Lima (END)

10K 329 21
                                    

Kenapa semua ini harus terjadi kepadaku? Sebenarnya apa salahku Tuhan? Kau ambil Lexie dan Fran, sekarang kau ambil calon anakku. Nanti? Siapa lagi? Aku? Kuharap kau cabut saja nyawaku. Kehilangan seoarang anak itu bukan hal yang sepele. Aku ingin pulang, kerumah Orang Tuaku. Dan keputusanku sudah bulat, aku ingin bercerai dari Justin.

"Nona? nona mau kemana? Nona harus beristirahat dulu jangan banyak bergerak, nona kan baru pulang dari Rumah Sakit"

Maria menghampiriku, kebetulan saat dia masuk aku tengah membereskan pakaian pakaianku.

"Aku ingin pulang, kerumah Orang Tuaku"

"Tapi nona, bagaimana dengan Tuan?"

Aku menghembuskan nafasku dengan berat.

"Kau sudah tau maria, aku dan dia akan bercerai"

"Nona, sebaiknya nona fikirkan lagi. Tidak sebaiknya nona mengambil keputusan dalam keadaan emosi"

aku mencoba menenangkan diriku saat tiba tiba kejadian disaat Justin menendang perutku terus menerus dan membuatku kehilangan calon anakku. Yatuhan, seharusnya aku tidak bersikap seperti itu kepada Justin. Jika aku diam semua ini tak akan terjadi.

"Maria, kau tidak merasakan bagaimana rasanya menjadi diriku. Aku kehilangan Lexie dan Fran, sekarang aku kehilangan Calon anakku, dan yang membuat aku kehilangan anakku itu adalah Suamiku sendiri"

Maria meraih tanganku membawa tubuhku untuk duduk diranjangku. Dia mengelus pelan tanganku.

"Nona, bukan maksud saya mau ikut campur. Tapi coba Nona fikirkan kembali, apa Tuan melakukan hal itu tuan mengetahui Nona tengah mengandung anaknya?"

Aku menggelengkan kepalaku, Justin tidak mengetahui hal itu karena aku menyembunyikannya.

"Apa nona tau apa yang Tuan lakukan semalam?"

Aku kembali menggelengkan kepalaku. Setelah pulang kemarin aku langsung kekamarku dan mengurung diriku.

"Tuan menangis, tuan menyesali semua perbuatannya. Tuan mencaci dirinya sendiri. Bahkan, Tuan melukai dirinya sendiri, Tuan menonjok Kaca yang berada dikamar Tuan. Tuan mabuk mabukkan dikamarnya. Tuan Justin benar benar berantakan sekarang, ditambah Nona menginginkan sebuah perceraian"

Aku membelakkan mataku, Justin melukai dirinya sendiri?

"Tidak mungkin Maria"

"Jika nona tidak percaya Nona boleh melihat Tuan diatas, Tuan tidak keluar dari kamarnya. Sama seperti nona, mengurung diri"

Aku menggigit bibir bawahku. Haruskah aku menemui Justin?

"Nona, Tuan sudah menyesali perbuatannya, bukan maksud saya ingin mencampuri semuanya terlalu dalam bukan, hanya saja saya tak ingin melihat perceraian diantara Nona dan Tuan, kalian pasangan muda masih bisa merubah semuanya, membangun semuanya dari Nol"

Aku mendesah Frustasi, entahlah. Yang aku inginkan hanya pulang ke rumah orang tuaku sekarang, soal perceraian aku akan memikirkannya lain kali. Mungkin aku akan menemui Justin, sekedar berpamitan.

"Entahlah Maria, aku akan menemuinya. Sekedar berpamitan"

Maria melemparkan senyumnya kepadaku.

"Semua keputusan ada ditangan Nona, baiklah"

Aku membawa tasku, dan koperku. Aku menyimpan Koperku didekat Tangga. Aku melangkahkan kakiku menuju kamar Justin. 

Bau alkohol tercium disini. Aku membuka pintu kamar Justin.

"Astaga"

Apa apaan ini? Ini bukan kamar, tapi ini layaknya kapal pecah. Botol minuman dimana mana. Aku melihat kaca besar yang kini sudah retak hancur berkeping keping. Hell justin, apa yang kau lakukan?

HURTSWhere stories live. Discover now