Part 2

1.9K 33 0
                                    

Tidak lama kemudian, Erwin memanggil Rudi.

Setelah Rudi mendekat Erwin berkata, "Ini gantungan bajunya sedikit amat. Bagaimana bisa cukup untuk menggantung semua baju yang akan saya coba?"

"Kamu ganti saja bajumu. Nanti saya pegangi!" Rudi menawarkan bantuan.

"Nah begitu dunk. Itu baru pramuniaga jempolan" puji Erwin.

"Terima kasih" Rudi senang dipuji.

Dengan cepat Erwin menyerahkan baju-baju yang akan dicobainya. Lalu Erwin melepaskan kaos yang dikenakannya dan menyerahkannya juga kepada Rudi.

Erwin membuka kaosnya tanpa menutup tirai ruang gantinya sehingga Rudi dapat melihat bodi Erwin yang sudah berbentuk.

Rudi memandang sekilas dan kagum akan enam kotak yang terpeta di tubuh Erwin.

"Keren tidak bodi saya?" tanya Erwin mengejutkan Rudi.

"Eh.... Biasa saja!" Rudi menjawab jengah menyangkal pendapatnya sendiri.

"Memang bodi kamu lebih bagus?" dengus Erwin kesal.

"Pastilah" Rudi sengaja berbohong agar tidak jatuh gengsi.

"Ah paling juga isinya tulang melulu" Erwin membalas.

Sambil bicara Erwin melepaskan celana panjangnya sehingga tersisa seluar dalamnya saja. Lalu ia menyerahkan celananya kepada Rudi sambil gantian mengambil baju dan celana yang akan dicobanya.

Rudi melihat pemandangan di depannya dengan takjub. Tubuh Erwin memang sangat indah, membentuk pahatan otot yang menawan. Pasti Erwin gemar mengolah tubuhnya, kata Rudi dalam hati. Rudi menjadi malu sendiri karena ia sangat malas berolahraga kecuali berenang sekali-kali.

"Kenapa kamu memandangi bodi saya seperti itu? Pasti keren kan?" Erwin langsung menembak Rudi.

"Ah ... biasa saja" lagi-lagi Rudi menyangkal namun ia tetap memandangi bodi Erwin yang sangat indah tersebut.

Matanya kemudian tertumbuk pada gundukan yang ada di balik celana segitiga warna biru yang dikenakan Erwin.

"Wah... kalau masih tidur saja segitu besar.. bagaimana kalau sudah bangun?" ia membayangkan ukuran Erwin.

"Ingin seperti punya saya ya?" Erwin terus mengejek Rudi.

"Siapa lagi yang mau ?" Rudi terus menyangkal.

Dengan cepat Erwin kemudian memakai sepasang baju yang telah dipilihnya.

"Bagaimana bagus ngak saya pakai baju ini?" Erwin meminta pendapat Rudi.

Rudi memandangi Erwin dan baju yang dikenakannya.

"Gila.... Tampan banget nih anak." Katanya dalam hati tapi di luarnya hanya berkomentar, "Lumayan"

"Oh gitu.. Biasanya kalau cewe-cewe lihat saya pakai baju seperti ini pada kesengsem lho..." Erwin memuji dirinya sendiri.

"Masa sih?" Rudi mengolok Erwin.

"Dasar kamu tidak bsa melihat barang bagus" Erwin mencemooh.

Erwin pun melepaskan baju yang dicobanya lalu menggantinya dnegan yang lain.

"Bagaimana dengan yang ini? Bagus tidak?" lagi-lagi Erwin meminta pendapat Rudi.

"Hmm... nih anak bodinya memang bagus. Pakai baju apa saja juga bagus!" kata Rudi dalam hati. "Lumayan juga" gumamnya.

"Dasar orang pelit pujian.... Bilang bagus kek .... Susah banget!" omet Erwin.

"Siapa bilang bagus... lumayan saja" Rudi membantah.

Cinta si Anak ManjaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt