Bab 4 Luka dan Rasa Sakit

3.9K 155 3
                                    

LEON POV

Seminggu setelah kencan pertama kami. Bagiku semuanya terasa sempurna dan aku tidak pernah sebahagia ini. Semuanya memang terasa indah jika melihat sinar lampu kerlap-kerlip, tapi sering kali kita melupakan bahwa selalu ada bayang gelap yang ada di sekitarnya.

Aku melupakan..... kalau betapa jahatnya seseorang bisa melukai orang lain.

"Saya tanya sekali lagi pada kalian berdua.... apa foto ini benar adalah kalian berdua?" Wali kelasku bertanya dengan tidak sabar sambil menunjuk foto kami di halte waktu itu. Jika dilihat dari fotonya, seseorang sepertinya sedang mengambilnya dari mobil tidak jauh dari halte. Seseorang membuntuti kami.

"Kalau iya memang kenapa?!" Aku membentak, kesal karena ketidakadilan ini. Selain itu melihat Chris menunduk penuh penyesalan semakin menyulut emosiku. Kami berdua tidak bersalah, kenapa Chris harus merasa bersalah?

"Jaga ucapanmu, Leon!! Apa begitu seharusnya seorang murid bicara pada gurunya?!!" Wali kelas Chris menggebrak meja dan menantangku.

Aku hendak membalas tetapi terhenti ketika Chris menggenggam lenganku dan menggeleng pelan. Wajahnya begitu terlihat khawatir juga takut sehingga akhirnya aku mengalah dan diam. Meski begitu, aku menolak menunduk karena aku tidak melakukan kesalahan.

"Chris.... kenapa kamu melakukan ini? Apa kamu sadar dengan apa yang kau lakukan? Ini pasti hanyalah main-main saja kan?" Wali kelas Chris masih terlihat tidak percaya kalau murid kebanggaanya ternyata mengkhianati citra murid sempurnanya.

"Maaf mengecewakanmu, pak."

"..... astaga....." semua guru di ruangan itu memasang eskpresi jijik dan kecewa pada kami.

"Kami akan berusaha untuk berhati-hati mulai dari sekarang dan memastikan kalau nama baik sekolah ini tidak akan tercemar. Atas nama Leon dan aku, kami mengucapkan minta maaf sedalam-dalamnnya, pak. Kejadian seperti ini..... tidak akan terulang lagi."

"Chris...."

"Kembalilah ke kelas kalian.... kami akan melakukan rapat dengan kepala sekolah untuk memutuskan tindakan apa yang harus kami lakukan. Aku akan memanggil kalian lagi besok." Ucap wali kelas Chris, membuang muka.

Aku mengikuti Chris keluar ruang guru dan beberapa murid yang mengerubungi di depan pintu langsung membubarkan diri dan pura-pura tidak mendengarkan apa yang sebenarnya kami bicarakan tadi. Pandangan mereka menggunjing, menghakimi, dan mengejek sedangkan kami berusaha sebisa mungkin tidak menghiraukan mereka dan terus berjalan ke kelas.

"Um.... aku baru ingat kalau ada rapat osis. Kita bertemu lagi nanti?" Chris tersenyum dan aku heran kenapa dia masih bisa tersenyum seperti itu meski aku tahu sebenarnya dia sangat menderita dengan ini semua. Jujur saja bagiku hal seperti ini tidaklah terlalu mengganggu karena aku sudah terbiasa diperlakukan seperti ini, tapi bagi Chris.... aku khawatir.

"Tidak. Aku akan bolos jam terakhir ini dan menunggumu diluar ruang osis."

"Kalau begitu kau akan melanggar janjimu, Leon."

"Aku tidak peduli, Chris. Aku khawatir." Chris menyentuh pipiku dan mengusapnya dengan ibu jari, berusaha menenangkanku dengan senyumannya lagi.

"Jangan khawatir, Leon..... semuanya akan baik-baik saja."

Aku menangkup tangan yang menyentuh pipinya dan menciumnya lembut sebelum aku melepaskannya dan Chris pergi. Aku percaya dengan ucapanmu Chris..... tapi siapa yang sebenarnya aku bohongi? Tidak ada dari semua ini yang akan baik-baik saja.

Aku dan Kamu (Tamat)Where stories live. Discover now