16

497K 14.2K 107
                                    

Sampai kapan Miracle akan terus berada disini. Pertanyaan itu selalu muncul di benaknya.
Ia yang berdiri di dekat jendela dengan tatapan kosong merasa sudah putus asa. Tidak ada jalan lagi untuk lepas dari jeratan ini. Bisa saja Miracle egois mencari seribu cara agar bisa melarikan diri tanpa memikirkan nyawa paman tukang kebun yang sudah menolongnya. Tapi tidak mungkin ia tega mengorbankan nyawa orang demi kebebasannya sendiri. Tidak mungkin.

Memorinya memutar kembali ketika di pantai. Seharusnya Miracle tidak keluar dari kedainya selama satu minggu ketika melihat Sean ada di pantai saat itu. Kenapa ia sangat terburu-buru keluar. Bodoh sekali. Pikirannya sangat menyesali kecerobohannya yang membuat dirinya kembali ke rumah terkutuk ini. Miracle menghela napas pasrah menjalani hidup seperti ini.

Yang paling mengenaskan adalah lelaki bastard itu hanya tertarik dengan tubuhnya. Ia merasa dirinya sama dengan wanita murahan diluaran sana. Dan yang paling menyebalkan ketika tubuhnya selalu berkhianat dengan akal sehatnya. Saat itulah Miracle begitu sangat jijik dengan dirinya sendiri. Serangan gairah yang diterimanya membuat tubuh Miracle sulit untuk dikendalikan. Dan ia sangat benci itu.

"Memikirkan cara untuk melarikan diri, huh?" Suara parau itu selalu mampu membuat bulu roma menggidik.

Miracle tidak berani memutar tubuhnya karena pantulan bayangan dari kaca memperlihatkan kalau Sean berada tepat dibelakangnya dan sangat dekat.

Miracle tidak berani memutar tubuhnya karena pantulan bayangan dari kaca memperlihatkan kalau Sean berada tepat dibelakangnya dan sangat dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan lembut Sean mencium pundak Miracle. Tentu saja sikap itu mampu membuat tubuh Miracle tersentak kecil meski ia berusaha untuk biasa-biasa saja.

Sean yang terus-terusan mengusap lembut pundak hingga ke tengkuk itu membuat tangan Miracle mengepal didepan debaran jantungnya. Bersiap memberi benteng jika Sean melakukan hal yang tak diinginkan.

"Aaahh, kamu selalu mampu membuatku bergairah." Bisik Sean membuat Miracle jijik dan berniat untuk pergi.

Tapi baru satu langkah saja, tangan kanan Miracle langsung dipelintir oleh Sean. Sehingga Miracle meringis kesakitan dan tidak bisa berbuat apa-apa. Telapak kiri Miracle hanya bisa menempel di kaca depannya, sementara tangan kiri Sean melingkari perut Miracle.

"Lelaki bastard, huh?" Desis Sean menciumi leher jenjang didepannya. Walaupun Miracle berusaha biasa saja, tetap saja tubuhnya memberi respon yang berbeda. Sudah tidak bisa dipungkiri.

Mata Miracle melebar saat dibawah sana, ia merasakan sesuatu yang keras.

Oh tidak. Untuk kali ini, ia tidak akan membiarkan lelaki bastard ini menjamah tubuhnya. Tidak akan.

Dengan sekuat tenaga Miracle memberontak sebisa mungkin. Sementara Sean terkekeh dalam hati melihat perlawanan dari wanitanya. Kemudian Sean pun melepas pelintiran itu lalu membalikkan tubuh Miracle agar mereka saling memandang.

Sean merogoh sesuatu di kantong jasnya. Mengambil sebuah kantong kain yang terlihat begitu elegan berwarna biru tua.

"Buka."

Stt...Bastard 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang