Episode Tiga

475 11 0
                                    

"Zal, kapan rencana berangkat?"

"Insya Allah lusa. Visa baru selesai diurus sama Kantor Teknis Urusan Haji kemaren."

"Mantap ya ente, bisa jadi temus!"

"Alhamdulillah, Ji. Rejeki ana tahun ini."

Fauzi, teman dari kekeluargaan Jakarta menyapanya ketika mereka bertemu di Mahathah sedang menunggu bis. Fauzi ingin ke Roxy, sedangkan Rizal ingin ke Kedutaan RI yang ada di daerah Giza, mengurus keberangkatannya ke Arab Saudi dalam rangka musim haji tahun ini.

Ini pertama kalinya Rizal mendapatkan kesempatan menjadi tenaga musim haji, yang berarti menjadi kesempatah ibadah haji pertamanya. Seperti biasa, setiap tahun pemerintah Indonesia menggunakan tenaga para mahasiswa Indonesia yang belajar di daerah Timur Tengah untuk membantu kelancaran pelaksanaan musim haji. Salah satunya adalah mahasiswa dari Mesir. Mereka biasa disebut 'Tenaga Musim Haji' atau Temus. Para mahasiswa yang dipilih biasanya mereka yang sudah ada di tingkat akhir perkuliahan atau para senior yang sudah lama tinggal di Kairo. Jumlah tiap tahunnya berbeda. Untuk tahun ini, KBRI Mesir mengirimkan 35 mahasiswa, termasuk Rizal.

Bagi mahasiswa yang kuliah di Mesir, ibadah haji layaknya sebuah liburan tiap tahun. Bisa dilakukan secara mandiri via kapal laut dengan biaya murah, atau mengikuti seleksi Temus dengan biaya gratis. Para mahasiswa yang berangkat hampir kebanyakan memiliki niat untuk bekerja selama musim haji di Mekkah-Madinah. Konon, uang yang dihasilkan selama bekerja pada musim haji bisa mengganti biaya yang dikeluarkan untuk biaya perjalanan plus uang saku untuk satu tahun kehidupan mereka. Menggiurkan. Itulah mengapa para mahasiswa menjadikan musim haji sebagai agenda 'mencari nafkah tahunan'.

Bagi Rizal, keberangkatannya ke Mekkah adalah untuk memenuhi janji bertemu ayahnya yang memiliki rencana berhaji tahun ini. Sejak meninggalkan tanah air di tahun 1994, Rizal belum pernah pulang dan bertemu ayahnya. Sebagai mahasiswa yang baru pertama kali menginjakkan kaki di luar negeri, Rizal terlarut dalam pesona Mesir. Negara yang memiliki sejarah-sejarah para nabi yang tercatat dalam al-Qur'an, memiliki peninggalan-peninggalan masa silam, dan negara yang terkenal dengan banyaknya masjid-masjid tua, kuno, dan bersejarah yang memiliki menara tinggi dan kokoh. Pesona Mesir ini mampu menghapuskan kerinduannya pada keluarga dan tanah air.

Kini, Rizal mendapatkan kesempatan untuk bertemu ayahnya di Mekkah. Ayah yang sebenarnya tidak benar-benar ia rindukan.

                                                                                      ***

Rizal dan ketiga puluh empat mahasiswa temus sudah mendarat di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah pada pukul 17.55 waktu setempat. Mereka termasuk gelombang ketiga yang datang setelah sebelumnya tiba mahasiswa temus dari Yordania dan Maroko. Rombongan mahasiswa temus dari Mesir paling banyak. Mungkin karena jumlah mahasiswa di Mesir memang paling banyak diantara negara Timur Tengah lainnya sehingga mendapat jatah yang lebih banyak untuk temus tahunan ini.

Suasana Bandara di sore hari itu tampak ramai namun tidak terlalu padat. Beberapa orang dari berbagai negara tampak lalu lalang. Beberapa petugas bandara terlihat berdiri di setiap sudut dan jalur yang dilalui para pendatang. Sepertinya kesibukan mereka melayani jamaah haji belum terlalu tampak mengingat puncak haji masih satu setengah bulan lagi.

Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah bisa dibilang sebagai bandara tersibuk di dunia jika sudah mulai memasuki bulan Dzulhijjah. Bulan dimana seluruh umat Islam akan berkumpul bersama di kawasan Madinah-Mekkah-Arafah untuk menunaikan ibadah haji. Bisa dibayangkan kesibukan negara Saudi melayani umat Islam di dunia yang mendapat kesempatan untuk menjalankan salah satu rukun Islam itu.

Sebagai Pelayan Dua Tanah Suci atau Khadimul Haramain, begitu Raja Saudi memberi gelar pada dirinya, pemerintah Saudi berusaha keras untuk memberikan pelayanan terbaik setiap tahunnya untuk jutaan jamaah haji seluruh dunia. Berbagai renovasi dan perbaikan dilakukan pemerintah Saudi di beberapa lokasi yang menjadi tempat pelaksanaan haji agar para jamaah merasa nyaman dan ibadah yang dilakukan bisa lancar.

Rizal dan rombongan kemudian digiring oleh orang Indonesia berperawakan pendek gemuk yang menggunakan rompi hitam bertuliskan 'Indonesia' di belakangnya ke salah satu sudut bandara. Dari pengenal nama yang terkalung di lehernya, tertulis nama 'Edi Sudrajat' dan 'Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia 1997'.

"Ayo adik-adik, silakan ditulis namanya masing-masing ya. Kita akan berkumpul sebentar disini untuk mendapat briefing singkat dari Pak Agus Dimyati, Staf Teknis Haji Kantor Urusan Haji Indonesia (KUHI)."

Dengan aksen jawa medok, petugas PPIH berompi itu berkata menggunakan pengeras suara di depan Rizal dan rombongan. Ia kemudian membagikan kartu identitas berlatar warna merah putih dengan nama yang masih kosong dan tulisan 'Tenaga Musim Haji Indonesia 1997' di bawahnya. Lima belas menit menunggu, datanglah seorang lelaki baya menggunakan jas dan kopiah hitam dengan ditemani beberapa lelaki yang juga menggunakan rompi bertuliskan 'Indonesia'. Lelaki itu mulai berbicara dengan pengeras suara.

"Assalamua'alaikum adik-adik sekalian. Selamat bergabung dalam Tim Petugas Haji Indonesia tahun 1997. Antum semua adalah bagian dari tenaga musim haji dan akan bergabung dengan petugas haji dari tanah air yang akan membantu para jamaah haji di Indonesia agar dapat melaksanakan ibadahnya dengan baik dan lancar. Beberapa dari antum nanti akan ditempatkan di beberapa sektor Haji yang ada di Jeddah, Mekkah ataupun Madinah."

"Keberadaan sektor-sektor ini bertujuan mempermudah para jamaah untuk kembali ke Maktab mereka dan juga membantu para jamaah Haji yang tersesat sepulang dari Masjid, yang kebanyakan terdiri dari usia lanjut. Sebagian dari antum juga akan bekerja membantu ketua kloter dalam membimbing jamaah saat pelaksanaan ibadah Haji seperti saat Wukuf, Mabit dan melontar jumroh, juga membantu mencari jamaah yang hilang atau tersesat pada saat wukuf atau Mabit di Mina."

Rizal mendengarkan dengan seksama penjelasan itu. Tugasnya disini memang tidak mudah. Ia ikut andil dalam pelaksanaan haji, khususnya dalam melayani para jamaah haji dari Indonesia.

"Untuk yang di madinah, tugas antum hampir sama dengan di Makkah. Selain ditempatkan di sektor-sektor haji, antum juga ada yang ditempatkan di rumah sakit Indonesia, membantu para dokter dan petugas kesehatan sebagai penerjemah bahasa jika memang pasien tersebut terpaksa harus dirujuk ke rumah sakit besar milik kerajaan Saudi arabia."

"Selanjutnya, antum akan segera bergabung dalam acara Orientasi Tenaga Musiman yang diselenggarakan PPIH selama dua hari di Kantor Urusan Haji Indonesia di KJRI Jeddah besok pada jam 8.00 yang akan dibuka secara resmi oleh Bapak Duta Besar untuk Saudi Arabia. Sekarang, silakan berkumpul di bis yang telah disediakan untuk menuju Mess Haji sementara!"

ADA CINTA DI HAJAR ASWADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang