2. Tuh, kan... Apa Gue Bilang?

27 8 11
                                    

Setelah berhasil menghentikan perdebatan pendek itu, aku langsung berangkat menuju rumah Jemie bersama Pak Bayan, supir pribadiku. Rencana kedatanganku ke rumah Jemie ini merupakan suprise ku padanya. Aku ingin memberikan kejutan padanya, agar malam ini bisa menjadi malam penuh kejutan baginya.

Dag dig dug juga hatiku begitu sampai dipekarangan rumahnya. Dua mobil avanza berwarna merah tua dan silver terparkir rapi disebelah kanan rumahnya. Kulangkahkan kakiku menuju pintu utama rumah besar ini. Eh, nggak tertutup! Langsung masuk aja kali, ya?

Tidak ada suara apa-apa dari dalam rumah ini. Kucoba menjulurkan kepalaku melewati celah-celah pintu yang terbuka. Mataku menoleh ke kanan dan ke kiri pelan. Namun sayangnya, setelah mata ini aku arahkan ke kiri, sebuah pemandangan heboh terlihat. Aku sampai ternganga saking nggak percayanya.

Jemie sedang berciuman ria bersama seorang gadis di sofa berwarna birunya itu. Mereka berdua tampak sedang menikmati ciuman itu. Sampai-sampai tidak mendengarku masuk dan berdiri tepat dibelakang mereka.

Aku mendehem keras. Mereka berdua terlonjak kaget. Si gadis tidak terlalu kaget melihatku. Tapi Jemie terlihat sangat shock. Dia salah tingkah. Kancing bajunya yang terlepas, dia pasang kembali dengan terburu. Saking terburu-burunya, pemasangan kancing salah. Dasar...

"Eh, Cinta... ada apa, Ta?" Sapanya terbata-bata.

"Oh, nggak ada apa-apa. Cuma mau memberikan ini." Jawabku cuek. Aku serahkan kue tart buatanku dan kelima sahabatku itu.

Tangannya terjulur, hendak menerima kue itu. Sebelum sampai ditangannya, aku sengaja menjatuhkannya.

"Ups, sorry..." Kataku pura-pura menyesal. "Gue balik dulu, ya. Thanks atas tontonannya."

Tanpa melihat kebelakang lagi, aku keluar dari rumah sialan itu.

***

Aku tidak menangis. Buat apa menangisi laki-laki? Untung saja Tuhan menunjukkan kebenaran kepadaku. Kalau tidak, pasti pacaran pertamaku akan kusesali seumur hidupku.

Wajah kelima sahabatku penasaran menunggu kabar dariku. Mereka semua harap-harap cemas menantikan perkataanku. Puas melihat ekspresi penasaran mereka, aku berkata,

"Aku tadi ngeliat Jemie lagi kissing-kissingan sama cewek!"

Santai sekali aku mengucapkannya. Tapi efek dari kata-kata itu sungguh diluar dugaanku.

Clara terkejut, "What???"

Ratu menjerit, "Tidak!!!"

Arin mendengus, "Brengsek!!!"

Sabrina berdzikir, "Astaghfirullah!!!"

Yang paling membuatku melongo dan juga keempat sahabatku, kata-kata Bunga,

"Tuh kan... Apa gue bilang!"

Dari kelima sahabatku itu, Bunga yang paling mendukungku untuk menjalin kasih dengan Jemie. Setelah tahu Jemie lelaki brengsek, kenapa tanggapannya malah seperti itu? Ampun deh, Bunga...

***

You vs MeWhere stories live. Discover now