32

5.4K 562 41
                                    

Selamat malam minggu!

Bacanya yang tenang ya meski ini masih bab konflik😂

Enjoy Hiraeth🌻

Dan jangan lupa dukungannya berupa taburan bintang dan komennya! Mari berbaper ria bersama😂

*******

Kayla

Udah setengah jam Janu hanya duduk diam di sofa apartemen gue. Dia terus-menerus menunduk sambil sesekali menyesap teh hangat yang gue buatkan untuknya.

Gue memilih duduk di seberang Janu. Memandanginya sambil terus menunggu kapan pria yang sukses membuat baju gue basah dengan air matanya tadi membuka mulutnya dan menjelaskan segalanya ke gue.

Gue bisa aja maksa Janu untuk menceritakan semuanya, tapi kalo kondisinya gak seperti ini. Siapa yang nyangka kalau setelah menghilang selama seminggu Janu malah memilih buat nongol di apartemen gue? Bukannya di rumah Tisha atau rumahnya?

Seandainya Janu gak terlihat sestres ini mungkin sekarang gue lagi menjambak rambutnya biar dia cepet cerita. Tapi sekarang kondisinya beda.

Janu....

Sekali lihat aja gue udah bisa tahu kalau dia sedang stres berat. Dan gue gak perlu tanya kenapa alasannya.

Karena alasannya hanya satu.

Dia takut menjadi seorang ayah.

Pria yang sudah menghamili tunangannya ini baru bilang dia takut menjadi seorang ayah ketika sudah berhasil menghamili Tisha.

"Ando mana, Kay?"

Gue menaikkan sebelah alis gue ketika mendengar pertanyaan pertama yang Janu utarakan.

"Di tempat di mana seharusnya lo berada sekarang," jawab gue setenang mungkin padahal gue pengen banget jawab dengan nada nyinyir tapi lagi-lagi keadaan Janu membuat gue mengurungkan niat gue.

Janu mungkin bener-bener udah stres plus gila kali ya, mendengar jawaban gue yang jelas-jelas menyindir dia tapi sekarang dia malah senyum.

"Kenapa senyum?" tanya gue.

Janu menatap gue. Dia memang tersenyum tapi senyum itu gak sampai di matanya.

"Kamu salah," jawabnya.

Gue mengernyitkan dahi gue, bingung dengan apa yang salah yang dimaksud Janu.

"Ando gak berada di tempat yang salah, dia berada di tempat seharusnya dia berada," lanjut Janu, semakin membuat gue bingung.

Janu terus tersenyum, tapi kini dia tidak menatap gue, dia mengalihkan pandangannya ke cangkir gelasnya yang masih ia pegang.

"Kamu tahu, Kay? Sekarang aku cuma mikirin satu hal," katanya dan kembali mematap gue.

Gue menelan saliva gue, merasa gak nyaman dengan tatapan yang diberikan oleh Janu.

"Bisakah.... kita kembalikan segalanya seperti dulu?"

Gue diam.

"Kamu sama aku... dan Ando bersama Tisha."

Gue masih diam. Bukan karena bingung harus membalas perkataan Janu dengan apa, tapi karena menahan emosi gue yang semakin naik seiring dengan kata-kata yang sepertinya gak dipikirkan panjang kali lebar oleh Janu keluar dari mulutnya.

"She's happy with him, dan aku rasa Ando lebih siap menjadi seorang ayah dibandingkan dengan aku," lanjut Janu, masih menatap gue tajam.

"Dan kamu... aku tahu kalau kamu masih menyukai aku, Kay."

Hiraeth.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang