VII - Aku Ingin Sebuah Keluarga!

19.9K 1.6K 210
                                    

Typo is art, aye sir!

.

"Justin! Cepat selesaikan beres-beresmu!"

"Karel! Angkat jemuran sekarang juga!"

"Fabi! Kenapa lantai masih berdebu?!"

"Félix! Dari pada kau menganggur lebih baik siram bunga di halaman!"

"Liu! Bantu aku menyiapkan piring!"

"Kerjakan semuanya, sekarang!"

Rumah para pelayan terdengar ricuh saat ini, teriakan Zian sukses membuat semua penghuni rumah kelabakan dengan pekerjaan masing-masing. Bahkan Félix yang terbiasa santai pun tak luput dari teriakan si penguasa rumah, dan yang paling bingung adalah Karel karena tempat jemurannya menghilang entah kemana.

Sementara Fabi langsung mengambil alat bersih-bersihnya seperti sapu dan pel, lelaki berdarah Itali itu bahkan tidak berniat untuk membantah. Lalu juga ada Justin yang hampir menabrak pintu karena keluar masuk kamar untuk merapikan ranjang masing-masing penghuni rumah. Sedangkan Félix sudah berjalan meninggalkan sofa yang nyaman untuk menyiram bunga sesuai komando Zian.

Ini juga berlaku untuk Liu agar segera menghampiri Zian dan melakukan perintahnya, Liu dengan cekatan mengambil piring-piring yang diperlukan oleh Zian untuk makan siang mereka. Sesekali Liu mendengar Zian menggerutu karena sikap tidak disiplin para penghuni rumah. Sebaik-baiknya Zian dengan Liu, Liu masih tetap tidak berani untuk menolak atau membantah kata-katanya.

Kata para pelayan dirumah, kehendak Zian adalah kehendak Kaisar juga. Haha... Mereka bahkan menyamakan kedudukan Zian dengan salah seorang penguasa dunia bawah itu.

"Zian! Félix menginjak bunga!" lapor Karel yang masuk ke dalam rumah sambil berlari, dengan jemuran yang memenuhi seluruh tubuhnya. Zian yang masih mengenakan apron merah itu langsung menyerahkan spatula ke tangan Liu—isyarat agar lelaki manis itu menggantikan pekerjaannya. Zian berjalan ke arah luar yang diyakini Liu dia pasti menghampiri Félix untuk mengomelinya.

Meski sekarang Liu tau alasan Félix berbuat konyol didepan Zian. Yah mungkin hanya Liu yang sadar kalau Félix tertarik pada Zian dan berusaha agar Zian lebih memperhatikannya. "Liu, bisa kau membantuku?" lamunan Liu buyar ketika dia mendengar suara Karel yang berdiri disampingnya. Lelaki berdarah cina itu langsung mengambil beberapa jemuran untuk meringankan beban Karel.

"Bantu aku membawanya ke kamar, aku akan melipatnya nanti." Pinta Karel dan Liu pun segera mengikuti lelaki prancis itu berjalan menuju kamarnya. Sepertinya Karel menyerah dengan tempat jemuran jadi dia mengangkut kain-kain itu sendiri. Meski harus membuatnya bolak balik rumah.

"Liu, sepertinya di dapur ada yang gosong."

"HUWAAA... MAAFKAN AKU!"

***

Semua pelayan nampak tepar di sofa dengan kompaknya. Hanya Zian yang masih berdiri dengan tegap, bahkan Liu pun ikut tepar disamping Fabi. Lelaki yang saat ini berstatus sebagai budak seks itu lebih memilih untuk di rape seharian daripada mengerjakan semua pekerjaan rumah yang lelahnya luar biasa. Dia tidak menyangka Zian masih kuat berdiri dan bahkan mungkin masih kuat mengomeli mereka semua.

"Liu, ini sangat melelahkan." Keluh Justin seraya memeluk tubuh Liu yang ada disampingnya. Sedangkan Fabi yang juga ada di sisi lain Liu langsung menarik tubuh anak itu dengan posesif. "Liu, ayo kita kawin lari dan meninggalkan rumah ini." kali ini suara Karel yang tengah duduk dilantai sambil memeluk kaki Liu. Benar-benar pemandangan yang miris untuk para lelaki terhormat seperti mereka.

HELLO, BITCHES!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang