Part 1

3.3K 45 1
                                    

"Ko, yang ini berapa harganya?" Erwin dengan sengaja bertanya harga baju pria yang sedang dipajang kepada sang penjaga toko.

"Tiga juta rupiah. Harganya juga bisa dilihat di price-tag" Rudi, sang pramuniaga toko, dengan setengah hati menjawab.

"Oh begitu ya? Kenapa harganya mahal begitu ya?" Erwin jadi penasaran.

"Bahannya khusus dari England dengan kualitas yang sangat baik. Rancangannya juga sangat terbatas dibuatnya. Perancangnya sudah ternama" Rudi, berusaha menjelaskan dengan ramah. Dia harus begitu kalau tidak penyelia toko butik nya akan mengenakan sanksi seperti sudah terjadi selama beberapa kali.

"Pantasan bajunya bagus sekali. Kalau yang ini berapa harganya?" Erwin beralih ke baju yang ada di sebelahnya.

"Empat juta rupiah. Untuk harga semua bisa dilihat di price-tag" Rudi kembali mengingatkan.

"Iya, saya juga tahu. Kan saya maunya biar cepat" Erwin memberi sanggahan.

Rudi terpaksa menerima alasannya karena pembeli adalah raji. A buyer is a king.

Rudi sebenarnya kesal dengan pembeli ini.

Dia orang yang telah mengadukan Rudi ke atasannya sehingga sudah beberapa kali ia ditegur.

Sudah beberapa kali Erwin datang ke butik pria yang dijaganya. Namun ia tidak berdaya. Kalau sampai ia dilaporkan si atasan ke papanya, habisnya semua fasilitasnya.

---- flash back ----

"Rudi, mulai hari ini juga papa cabut semua fasilitas yang papa berikan kepadamu!" Johny, papa Rudi, dengan tegas memutuskan.

"Papa.... Tega sekali!" Rudi memandang ke papanya dengan mata yang memohon belas kasihan.

"Selama ini, papa terlalu memanjakan kamu. Mobil, kartu kredit, gadget terbaru, uang jajan yang sangat besar sudah papa berikan. Nyatanya? Kamu berfoya-foya dengan temanmu saja sehingga tugas utama kamu untuk kuliah hancur berantakan." Johny memberikan alasannya.

"Tapi pa... Kalau semua dicabut, Rudi bagaimana ke kampus?" Rudi tidak dapat menerima konsekuensi pencabutan fasilitasnya.

"Itu gampang. Jalan kaki atau naik angkot. Kampus kamu kan terletak di jalan utama. Kamu bisa naik bus Trans Jakarta biar cepat!" papanya memberi solusi.

"Papa.... Malu kan dengan teman-teman. Mereka pasti bertanya kemana Jaguar yang biasa saya bawa" Rudi memohon pengertian papanya.

"Itu urusan kamu. Memang kamu sudah bisa cari uang sendiri untuk membangga-banggakan mobil kamu?" Johny balik bertanya.

"Ya... masa anak pengusaha ternama naiknya bus?" Rudi sengaja memancang rasa ego papanya.

"Memang papa pikirin? Biar kamu jalan kaki sekali pun, papa tidak keberatan!" Johny tidak terpancing.

"Nanti kalau saya diculik bagaimana?" Rudi mencoba mengingatkan papanya.

"Kamu sudah besar, kalau diculik ya lawanlah. Kalau tidak mampu melawan , jangan pamer barang-barang mewah segala. Hidup saja dengan sederhana. Dulu papa kemana-mana naik sepeda!" papanya bersikeras.

"Papa, maafin Rudi. Rudi janji akan belajar yang rajin agar bisa membanggakan papa!" Rudi membujuk papanya.

"Tidak bisa. Ini sudah yang kesepuluh kalinya kamu berkata seperti itu. Papa sudah bosan mendengarnya! Cepat keluarkan kartu kredit dan kunci mobil kamu!" Johny tidak mau berkesan main-main dengan ancamannya.

Cinta si Anak ManjaWhere stories live. Discover now