BAGIAN 5 - NGINEP (1)

194 33 20
                                    

"Capek Nu."

"Heh, kita itu bakal nginep besok weekend disini."

"Eh, beneran?"

"Hooh. Tapi apa lo dibolehin sama Mamah?"

"Entah." Gendis mengedikkan bahu tanda tak tahu. Mamah bakalan susah memberi ijin padanya, walau cuma menginap sehari semalam.

Semilir angin bertiup sejuk di serambi masjid pesantren jum'at sore. Lima hari sudah kelompok Atta melakukan serangkaian kegiatan di sana. Setelah pulang sekolah tentunya. Gendis dan Kula sebagai seksi dokumentasi. Tukang foto kegiatan para santriwan-santriwati. Atta dan Nunu bertugas pewawancara mereka. Hari Sabtu mereka berangkat sore setelah ashar. Mau menginap katanya.

Sebagian besar mereka sudah tahu kehidupan pesantren yang tak mudah sama sekali. Hidup disana harus tahan banting, kuat mental. Kegiatannya sudah terjadwal dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, dan sangat banyak.

Dari yang mengantri saat mandi, kalau mau cepat, ya, harus bangun sebelum subuh. Kemana-mana bawa kitab kuning buat dihafalkan. Hidup harus prihatin. Belum lagi jika terkena penyakit gatal-gatal. Bagi Gendis yang baru tahu itu semua, sangatlah berat. Begitulah ujiannya bagi para santriwan-santriwati.

Godaan lain bagi mereka juga ada pada lawan jenis. Kadang ada juga waktu jenuh, ingin pergi jalan-jalan keluar pesantren. Paling-paling cuma pergi beli makanan, buah atau kebutuhan yang lain saat jam tertentu yang memperbolehkan mereka untuk keluar. Tapi kebersamaan disana adalah salah satu hal yang bakal dikangenin. Mirip macam ketika punya banyak teman disekolah. Pasti momen-momen saat bareng itulah yang dirindukan.

Ada perasaan bangga melihat para pejuang pesantren. Niatan seperti itu juga ada didalam diri Gendis.

"Assalamu'alaikum Ukhti."

"Wa'alaikumsalam."

"Pada ngapain si disini?" Tanya seorang gadis cantik. Fatimah, yang bisa dibilang guidenya Gendis sama Nunu dipesantren.

"Ngadem Fat." Jawab Gendis asal, yang langsung ditabok Nunu sampai Gendis mengaduh kesakitan. Fatimah cuma bisa geleng-geleng kepala.

"Besok jadi nginep?"

"Kayaknya jadi deh Fat, gue, eh, aku tanya Mas dulu." Gendis nyentil mulutnya sendiri. Dia mencoba berkata lebih sopan di pesantren, yang bahkan terdengar wagu.

"Udah si, nggak perlu pake aku kamu kalo kikuk." Fatimah maklum, karena dari awal, Gendis selalu begitu.

"Hooh, sok sokan lo." Giliran Gendis balik nabok Nunu.

-WFTW-

"Jadi nginep kan?"

"Jadi nggak ya?"

"Lo kan cemen."

"Kebalik, lo kali yang cemen. Makanya sering pindah ke kamar Gendis."

"Eh, kagak ya?!" Panji berkilah.

"Kagak salah." Puas Azka godain Panji, tertawa keras seakan tak ada hari esok.

"Iyadeh iya, gue penakut. Puas lo!" Kesalnya.

"Ya itu tau. Dibolehin gak sama Mamah?"

"Boleh lah, kapan lagi lo mau nginep dirumah? Oke, besok ya?"

"Deal." Panji dan Azka bersalaman mantap layaknya perjanjian.

"Tapi bawain brownies kukus Bunda ya?"

"Yeee, modus lo keliatan curut."


-WFTW-


'Bruk!'

We Find The Way ✔Where stories live. Discover now