41. Mainan Bayi

6.9K 495 48
                                    

"Dil, itu bukannya calon suami si Naya?" Okta berbisik pada Dila saat melihat Zaidan memasuki toko perlengkapan bayi di sebuah mall.

"Iya, itu Mas Zaidan yang kemaren nyiram aku pake air," gumam Dila.

Okta menahan tawa. "Udah kayak misahin kucing berantem."

"Eh ikutin yuk!" ajak Dila.

Okta mengernyit. "Ngapain?"

"Ayo ikut aja." Dila menarik Okta agar masuk ke toko perlengkapan bayi itu. Saat baru masuk, mereka disuguhi banyak kerta bayi yang berjajar. Dila langsung menarik Okta menuju ke rak berisi mainan-mainan bola.

"Ngapain sih?"

"Ssstt!"

Dila menarik Oka agar lebih dekat ketika melihat Zaidan sedang berbicara dengan salah satu pelayan di toko itu. Setelah beberapa saat berbincang, Zaidan dibawa ke tempat soft block. Ia ditawari beberapa macam hingga akhirnya Zaidan mengambil soft block yang bergambar hewan.

"Kok dia beli mainan bayi ya?" bisik Okta.

"Persiapan buat anaknya kali," sahut Dila santai. Dila mengeluarkan ponsel. Diam-diam memotret Zaidan yang tengah menenteng soft block dan kini berjalan menuju rak boneka.

"Mereka makin mencurigakan." Dila menatap puas apa yang ada di ponselnya.

"Mau kamu apain itu foto?"

Dila mengangkat bahu. "Lihat aja nanti. Yuk ah keluar."

***

"Uh panas!" Inaya terus-terusan mengeluh sambil berbaring di lantai.

Sementara Ayu hanya geleng-geleng kepala. "Kamu itu yang bener dong, Neng. Masa tiduran di lantai begitu?"

"Geraah," keluh Inaya. "Lagian itu instruktur senam dapet dari mana sih, Ma? Ngajarin senam udah kayak mandor kerja rodi! Capek banget."

Lagi-lagi Ayu hanya menghela napas. Ia meninggalkan Inaya yang kini sibuk ngedumel sambil tiduran di lantai, kemudian kembali sambil membawa segelas air mineral.

"Nih, biar nggak gerah."

"Mau jus," rengek Inaya.

"Minum ini aja."

"Nggak mau. Mau jus!"

"Neng." Ayu mengusap kepala Inaya yang dipenuhi keringat. "Jangan manja gini dong. Bentar lagi mau nikah juga."

"Biarin aja." Inaya malah berguling ke samping. "Lagian suruh siapa dinikahin cepet-cepet? Udah tahu anaknya masih manja."

Ayu jadi tertegun. Sedikitnya, ia membenarkan ucapan Inaya. Ia memang masih belum bisa melepas Inaya untuk menikah sebab gadis yang doyan makan itu masih manja. Apalagi pada Ayu.

"Nggak apa-apa. Mama juga waktu nikah sama Papa masih manja kok." Ayu kembali meraih kepala Inaya. Mengusapnya pelan sambil merapikan rambut yang berantakan.

"Kayak Naya?"

"Hum. Lebih malah."

"Terus?" Inaya agaknya mulai tertarik. "Papanya gimana?"

"Ya, nggak gimana-gimana."

Tapi tiba-tiba Inaya cemberut. "Itu kan Papa. Kalau Mas Zaidan beda, Ma. Mas Zaidan itu galak. Nanti yang ada kalau Naya manja, malah dimarahin."

Ayu tersenyum kecil. "Jangan ngomong gitu. Waktu masih muda, Om Wijaya juga kayak Nak Zaidan kok. Tapi lihat, sekarang Om Wijaya sayang banget kan sama Tante Hani."

Shadow [SELESAI]Where stories live. Discover now