.32.

3.5K 317 7
                                    

      

     Mencintaimu, aku hanyalah perlu menjadi sebuah bayangan.Karena sejauh apapun kau berjalan, aku akan tetap berlari mengejar.
~•~


      Sudah sekitar satu jam pesawat pribadi yang ditumpangi member BTS mengudara.Menelisik diantara gumpalan gumpalan seputih kapas yang memenuhi langit.Taehyung bergeming pada posisinya, menerawang keluar jendela yang menampakkan gugusan awan tanpa ujung.

"Hey baby, kenapa kau melamun disini?"

Taehyung berjengit kaget.Menatap tak suka kearah Jimin yang sudah tertawa duluan.Jungkook yang berada disamping Jimin turut tertawa melihat ekspresi Taehyung.

"Bisakah kau berhenti memanggilku seperti itu? Kau tahu itu menjijikan.Aku bukan gay." Serungut Taehyung memilih menatap keluar jendela lagi.

Bukannya berhenti, jimin justru menambah volume suaranya.

"Kau memasuki dunia baru, begitupun kebahagiaanmu sebentar lagi akan sempurna, itu artinya kau seperti dilahirkan kembali.Jadi apa salahku memanggil baby?"

"Hey hyung kau dapat teori itu darimana?"

Jimin sedikit berpikir, meletakkan dagunya diantara ibu jari dan telunjuk, "Sepertinya dari penggosokan lotre."

Ia malah bercanda dengan Jungkook.Begitu tak peka bahwa Taehyung sedang tak ingin diganggu.

"Haish terserah kalianlah."

"Kau sekarang mudah marah.Kau sedang pms?" Jimin sepertinya memang tak tahu tempat, candaanya itu semakin membuat mood Taehyung turun sampai dasar.Beda lagi dengan si maknae yang  malah terpingkal pingkal tertawa.

"Hhhh aku bercanda.Aku punya hadiah untukmu dan untuk dunia barumu."Jimin merogoh saku bombernya yang membuat Taehyung seketika penasaran.

"Kau kepo sekali.Matamu sampai mau keluar melihat aku merogoh saku bomber." Fix, Jimin memang berniat sekali menjahili Taehyung.

Kali ini mereka berada didalam pesawat dan Taehyung hanya memberikan pelototan tajam.Andai saja mereka berada di dorm sudah pasti Jimin ia ajak bergulat.

"Ini kuberikan padamu.Begitu saja kau sensi." Jimin menyetorkan secarik kehadapan Taehyung.

"Aku tak butuh catatan hutangmu."
Penolakan yang begitu menjengkelkan, Jimin siap meledak.

"Catatan hutang botak kau." Jimin tersulut egonya, menarik telapak tangan kanan Taehyung dan meletakkan kertas itu diatasnya.

"Alamat rumah?" Taehyung tak mengerti akan alamat yang tertera pada kertas tersebut.Kenapa Jimin memberinya sebuah alamat.

"Dira."Taehyung semakin cengo dibuatnya.Untuk apa alamat rumah Dira.Jimin benar benar aneh.

~•~


     Zain merenung didalam kamarnya,mereka ulang kalimat yang diucapkan sang ibu dua pekan lalu.Haruskah secepat itu? Ia bahkan belum sepenuhnya menjaga hati untuk Irham, tapi tiba tiba saja lusa ia akan mendapatkan khitbah darinya.

       Perasaan Zain bercampur aduk. Apa yang harus ia lakukan? Pantaskah jika Zain menangisi takdir yang tak selaras dengan apa yang ia angankan?Sekali lagi Zain paham, Irham bukanlah seorang lelaki yang buruk.Tapi mengapa hanya sekedar memberinya rasa antara seorang laki laki dan perempuan itu rasanya sulit.Kenapa harus Taehyung yang menerima rasa itu?Kenapa bukan Irham saja?Sudah jelas Irham adalah sosok yang bisa menjadi imam yang baik untuknya, sedangkan Taehyung, pemuda itu bahkan tak mengenal siapa tuhanya.

Imam Dari Negri Para OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang