26. Kata Maaf

3 3 1
                                    

Cinta berlari sambil menangis dari pintu masuk Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo itu. Begitu sampai di ruang VIP dimana Papanya dirawat, dia langsung masuk ke kamar itu. Papanya terbaring tak berdaya di tempat tidurnya. Mamanya memeluk Cinta begitu melihatnya. Dia menangis tersedu.

"Mama minta maaf, Cinta. Mama minta maaf." Ujar Mamanya itu sambil terisak. Dia memeluk Cinta erat.

"Bukan Mama yang harus minta maaf. Tapi Cinta, Ma... Cinta yang harusnya meminta maaf sama Mama dan Papa."

Cinta langsung melepaskan pelukan Mamanya. Seperti yang dulu pernah dia niatkan, dia bersimpuh di kaki Mamanya. Perempuan itu mengangkat kedua bahu putri semata wayangnya itu. Dia terharu dengan sikap Cinta itu. Dipeluknya lagi Cinta dengan penuh kasih sayang. Kedua pipi dan kening Cinta dia cium berkali-kali. Setelah selesai dengan Mamanya, Cinta mendekati Papanya.

Mata Papanya masih terpejam. Dia belum sadarkan diri. Dia mendekatkan kedua bibirnya ke telinga Papanya itu.

"Cinta udah pulang, Pa. Bangun, Pa..." bisiknya dengan air mata berurai.

Papanya tetap tak bergeming. Tidak ada perubahan. Matanya tetap terpejam tak bergerak sedikitpun.

"Dokter bilang, penyakit jantung Papamu sudah akut. Kita hanya bisa berdo'a sekarang." Seru Mamanya. Dia menangis lagi.

Cinta tahu betul bagaimana Papanya itu bisa mengidap penyakit jantung. Setiap kali Papanya datang, tangannya selalu saja tidak lepas dari alkohol. Bahkan dulu, sebelum Papanya itu masih sering berada di rumah, alkohol bagaikan kopi atau susu buatnya. Tiada hari tanpa alkohol.

"Tapi, Papa masih bisa sembuh kan, Ma? Ya kan, Ma?"

Mamanya hanya tertunduk sedih. Tidak, tidak mungkin Papa pergi begitu cepat. Aku belum siap. Aku belum siap, Tuhan! Batinnya.

***

Malam itu, Cinta memohon kepada Tuhannya untuk kesembuhan Papanya. Dia benar-benar memohon kepada-Nya dengan tetesan air mata yang tiada hentinya bercucuran. Mamanya yang selama ini jauh dari Tuhan, terketuk hatinya begitu melihat Cinta bersimpuh menangis keharibaan-Nya.

Rasa cinta kepada suaminya itu tidak pernah hilang. Betapa pun dia tahu bahwa kelakuan suaminya itu sungguh bejat, tapi dia tetap mencintainya. Sangat mencintainya. Dia tidak mau lelaki yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya dulu itu meninggalkannya begitu cepat. Dia ingin membangun rumah tangga lagi dengannya dari awal.

Tuhan mendengarkan doa mereka.

Malam itu juga, lelaki itu siuman. Yang pertama kali keluar dari mulut lelaki paruh baya itu adalah permintaan maafnya kepada dua orang yang sangat dicintainya. Perlahan, kondisinya mulai membaik. Bahkan dokter sampai tercengang dengan kondisi Pak Barhmana.

"Ini sebuah keajaiban! Jarang ada yang bisa melewati masa kritis seperti ini. Pak Brahmana benar-banar beruntung, Bu..." seru Dokter itu takjub.

Kehidupan Cinta bersama kedua orangtuanya akan segera dimulai kembali. Kali ini, mereka akan membangun keluarga yang damai dan bahagia. Tekad mereka sudah bulat. Mereka percaya, keluarga adalah segala-galanya. Cinta bernapas lega mengetahui ending dari kisah keluarganya itu. Dia tersenyum bahagia.

***

You vs MeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora