#14

19.9K 2.7K 504
                                    

Sesaat setelah tubuhnya melewati pintu keluar apartemen Taehyung, Jungkook tidak lagi berbalik. Tetap melanjutkan langkah meski tergopoh, bahkan saat menyadari bahwa hal pertama yang didengar ketika pintu tertutup ialah suara pecah belah perabotan. Ia tau benar, Taehyung bukan pria yang sabar. Maka ketika amarah menggeluti seluruh akalnya, hal yang ia lakukan hanya merusak dan merusak segalanya. Melempar, menendang, memukul segala apa yang ada di sekitarnya. Melampiaskan segala amarah dan kepedihan yang seolah mengejeknya dari dasar logika.


Menjadikannya nyaris gila, tidak peduli apapun lagi bahkan ketika fisiknya babak belur akibat ulahnya sendiri.
Sebab dari segala luka dan goresan pada kulit tubuh yang dirasa, tidak pernah sebanding dengan sakitnya hati menyaksikan kepergian Jungkook untuk meninggalkannya.


Jungkook adalah hidupnya, nafasnya, cahayanya. Taehyung bahkan meyakini bahwa seluruh tujuan hidupnya berpusat pada Jungkook. Mencintai Jungkook sepenuh hati, menjaga dari jauh dan memiliki hati dan raganya, selamanya, seutuhnya.
Seolah segalanya berjalan terlampau tidak adil. Jungkook yang seenaknya, dan Taehyung yang mencintai Jungkook sepenuh hati, mempercayakan seutuh hatinya untuk ditempati Jungkook seorang tanpa ada lagi hasrat untuk membagi pada orang lain.


Dan Taehyung hancur. Dirinya pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Adalah saat dimana dirinya masih menyandang title sebagai mahasiswa teladan, ketika berada pada usia duapuluhan. Pendiam dan memiliki kemampuan otak diatas rata-rata. Jenius bisa dibilang. Banyak pula menyebutnya nerd. Banyak mahasiswi mendekatinya untuk menjadi pasangan kencan. Sayangnya Taehyung selalu menolak dengan alasan ingin fokus belajar.


Hingga pada pertengahan lima, dirinya dihadapankan dengan salah satu mahasiswi tingkat akhir. Seorang gadis cantik dengan penampilan elegan bak putri dari Disneyland. Perawakannya ramah dan lembut ketika bicara. Sopan dan menghargai sesama mahasiswa maupun mahasiswi tanpa memandang kasta. Im Yoona. Dan kala itu pula, Taehyung mulai mengerti arti dari ketertarikan yang berujung pada rasa cinta yang mendalam.


Singkat cerita keduanya menjadi dekat layaknya pasangan kekasih. Terlampau dekat jika hanya disebut teman, meski sebenarnya memang hanya sebatas teman. Tidak pernah ada kejelasan status dalam hubungan mereka, selain saling mengutarakan rasa dan memulai hari bersama. Terlampau sempurna saat keduanya berjalan beriringan layaknya pangeran dan permaisurinya. Menjadikan seluruh pasang mata menatap iri, betapa keduanya memang layak untuk hidup bersama, selamanya.


Lalu kala itu, 30 desember, dimusim dingin yang beku pada akhir tahun, Taehyung begitu bimbang memilih satu pakaian terbaik diantara jejeran pakaian branded yang tergantung dalam lemari mahalnya. Menyemprot sedikit parfum dan menyahut kunci mobil untuk menuju satu cafe mewah disekitar kampus; satu tempat yang ditunjuk gadis pengisi hati untuk dijadikan tempat kencan.


Taehyung terlampau bahagia mengingat ucapan gadisnya tentang kado terindah yang tidak akan ia lupakan seumur hidupnya. Menjadikan detak jantungnya berpacu puluhan kali lebih cepat dari biasa. Dasar perutnya serasa melilit membayangkan kejutan terindah macam apa yang akan didapat dihari spesialnya, hingga membuat bibirnya nyaris kram akibat tidak bisa menghentikan senyum yang terus mengembang.


Sayangnya ekspetasi indah yang semula berputar dikepala musnah sudah, begitu hal pertama yang dilihat ketika menginjakkan kaki didalam cafe ialah Yoona orang yang disukainya, berpelukan begitu mesra dengan Co Khuhyun, mahasiswa satu tingkat dengan Yoona yang mana sejauh yang Taehyung tau mereka pernah menjalin sebuah hubungan. Dulu, sebelum Yoona resmi menjadi begitu dekat dengannya.


Lalu ketika Taehyung mendekat dan meminta penjelasan untuk semuanya, ia merasa menyesal karena telah melakukannya. Menyesal karena bertanya hal konyol yang membuatnya nyaris mati saat itu juga.



Relation ㅡ kth+jjkWhere stories live. Discover now