Part 80 Sayonara

1.9K 55 3
                                    

"selamat pagi, Mak.." sapa Wulan sambil menaruh piring besar berisi nasi goreng. "selamat pagi juga.." Dame tampak terkejut. "kau bangun jam berapa, Nak, sepagi ini sudah beres memasak.." tanya Dame penasaran. Wulan tersenyum. "aku tadi kebangun, ngga bisa tidur lagi..makanya beres sholat aku masak aja.." jawabnya polos. "Ah..sepertinya Mamak paham kenapa kau tak bisa tidur.." sekarang giliran Dame tersenyum jail. Wulan mengernyit, bingung. Dame melirik Wulan, masih tersenyum jail. Wulan jadi tersipu.

"emangnya kenapa, Mak?" tanya Wulan berbisik. "gara-gara Oman mau datang kan?" Dame tertawa lagi. "iih, Mamak jail deh..engga kok, bukan gitu.." Wulan benar-benar malu. "aku ke kamar dulu ya, Mak!" katanya menghindar. "iya..." jawab Dame sambil geleng-geleng. Wulan buru-buru pergi. "eh, kenapa rupanya kau senyum-senyum begitu?" tiba-tiba saja Beni muncul. Dame hanya melirik sambil tersenyum lebar. "ah, paham sudah aku, pasti gara-gara anak muda yang lagi kasmaran.." jawab Beni datar. "biarlah, Pak..Oman kan sudah terang-terangan melamar Wulan di depan kita, tandanya mereka memang serius!" kata Dame. Beni mengangguk-angguk.

Jam delapan pagi, Wulan sudah bersiap pergi. "Pak, Mak..aku pamit dulu ya, mau beres-beres dokumen di Rumah Sakit." katanya pamitan. Beni dan Dame menoleh. "sampe jam berapa? Kau ikut kan menjemput Roman?" tanya Beni. Wulan terdiam sejenak. "mm..kayanya aku ngga ikut, Pak." "loh, kenapa?" Beni langsung mengernyit heran. "Bapak ini...Wulan kan harus bereskan urusannya di Rumah Sakit, biar kita sajalah yang jemput Oman.." Dame memberi pengertian. "sudahlah Wulan, kau pergi saja ke Rumah Sakit selesaikan urusanmu, jangan pikirkan soal Oman, nanti kami yang jemput.." Wulan mengangguk. Ia langsung mencium tangan Dame dan Beni lalu pamit pergi.

Jam satu siang, Roman sudah sampai di bandara. Ia langsung mengaktifkan handphone nya. 'beep beep' Langsung ada pesan masuk. "hei pacar!eh..calon suami gue..sori ya, gue ngga bisa jemput ke bandara, soalnya harus beres-beres dokumen di Rumah Sakit. Oya, ada surat di meja kamar, jangan lupa dibaca ya!" ternyata pesan dari Wulan. Roman tersenyum sambil berdecak. Ia menyimpan lagi handphone nya ke saku, lalu berjalan keluar. Sudah ada Beni dan Dame di sana menjemputnya. Tanpa menunggu lama, mereka langsung meluncur ke rumah. Sesampainya di rumah, Roman hanya beristirahat sebentar, lalu ikut ke ladang membantu Beni.

"kau yakin mau bantu di ladang?nanti kalau kau kelelahan, Bapak juga yang kena marah.." Roman melongo. "memang siapa yang marah, Pak?" tanyanya penasaran. "siapalagi kalau bukan si kentang kunyit itu.." Roman langsung terbahak. "Bapak ini..masih saja suka panggil Wulan dengan sebutan kentang kunyit.." katanya sambil masih tertawa. Beni tersenyum. "Wulan itu manja, tapi kulihat dia rajin dan tanggung jawab. Kadang kurasa dia cengeng juga, tapi dia anak yang baik, Man..." tuturnya. Roman terkesima. Ia tersenyum sambil manggut-manggut. "aku tak salah pilih kan, Pak?" katanya bangga.

Beni menatap Roman dalam-dalam. "kalau sampai salah pilih, tak akan kukasih kau restu!" katanya sambil menepuk bahu Roman. Setelah itu Beni berdiri dan menuju ladang. Roman memandangi bapaknya itu dengan haru dan bangga. "terima kasih ya, Pak.." gumamnya dalam hati. "hei, Roman..kau mau bantu aku atau mau bengong saja di sana?" suara Beni menyadarkan Roman. "iya, Pak aku ke sana.." jawabnya segera. Ia mengambil cangkul dan langsung menghampiri Beni. Mereka berdua bekerja di ladang sampai sore.

Mentari mulai condong ke barat. "ah, cepat kali sore datang. Ayo kita pulang!" ajak Beni. "iya, Pak..sebentar!" Roman menyelesaikan pekerjaannya, lalu menghampiri Beni. Keduanya bergegas pulang. "Assalamu alaikum" sapa mereka sesampainya di rumah. "Waalaikum salam" jawab Yola yang sedang duduk di teras. "Bang Oman!" serunya sambil berlari memeluk abangnya itu. "Yolaaa..." sambut Roman hangat. "aku kangen banget sama Bang Oman..." "iya, Bang Oman juga kangen banget sama Yola.." mereka sama-sama melepas rindu. "Yola..biar Bang Oman bersih-bersih dulu, sudah hampir maghrib!" Dame muncul dari dalam. Yola pun melepas pelukannya.

"ayo Oman, mandi dulu sana.." "iya, Mak.." jawab Roman manut. Selesai mandi, Roman langsung ke ruang tengah. "Mak..Wulan belum pulang?" tanyanya sambil celingukan. "masya Allah, Mamak sampai lupa kalo Wulan belum ada.." Dame terbelalak. "Oman, coba kau hubungi dia, kenapa sudah gelap begini belum pulang juga.." lanjutnya cemas. Roman langsung mengambil handphone nya dan mencoba menelepon Wulan. "aduh, Lan...kenapa handphone lo ngga aktif sih?!" Roman jadi ikut cemas. "apa Wulan ngga titip pesan apa-apa, Mak?" Roman memastikan. Dame mengingat-ngingat, tak lama ia menggeleng. "tadi pagi cuma pamit ke Rumah Sakit, tak bilang yang lain.." jawabnya.

Roman Picisan season 2 (fanfiction) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant