Extra Part

3.5K 212 3
                                    

Selamat membaca:*

***

Seorang pria berumur sekitar 30 tahun dengan jas warna hitam itu tampak sedang duduk diatas sofa coklat yang panjang dan empuk itu.

Tiba-tiba seorang wanita dengan gaun merah muda melangkah mendekati pria itu. Pria itu menatap wanita itu dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Hai, Luo Xi." sapa wanita itu lalu duduk disamping Luo Xi.

Luo Xi bergeser, tidak ingin duduk berdekatan dengan wanita itu.

"Sudah lama menunggu?" tanyanya lagi.

Luo Xi mengangguk. "Kali ini siapa lagi?" tanya Luo Xi dengan raut wajah tetap datar.

"Tunggu saja. Kali ini cantik, pasti kamu akan menyukainya."

"Zi Ling, ini yang terakhir.."

Sejak Luo Xi menolong Zi Ling dari Junxi dan Lu Ran, mereka menjadi dekat dan bersahabat.

Seorang wanita tinggi dengan heels berwarna kuning dan gaun minim berwarna biru itu melangkah menghampiri Zi Ling dan Luo Xi, menyapa sambil tersenyum lalu duduk disofa yang berhadapan dengan Zi Ling dan Luo Xi diruang tamu rumah Luo Xi itu.

"Nah, ini Hua Sheng... Cantik, kan?" Zi Ling tersenyum manis saat menatap Hua Sheng tersenyum malu. Hua Sheng menatap Luo Xi dengan tatapan kagum, Luo Xi menatapnya dengan tatapan datar.

"Masih adikku yang lebih cantik ..." sahutnya, sarkas.

Senyuman Hua Sheng langsung menghilang, kini perempuan itu menjadi cemberut. Zi Ling tak enak hati, dia tersenyum kecut. "J-jangan begitu, Luo Xi. Ini ke 21 kalinya aku memperkenalkan mu pada perempuan cantik yang bisa kamu jadikan calon istri. Masa yang kali ini juga kamu tolak? Usiamu sudah 32 loh!"

"Aku sudah katakan, selain Junxi tidak ada yang lebih cantik. Kalau Junxi tidak menikah, jangan harap aku akan menginjak lantai gedung pernikahan. Jangankan ku injak, tatap saja tak sudi." Luo Xi membuang muka.

Hua Sheng kesal, perempuan itu belum pernah ditolak sebelumnya. Karena cantik, dia memenangkan segalanya, dia yakin dia dapat memenangkan hati Luo Xi, ternyata ... dia salah.

"Luo Xi ... Mau sampai kapan? Junxi kan sudah ... meninggal." ucap Zi Ling pelan karena dia tak enak hati.

Tangan Luo Xi mengepal, dia menahan agar tidak meledakkan amarahnya. "Dia tidak pergi, dia selalu ada disini ... Dia tidak akan pernah meninggalkan kakaknya." lalu Luo Xi tersenyum. "Kalian berdua pergi saja. Aku tidak butuh calon istri. Tidak butuh perempuan selain Junxi, aku juga tidak akan menikah. Mengerti? Walau kamu bawa dewi kwan im sekalipun, aku tetap akan menolaknya."

Hua Sheng bangkit dengan wajah kesal lalu menghentakkan kakinya dan pergi dari rumah Luo Xi, disusul oleh Zi Ling yang merasa tidak enak hati pada Hua Sheng.

Luo Xi mengeluarkan ponselnya dengan wallpaper foto Junxi. Adik sekaligus perempuan yang pernah ada dihatinya, sampai sekarang.

Luo Xi menghela nafas dan mengelus layar ponselnya yang menunjukkan foto Junxi. Dia memasukkan ponselnya kedalam saku celananya lalu bangkit dan masuk kedalam mobilnya.

Berhenti disebuah tempat yang kini menjadi tempat favoritenya. Dia melangkah dan berhenti didepan sebuah gundukan tanah dengan nisan bertuliskan doa dan sebuah nama 'Junxi'. Disampingnya, terdapat gundukan tanah bertuliskan nama 'Lu Ran'.

Luo Xi tersenyum lalu jongkok disamping kuburan Junxi. Kuburan yang kini dialasi keramik sebagai pengaman. Luo Xi menyalakan sebuah dupa yang ia tancapkan diatas gundukan tanah itu.

The Cruel Fake Boy - AJX✔ (18+)Where stories live. Discover now