21. Be without you

83 2 0
                                    

**Daniel pov**

Aku tidak bisa terus menerus menahan diri dan menuruti perintah managerku untuk tidak pergi. Aku harus pergi menemuinya, sekarang juga. Dia sudah cukup menderita karena semuanya.

Kalau saja aku mendengarkan perkataannya. Aku tidak perlu merelakan semuanya, kejujuran, hubungan dan waktu. Seperti yang dia katakan.

Ku buka pintu rumah itu. Tentu saja aku bisa melakukannya karna dia begitu percaya padaku dan memberikan kode rumahnya. Tapi di sana, sangat rapi. Tidak seperti biasanya.

Dan dia tidak ada. Pakaiannya di lemari juga kosong. Kopernya tidak ada. Barang-barangnya sudah tidak ada di sana. Yang tersisa hanya boneka-boneka pemberianku, komik, dan beberapa barang-barangku yang sengaja ku tinggal di sana.

Dia kemana?

"Apa Ae Cha menghubungimu? Rumahnya kosong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa Ae Cha menghubungimu? Rumahnya kosong. Apa dia pindah?", tanyaku segera setelah sampai di salah satu ruangan dokter RS terkenal daerah Seoul itu.

"Kau gila?", Heeji kemudian memukul-mukul lenganku dengan kesal. Sambil menangis. "Bagaimana kau bisa diam saja sementara dia setiap hari tersiksa. Kau bahkan sama sekalii tidak menemuinya. Apa yang kamu lakukan pada temanku?"

"Mianhae. Aku sangat menyesal karna datang terlambat. Bisakah kamu memberitahuku dimana dia sekarang? Jebal Heeji", mohonku. Berharap Heeji mau berbaik hati dan memberitahu dimana dia sekarang. "Setidaknya aku harus meminta maaf karna telah menyebabkan kekacauan ini".

"Dia ke Taiwan bersama bosnya untuk perjalanan bisnis. 2 minggu yang lalu. Dan 2 hari setelah kepergiannya, dia tidak bisa dihubungi", Heeji masih saja tergugu dan memukulku. "Aku khawatir dia akan melakukan hal bodoh karena orang sepertimu. Kamu tau kan dia sangat ceroboh. Bagaimana bisa dia pergi sendirian? Hiks. Dia sama sekali tidak bisa dihubungi".

Seperti pada kisah-kisah yang pernah aku baca. Penyesalan selalu datang di akhir. Saat si wanita pergi, penyesalan itu baru hadir. Rasa kehilangan itu baru terasa. Persis seperti yang kurasakan saat ini.

"Ada apa menemuiku?", tanya lawan bicaraku tenang, seperti biasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ada apa menemuiku?", tanya lawan bicaraku tenang, seperti biasa. Kami berada di kantin yang lebih tampak seperti sebuah restoran, di lantai dasar perusahaannya.

DignityWhere stories live. Discover now