SEVENTEENTH

21.4K 2.5K 280
                                    

"Ibu menyayangimu, nak. Jaga dirimu dan

... ayah"

"Baik bu. Aku juga ingin menjaga ibu, ibu cepat sehat ya. Ayah pasti kembali."

"Anak ibu, cantik sekali."

"Mm seperti ibu"

Kadang aku merasa iri dengan mereka yang masih memiliki orang tua lengkap, keluarga yang harmonis, berbelanja bersama, berlibur bersama dan semuanya.

Tidak seperti diriku, terbuang.

Terbuang karena sikap pecundang ayah kandungku sendiri, sampah.

Dan hidup terkatung katung seperti sekarang. Bersama pria yang berada diluar ambang batas normal. Jika saja aku ini tidak waras, bisa dipastikan akan masuk kedalam lubang setannya yang menyesatkan.

Beruntunglah dulu aku mendapat beasiswa untuk kuliah, meski sedikit curang karena pemalsuan identitas. Entahlah, aku belum memikirkan bagaimana solusi masalah itu nantinya. Yang pasti, sekarang aku aman.

Dan mendapat tempat tinggal gratis juga gaji dari Taehyung, meski sepatutnya aku harusnya bersyukur, tapi di satu sisi aku ingin menganggapnya sebagai sebuah kesialan. Kesialan yang sempurna.

Langit pun ikut kelam, sekelam hatiku yang sedang meratapi nasib saat ini. Kupangku tangan kananku dengan daguku sendiri. Akhir-akhir ini aku merasa cukup lelah dan jenuh. Tugas, belajar, Taehyung, semua membuatku lelah.

"Hey!"

"Ehmhh. Kau"

"Iya. Aku. Kenapa? Kau tidak suka?"

"Ck!"

"Ehehe aku kan hanya bercanda, cantik."

CAN-TIK?

Jangan lupakan dia mencubit pipi kananku lembut saat mengatakan kata terakhir.

Cepat-cepat aku melihat ke sekeliling untuk memastikan tidak ada orang yang mengenal kami mendengarkan dan melihat kelakuan Jungkook barusan.

"Tenang saja, para hyung kan sedang kuliah," Jungkook malah berucap santai sambil duduk didepanku. "Menghayalkan apa barusan, seru sekali sepertinya."

"Tidak ada," kataku sambil mengaduk Matcha ku dengan bubuknya yang sudah mengendap.

"Maaf ya lama menunggu. Tadi Jung Ssaem mengajakku ngobrol sebentar."

"Eum, kau mau pamer kalau kau ini si anak akselerasi, Jeon?"

Jungkook mendadak tertegun, menatapku selama beberapa detik lalu tertawa kencang.

"Ah, akhirnya Han kembali," katanya sambil bertepuk tangan.

"Ssssttt Jeon Jungkook, mulutmu yaampun. Sssst diamlah, jangan bahas bahas itu."

Aku bahkan menaruh telunjukku ke bibirku menaruh gerakan diam sambil menatap Jungkook dengan geram.

Setiap dia membahas itu, rasanya seperti membunyikan terompet kematianku.

"Kau ini, tidak usah sekhawatir itu. Sudah kubilang para hyung kan sedang ada kelas."

"Tetap saja Jungkook, tetap saja. By the way mulai sekarang panggil aku hyung, aku ini lebih tua darimu, Jungkook."

"Hyung? Ah sebutan itu kurang pantas untukmu. Bagaimana kalau Noona, saja."

"JUUUUUUUUNGGGG," aku merengek ketakutan sementara Jungkook kembali tertawa kencang.

HOUSEMATE ✔Where stories live. Discover now