Prolog

4.5K 587 136
                                    


      "Satu menit lagi...."

Kakinya bergerak-gerak gelisah dengan pandangan fokus menatap layar ponsel. Sama sekali tidak memedulikan kondisi kelas yang begitu ramai dipenuhi tawa keras dan teriakan melengking saling menyerukan nama. Di sisi lain, ada yang asyik bernyanyi-nyanyi. Seakan kelas adalah arena lain dari konser. Ada juga yang bergerumbul di pojokkan, bergosip. Bukan cewek-cewek, melainkan para cowok. Mereka berkumpul untuk menggosipkan game baru. Bersaing satu sama lain tentang game mana yang paling populer dan menantang. Apa Motor Legend atau PUPBB. Di antara keberisikan itu telinganya seakan kebas hingga tidak ada satu pun yang dia perhatikan selain video streaming yang sedang ditunggunya.

"Sepuluh... sembilan... delapan...."

Matanya mengerjap-ngerjap, menghitung mundur. Ibarat iklan bulan ramadhan di televisi, dia sudah duduk di meja makan sambil menatap botol sirup terkenal, menunggu waktu berbuka tiba. Begitu sebuah notifikasi masuk, seruan langsung terdengar dari bibirnya. Sangat keras hingga mampu membuat kegaduhan tadi sedikit mereda sebab dia lah yang sekarang menjadi bahan tontonan. Dia tetap tidak peduli karena fokusnya hanya pada notifikasi bertuliskan music video terbaru dari salah satu boygroup terkenal dari Negeri Ginseng.

"Kim Hanbin, gila. Ganteng banget!" Dia mendesis, menahan diri agar tidak berteriak. Sampai dasi seragam dia gigit demi melampiaskan hasrat kegemasan tatkala melihat tujuh cowok tampan tersenyum mengerlingkan mata menatap kamera. Jangan tanya supaya apa. Yang jelas supaya manusia-manusia jomblo macam Ola jadi merasa diperhatikan dan berakhir belingsatan.

Seperti dugaan, Ola tidak segan meremas apa pun yang ada di mejanya saking gemas dan kagum yang menjadi satu. Alunan lagu yang ditampilkan dari grup bernama iKON itu terdengar lumayan keras. Beberapa anak menyipitkan mata sambil melengos. Kalau di film-film kartun, biasanya sudah tumbuh tanduk merah di masing-masing kepala mereka.

Korea lagi, Korea lagi. Ini kelasnya Kim Jong-Un atau gimana, sih?!

Namun, Ola tetap tidak mengindahkan lengosan serta decakan berbau kebencian yang dia dapat. Masa bodoh sama mereka. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari menikmati wajah tampan beserta alunan lagu baru dari grup favoritnya itu.

"Oh, God. Bisa nggak sih makhluk bernama fans korea ini dimusnahin aja? Sebel banget gue. Nggak idolanya, nggak fansnya, nyebelin banget!"

Setahu Ola, selama ini yang membuat cuping telinganya sampai berdenyut-denyut merasa tersentil hanya tiga hal. Pertama, ketika dia tidak sengaja dengar lagu Korea. Of course, ini sih bukan cuma cuping telinga yang kesentil, tapi juga kaki. Gatel buat ikutan jodet. Kedua, ketika lagu Korea yang paling dia suka diputar di muka umum. Ini sih dia pasti langsung ikut nyanyi tidak peduli di mana pun tempatnya. Kalau Project Pop punya dangdut is the music of my country, maka Ola punya Kpop is the music of my soul sebagai jargon kehidupan. Dan ketiga, pembicaraan orang-orang yang menyinyiri idol Korea selirih apapun itu diucapkan. Terakhir itu yang paling sensitif.

"Kenapa lagi, sih?"                                                   

"Muak gue. Gara-gara Korea-Koreaan nih, sosial media jadi makin penuh pertikaian. Berantem mulu. Mending kalau penting. Nah, ini gara-gara polling lagu doang. Cuma karena nggak terima oppa-oppa plastiknya kalah! Sampah bener!"

Ola menyipitkan mata, lalu menghentikan putaran video. Ia sedikit menolehkan kepala ke belakang untuk melihat siapa yang berbicara dengan membawa-bawa kata Korea barusan. Pandangannya jatuh pada dua cewek yang duduk di barisan ketiga. Salah satunya Ola kenal betul sebagai pentolan kelas. Namanya Rhea. Bukan karena pintar atau apa. Eh, Ola juga enggak tahu gimana otaknya. Enggak pernah merhatiin. Orang enggak kelihatan dari luar. Tapi, sepengetahuan Ola, cewek itu selalu jadi bahan gosip karena dandanannya yang super menor. Macam mbak-mbak beauty vlogger yang lupa hapus make up ke sekolah.

Fangirl Effect [telah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang