BAGIAN 13 - TINGGAL SATU LAGI

123 26 51
                                    

Seperti tak menarik, nasi itu sudah di campur aduk sama lauknya.

"Adek," Gendis menatap Mamah yang manggil. "Dimakan, jangan dimainin." Tegurnya.

"Iya," sesuap demi sesuap masuk mulut Gendis. Nafsu tak nafsu, satu piring habis juga.

"Bapak, Mamah." Suara Lanang terdengar diakhir kegiatan makan malam sebuah keluarga ini. "Aku mau silaturahim ke rumah Nenek. Besok."

"Kenapa nggak hari minggu aja sih?" Keluh Gendis. "Mau ikut."

"Nggak boleh," saut Lanang. "Adek kan bentar lagi mau UTS. Kudu rajin belajar. Mas nggak cuma sehari dua hari disana."

Benar juga kata Lanang. UTS sudah di depan mata. Bisa-bisanya Gendis lupa itu. Malah Masnya yang hafal. Gendis makin pusing, mana dia harus kerja lagi. Gimana ini?

"Iya, kita juga udah lama nggak kesana." Bapak menimpali.

"Kapan-kapan kesana ya Pak?" Gendis tak berhenti memohon. Sebenarnya, sama ngalihin isi otak Gendis yang lagi morak-marik disana.

"Iya adek,"

-WFTW-

Langkahnya gontai, rasanya malas sekali berangkat sekolah hari ini. Ingin dia buntel tubuhnya pakai selimut, bergelung lagi di kasur. Apalagi, tak ada yang bisa diajak bicara. Nunu? Dia masih konsisten anteng jumeneng. Dicolek sedikit saja, bakal keluar tanduk. Serem.

"Gendis!" Suara itu, apa Gendis tak salah dengar? Suara milik Atta. Gendis berbalik badan dan Atta sudah di depannya. Jangan harap bertatapan, sebab, Atta selalu menundukkan pandangannya saat bertemu cewek. Gendis juga turut menunduk. Rasa malu muncul dalam hati dan pikirannya.

"Buat lo," Atta menyerahkan bingkisan yang isinya entah apa itu. Perasaan Gendis tidak ulang tahun. Demi apa Atta kasih hadiah ke Gendis? Dalam hati, mau jingkrak-jingkrak. Gendis bahagia. Sampai-sampai dia gigit bibirnya untuk menahan senyum yang ngotot minta keluar. "Dari Mbak Annur."

'Doeng!'

Fantasinya buyar. Kirain dari Atta. Ya, mana mungkin juga sih kalau Atta kasih kado. Ah, dia juga lupa satu hal. Fatimah, calon makmum Atta. Berharap masih boleh kan?

"Ya, makasih." Gendis nerima itu bingkisan.

"Gue duluan." Gendis mengangguk kaku. Mungkin Atta bisa dibilang cinta pertamanya. Dia belum pernah tertarik pada cowok manapun. Kecuali Atta, dia membuat Gendis benar-benar ingin memiliki. Memiliki jodoh orang. Gendis tersenyum kecut mengetahui fakta itu. Meskipun, dia tahu bukan dari mulut Atta sendiri, tapi kan datang langsung dari Mbaknya, Annur. Itu sebuah bukti bukan?

"Nggak usah baper, dek." Gendis terhenyak dari lamunan. Sepertinya kenal wangi ini, aroma misk punya Kula. What? Kula? Ternyata, memang Kula. Gendis hampir saja nangis begitu tahu Kula membeo barusan. Artinya, Kula sudah sembuh dari acara ngambeknya.

"Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah." Gendis bahkan sudah lupa dengan kebaperannya tadi berkat kehedonismeannya sendiri.

"Tinggal satu lagi." Suara bel meyadarkannya untuk segera masuk ke kelas. Mengisi singgasananya.

-WFTW-

"Nu, plis. Kita bicara ya?" Gendis hampir putus asa. Nunu bukan Nunu yang biasa.

"Sori, sekarang, gue cuma pengin sendiri. Jangan ganggu gue."

"Lo kenapa sih? Cerita sama gue. Gue siap dengerin." Gendis memberi jeda sebelum lanjutin kalimatnya. "Kalau gue salah, gue minta maaf. Nu,"

"Nggak usah, nggak perlu. Lebih baik kita nggak usah temenan lagi." Kata Nunu telak. Gendis kicep. Nego yang dia lakukan gagal total. Dia kudu mikirin cara yang lain. Ada yang tidak beres dengan Nunu. Dia perlu cari tahu.

-WFTW-

"Terima kasih,"

"Loyo amat,"

"Eh, Mbak. Capek aja Mbak." Bohong Gendis, pikirannya kemana-mana. Dia harus cari tahu kenapa Nunu berubah. Tapi dari mana? Ah , benar. Kenapa tak terpikirkan dari kemarin-kemarin?

"Resign aja." Ujar Mbak kasir tetap itu.

"Ih, Mbak. Baru dua hari." Mereka berdua terkikik geli. Dan kembali normal saat ada pembeli masuk toko.

Gendis baru sampai rumah pukul tujuh malam. Dia beralasan ke perpusda. Padahal kerja. Jangan berpikir, Gendis tak punya rasa bersalah. Dalam hati, ingin dia teriak 'harus gimana lagi?'. Sudah kadung, dia akan selesaikan ini sampai akhir bulan. Kalau kurang, dia tambahin pakai uang tabungan.

-WFTW-

Ini Gendis Mbak,
Terima kasih khimarnya. Cantik, aku suka.
Nanti kalau ada waktu, kita bisa ketemu.

(Sent).

-WFTW-

Terima kasih sudah membaca,

Salam hangat,
HOI

Wonosobo, 19 September 2018.

We Find The Way ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang