[6]

936 75 5
                                    

Hari ini masih sekolah, namun Lizy tak mau sekolah. Frustrasi dengan kejadian kemarin. Lizy memutuskan untuk berdiam di kamar, tak seorang pun tau apa yang terjadi padanya. Suasana hati dan juga pikirannnya sedang buruk, tak menyangka jika sesuatu yang sangat buruk mendatanginya.

Suara ketukan pintu itu terdengar lagi, sudah 3 kali Lizy dengar, namun di abaikan.

"Zy buka dong, kenapa sih bolos. Biasanya kamu yang ceramahi Raihan karna bolos, tapi sekarang kamu yang bolos. Setidaknya buka pintunya. Abang mau masuk." Suara Farhan di seberang sana membuat Lizy tak tega. Langkah kakinya berjalan menuju pintu.

Lizy memegang knop pintu, membuka kunci lalu membiarkan Farhan masuk menghampirinya. Dan pelukan itu menyambut Farhan saat membuka pintu, air mata itu sudah menumpuk di pelupuk mata Lizy.

"Abang khawatir sama kamu, ada apa?"

Pelukan itu terlepas, Lizy menatap Farhan yang sudah jelas lebih tinggi darinya, Lizy menitihkan air matanya sedu. Tak ingin melihat adiknya menangis, dengan tulus tangannya menghapus jejak air mata Lizy, dan tersenyum tipis.

"Jangan nangis dong, kenapa? Abang khawatir, kamu gak apa-apa kan. Ayo kita turun, sarapan pagi."

Tangan Farhan menarik Lizy, tapi Lizy tetap diam tak merespon.

"Lizy gak lapar bang. Lizy mau istirahat saja, kepala Lizy pusing."

"Abang panggil Diana kesini yah."

Lizy menggeleng pelan. Tiba-tiba saja pintu di bawah terbuka. Seseorang masuk.

"Bi, bawain koper saya dong ke dalam saya mau istirahat," teriak Hanum dari lantai bawah.

Dengan segera Lizy turun ke bawah menjumpai Hanum tepat di hadapannya.

"Mama."

"Lizy kamu gak sekolah? Bukannya hari ini masih masuk yah."

"Aku tau mama akan datang. I miss you mom."

Tak ada lagi rasa sedih di hati Lizy, setelah melihat Hanum datang, berharap ia bisa menghabiskan waktunya bersama orang-orang tercinta.

"Mama hari ini gak kerja lagi kan?"
Kalimat itu membuat Hanum yang sedang berjalan ke sofa terhenti, lalu ia berbalik badan ke Lizy.

"Kalau kamu mau begitu, mama akan melakukannya."

Senyum itu melebar di wajah Lizy, pasalnya Hanum sangat jarang ke rumah, waktunya habis hanya dengan kerja.

"Tapi nanti siang masih ada meeting sama klien, nanti kalau sudah selesai mama pulang kok."

"Mama gak cape kerja terus? Seenggaknya mama bisa temani Lizy, makan malam, jalan-jalan, atau duduk-duduk disini. Lizy aja nggak kerja cape." Sindiran itu membuat Hanum naik pitam.

"Mama juga cari uang buat kamu, mama juga cape pergi pagi pulang pagi, tapi itu semua untuk kamu buat kamu!"

"Yah terus kenapa mama gak istirahat? Lizy udah puas dengan apa yang Lizy miliki, rumah besar, uang banyak, tapi mama gak pernah kasih waktu untuk keluarga. Bahkan mungkin ada ubin lantai yang mama belum pernah injak disini."

Mendengar ucapan Lizy, Hanum mengepal tangannya berusaha agar tak melampiaskan emosinya pada Lizy. Tapi yang terjadi adalah tamparan itu menghampiri wajah Lizy.

"Mama baru pulang, bukannya kamu sambut malah kamu nasihati seperti ini."

"Emang mama pernah sambut aku kalau pulang sekolah?"

Dream a girl(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang