biaya hidup ketiganya dengan bekerja sebagai pelayan disebuah cafe.Ya karena menurut Zain tanpa kuliah bukan berarti ia tak bisa sukses.Selama ada tawakal dan ikhtiar pasti allah memberikan keberhasilan.

~•~

Zain selesai mengantar pesanan meja nomor 4 sebelum seorang gadis mengguncang tubuhnya kegirangan.Dan tentu saja itu mengundang pandangan para pengunjung cafe tertuju padanya.
"Kamu kenapa Dira?Seneng banget hari ini."Zain ikut tersenyum melihat gadis berambut bob sebahu dihadapannya tertawa girang.
"Kakak tahu nggak."Dira sengaja menggantung kalimatnya masih saja loncat loncat kecil dihadapan Zain."Tau apa sih ,Dir?"Zain masih mempertahankan senyumnya meski raut bingung cukup ketara diwajahnya." Ayah dan Ibu kasih aku hadiah tiket penerbangan ke Korea selatan karena bulan lalu aku masuk ke UI.Asyik banget,aku bisa ketemu sama bias aku.Kakak siap siap ya,minggu depan pemberangkatannya.Di korea sedang musim gugur.Pasti indah banget"

Dira nyengir sementara Zain mengernyit lalu terkekeh pelan."Kamu ada ada aja Dir.Yang dapat hadiah liburan ke korea itu kamu kenapa kakak ikutan siap siap?"
"Karena aku bakal berangkat ke Korea bareng kakak."Jawab Dira dengan polosnya.Dan Zain,jangan tanya soal dia.Gadis itu sungguh shock dengan matanya yang melebar."Dira kamu jangan main main.Tiket ke Korea itu nggak murah.Kakak diijinin kerja disini saja sudah bersyukur.Apalagi ibu kamu baik banget sama kakak.Kakak jadi nggak enak sama orang tua kamu."
Dira memutar bola matanya malas."Kak Zain lupa.Setiap aku kesusahan sama soal pelajaran kak Zain yang bantu aku.Sampai aku UN bahkan tes masuk UI kakak yang bantu aku belajar.Bahkan kak Zain bersedia jadi teman curhatku.Dengerin semua ocehanku.Lagian ayah dan ibu nggak apa apa kok beliin kakak tiket ke Korea.Malah mereka seneng,Kakak bisa nemenin aku.Ayah sibuk sama bisnis dan ibu lagi nengok cafe yang ada di Surabaya jadi nggak bisa ikut ke korea.Kakak juga udah kerja dengan baik di cafe kami.Jadi anggap saja ini hadiah atas kerja kakak yang bagus dan juga bantuan kakak ke aku selama ini.Please kakak ikut ya.Biar aku ada temen.Kakak nggak kasian sama aku.Aku udah jadi fangirl sejak awal SMA dan baru sekarang bisa ke korea.Kakak tega ngebiarin aku ke korea sendiri?"Raut Dira memuram.

~•~

Zain kasihan melihatnya.Mengingat bagaimana perjuangan Dira untuk bisa mencapai mimpinya pergi ke korea.Orang tua Dira memang kaya raya.Tapi mereka mendidik Dira untuk berusaha sebelum mendapatkan apa yang ia mau.Dan orang tua Dira membuat perjanjian akan membelikan Dira tiket ke Korea kalau Dira bisa masuk ke UI.Dan reader tahukan beratnya untuk bisa masuk ke UI.Oleh karena itu Dira belajar sangat keras agar lulus dengan NEM yang baik sehingga ia bisa masuk UI dan mendapatkan tiket menuju Korea.Dan dibalik keberhasilan Dira ada Zain yang membantunya belajar selama kurang lebih tiga tahun.Zain selalu meluangkan sedikit waktu disela sela pekerjaannya sebagai pelayan di kafe milik keluarga Dira.Dan karena kebaikan hati Zain tersebut,Dira meminta tiket double pada kedua orang tuanya untuk diberikan salah satunya pada Zain.Dan tentu saja orang tua Dira tidak menolak.Mereka juga ingin balas budi pada Zain yang telah bersedia menjadi pembimbing untuk Dira serta menjadi teman Dira saat mereka berdua sibuk.Namun Zain tetaplah Zain,ia selalu tak ingin merepotkan orang lain.Ia memang kasihan pada Dira,tapi tak kuasa untuk menerima sesuatu yang bahkan terlalu jauh dari ekspektasinya selama ini.

Baru saja Zain ingin berbicara namun harus kembali terdiam saat Dira menyelanya."Udahlah kak.Aku nggak nerima penolakan.Pokoknya minggu depan kita ke Korea.Kalau bisa Kakak belajar bahasa korea ya.Jangan lupa bawa baju tebal kak,disana sangat dingin.Bye kak Zain."Dira melenggang keluar dari cafe meninggalkan Zain yang masih termangu didalam sana.

'Korea ya?'batin Zain masih tak percaya.

Imam Dari Negri Para OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang