21.

4.7K 305 12
                                    


       Yang ada hanya keheningan menemani setiap langkah Zain dan Irham.Perintah kedua orang tua mereka sungguh telah menghantarkan kecanggungan yang teramat nyata.Yah kedua orang tua mereka menyuruh untuk keluar berdua sekedar bernostalgia tentang kenangan hari lalu serta agar keduanya saling mengakrabkan diri seperti sebelumnya.Namun keakraban itu mungkin akan menjadi angan yang akan sukar terjadi.Karena sekarang keduanya bukankah seorang anak kecil yang dengan mudah menjalin sebuah kedekatan seperti dahulu.Setelah dua belas tahun tak bertatap wajah dan tiba tiba saja bertemu kembali ketika sudah dewasa bukankah sesuatu yang euh....sangat sulit dijelaskan.Yang jelas semua akan terasa asing dang sangat canggung.
Zain menuruti langkah Irham menyusuri sebuah taman.Tiada yang membuka perbincangan apapun baik Zain maupun Irham.Keduanya hanya diam.Jika Irham berjalan dengan diam seraya melihat keseliling taman yang sedang ramai,berbeda dengan Zain.Gadis itu berjalan seraya mencuri pandang pada pria disampingnya.Zain tak tahu mengapa melakukan itu,tapi ia masih penasaran pada sosok Irham.
"Jangan melihatku seperti itu.Aku terkesan seperti psycopat yang membawa kabur anak anak."Irham menghentikan jalannya menengok kearah Zain yang langsung menundukkan kepalanya.
"Maaf."Lirihnya masih menunduk.Persis seperti anak kecil dan terlihat begitu menggemaskan untuk Irham hingga tak mengalihkan pandangannya dengan senyum yang terkembang.
"Apa aku begitu menakutkan untukmu?"
Zain menggeleng cepat.
"Tidak.Hanya saja aku masih tak percaya saja bahwa kau adalah Irham."Jawaban yang terlalu polos hingga dapat dijadikan alasan Irham untuk tertawa.Dua belas tahun telah berlalu namun Zain masih seperti bocah kelas 3 SD yang ia tinggal pindah ke Gorontalo.Polos sekali.
"Apa perlu ku ceritakan kalau kau suka mengajakku mencuri mangga milik pak Karto yang ada diujung gang?"Irham mencoba menggoda Zain meninggalkan sedikit kekehan diakhir kalimatnya.Berharap Zain yakin bahwa ia adalah Irham yang menghabiskan masa kecil bersamanya.
Zain menegakkan kepalanya dan tersenyum kala mengingat kisah masa kecilnya itu.Setiap musim buah Zain selalu mengajak Irham untuk pergi kerumah Pak Karto.Pak Karto punya pohon mangga didepan rumahnya dan itu selalu menjadi sasaran anak anak saat musim mangga tiba tak terkecuali Zain.
         
                                    ~•~
#Flashback

"Irham mangga itu sudah matang.Cepat kamu ambil keburu ketahuan pak Karto."Zain kecil menunjuk nunjuk satu buah mangga berwarna semburat hijau jingga yang masih menggantung diatas pohon.
"Tapi itu tinggi Zain.Bagaimana mengambilnya."Keluh Irham mulai menggaruki kepala belakangnya.
"Kamu panjatlah."Jawab Zain dengan santai membuat Irham sedikit mengerutkan bibirnya,berpikir.
"Yang benar saja kamu.Nanti kalau aku jatuh bagaimana?"
"Kamu jangan banyak alasan Irham.Cepat.Nanti ketahuan pak Karto "Zain terus membujuk Irham hingga bocah itu mendekat kearah pohon mangga dengan terpaksa.Irham menatap mangga yang berada diatas pohon.Cukup tinggi dari tempatnya sekarang.Ia menelan ludahnya susah payah.
"Cepat Irham."Zain terus terusan memerintah dibelakang.Mau tak mau Irham mulai menaikkan kakinya ke batang pohon.Dasarnya Irham sedikit gemuk jadi dia kesusahan untuk memanjat.
"Zain aku tak bisa.Ini susah sekali."Gerutunya dengan bibir mengerucut diapit pipinya yang sedikit mengembung.
"Kau payah sekali.Kalau begitu berjongkoklah dibawah."Zain maju kedepan sementara Irham mulai berjongkok.Ia sendiri bingung apa yang akan dilakukan bocah perempuan yang terpaut satu tahun dibawahnya itu.
Dengan cepat Zain naik ke pundak Irham lalu beralih pada batang pohon mangga.Pelan tapi pasti kaki kecilnya mulai merangkak naik hingga sampailah bocah perempuan itu diatas pohon.
"Irham lihat!aku mendapatkannya."pekik Zain girang dengan buah mangga incaran yang sekarang berada di tangannya.Irham yang melongok keatas merasa terheran.Zain itu tak ada takut takutnya.Dia itu perempuan tapi bisa memanjat dan lagi dia tak takut berada diatas pohon yang tinggi.Malah kegirangan diatas yang padahal Irham melihat dia diatas saja rasanya tulang tulang ngilu semua.
"Ayo Zain cepat turun."Titah Irham yang langsung diangguki oleh Zain.Bocah tersebut segera menuruni pohon perlahan.
"Mari makan bersama."Zain segera menarik Irham menjauh dari halaman rumah pak Karto untuk menuju kelapangan.Dipinggir lapangan ada sebuah pohon berdaun rindang,disana keduanya menghabiskan mangga tersebut.
"Kenapa kau suka sekali mengambil mangga milik pak Karto Zain?"
"Memang kenapa?"Zain menghentikan kegiatan makannya.
"Kau kan bisa meminta ayahmu membelikannya?"
"Entahlah aku suka saja mengambil mangga pak Karto.Terkadang kita harus melemparinya dengan batu atau memanjatnya.Itu menyenangkan."zain kembali menggigit daging mangga ditangannya.
"Ini makanlah lagi."Zain menyodorkan mangga pada Irham.Bocah laki laki itu tersenyum seraya menggigit kecil daging buah mangga.Senyumnya tak jua memudar bahkan ketika ia memandang Zain yang kembali memakan mangga dengan nikmatnya,itu justru membuat senyum itu lebih terkembang.

Imam Dari Negri Para OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang