22

449K 12.7K 284
                                    

Menghirup udara Paris dari balkon hotel sangatlah menyenangkan apalagi ditambah pemandangan bangunan yang tertata kokoh dan kuat disana. Bahkan icon Paris yang terkenal di seluruh dunia terlihat jelas menjulang tinggi mencakar langit.
Sesaat terbesit kalimat terakhir Sean tadi pagi sebelum meninggalkan Miracle yang mabuk kepayang dalam permainan jari lelaki bastard itu.

"Aku akan selalu memuaskan dirimu, sweetie." Ucap Sean begitu lembut kemudian mencium bibir Miracle begitu intens sebelum akhirnya pergi.

Miracle menghela napas panjang, lalu ia ambil sesuatu di kantong rok nya. Ia tatap batu biru yang sangat cantik itu dalam genggamannya. Sungguh, indah berlian biru ini. Jika bukan dari Sean, ia tidak akan pernah memegang benda mewah yang sangat cantik ini.

 Jika bukan dari Sean, ia tidak akan pernah memegang benda mewah yang sangat cantik ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"aku ingin kamu mengenakan kalung ini sendiri... Hanya kalung ini... Tanpa paksaan... Tanpa amarah... Tanpa kebencian... Dan tanpa sehelai apapun... Hanya kalung ini...seperti Rose..."

Ucapan Sean teringat jelas dalam memori Miracle yang membuat menggidik.
Bagaimana tidak, dalam adegan Rose mengenakan kalung ini. Rose yang datang sendiri dan menghampiri Jack tanpa busana apapun kecuali kalung yang melingkar di lehernya. Ketika itu Jack terperangah hingga menelan saliva melihat pemandangan yang begitu vulgar di hadapannya.
Tidak. Tidak mungkin Miracle melakukan itu dengan Sean. Miracle menggeleng-geleng jijik saat membayangkan hal itu ia lakukan. Tak akan pernah.
Jack dan Rose dua insan yang saling mencintai. Tentu Rose rela melakukan apapun untuk sang kekasihnya. Dan begitu pula dengan Jack yang telah mengajarkan bagaimana cara mencintai serta membahagiakan Rose meski ia bukan dari kalangan bangsawan. That's it
Sangat berbeda dengan Sean yang bisanya hanya memaksa dan menuruti semua kemauannya. Bahkan lelaki bastard itu tidak pernah tahu apa yang dinamakan cinta. Dia hanya tahu cara bagaimana membuat dirinya senang dan terpuaskan.
Lebih baik Miracle simpan kembali kalung indah itu kedalam sakunya, karena memikirkan kalung ini saja rasanya membuat otak dan hati Miracle ingin meledak secara bersamaan.
Beberapa saat setelah perang dengan pemikirannya sendiri, ada suara ketukan pintu di luar sana. Miracle menoleh kesana lalu melangkah berniat membukakan pintu.
Garis kerut di kening Miracle muncul saat melihat sesosok wanita yang sangat menawan berdiri jenjang dibalik pintu. Sepertinya Miracle pernah melihat wanita cantik ini.
Ah, ya. Dia adalah wanita cantik yang berciuman dengan Sean di pesta tempo hari. Amely.
Miracle tersenyum manis setelah teringat wanita cantik didepannya. Dengan dikawal dua bodyguard, Amely masuk begitu saja kedalam kamar hotel tanpa membalas senyuman Miracle.
Tentu sudah bukan hal yang menyakitkan lagi bagi Miracle, karena ia sudah biasa menerima sikap dingin seperti itu.
Sesudah semua masuk, Miracle menutup pintu lalu menuju bar kecil mengambilkan minuman untuk tamunya. Sementara Amely hanya mengedarkan pandangan dinginnya
ke segala penjuru kamar. Kamar yang mana ditempati Sean dan wanita tunawicara itu.
Rasanya Amely mendengus kesal, bisa-bisanya Sean mencampakkan dirinya demi wanita yang bicara aja tidak bisa.
Tiba-tiba Amely menepis tangan Miracle saat berniat menyentuh lengan Amely.
"Jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotor mu itu." Ketus Amely dengan tatapan sedingin es.
Meski Miracle cukup terkejut dengan sikap Amely tapi ia tetap berusaha ramah dan tersenyum sembari menganggukkan kepala. Kemudian Miracle melangkah menuju sofa untuk mempersilahkan Amely duduk. Tentu dengan gerakan tangan, ia mengarahkan Amely menuju sofa.
Namun Amely hanya melipat kedua tangannya sembari tersenyum kecut disana dan berkata "Apa kamu kira aku mengerti apa yang kamu maksud, huh?" Nada suara Amely benar-benar seperti memamerkan kekurangan Miracle "bagaimana mungkin Sean menyukai wanita yang bicara saja tidak bisa." Celanya membuat Miracle tertegun menatap wanita cantik itu.
"Katakan, aku harus membayar tubuh kamu berapa untuk bodyguard ku?"
Oh sungguh, begitu tajam ucapan Amely sehingga mampu membuat Miracle mematung meneteskan air mata. Sedikitpun Miracle tidak menginginkan hidupnya seperti ini. Jika saja ia bisa memilih, ia milih supaya tidak pernah bertemu dengan lelaki bastard bernama Sean. Dan asal Amely tahu bahwa Miracle sudah berusaha melarikan diri dari Sean sejak awal perjumpaan mereka yang sangat mengerikan.
"Apa di tempat tidur itu, kamu menghabiskan malam bersama Sean, huh?" Mata Amely mengarah ke tempat tidur mewah disana.
Apa yang bisa Miracle lakukan, perkataan Amely sudah sangat menyakitkan sedangkan Miracle tidak bisa menjawab apapun karena ia tidak memiliki suara.
"Ok, aku anggap kediaman mu ini adalah sebuah persetujuan untuk melayani kedua bodyguard ku." Amely menyeringai memberi isyarat kepada anak buahnya untuk membawa Miracle ke tempat tidur.
Sontak Miracle terbelalak ketakutan mendengar ucapan gila Amely. Ia bergegas berlari kearah pintu, sayangnya bodyguard Amely lebih gesit ketimbang dirinya sehingga Miracle lebih mudah ditangkap kemudian diseret paksa menuju tempat tidur.
Tentu saja Miracle meronta, melawan dan menendang-nendang walaupun semuanya sia-sia.
"Kamu lebih pantas dengan mereka daripada dengan Sean. Setidaknya kamu tau diri. Dasar bisu." Ketusnya begitu merendahkan Miracle. Lalu ia duduk menikmati tontonan mengenaskan didepan matanya. Terukir senyum lancip yang sangat licik di wajah cantik Amely. Ia terlihat sangat senang melihat Miracle menangis histeris tanpa suara, rasanya tidak sabar melihat anak buahnya dipuaskan oleh tubuh wanita tunawicara itu.
Ketika tubuh Miracle dilempar keatas tempat tidur, Amely melihat sesuatu terjatuh di lantai. Matanya menyipit memerhatikan benda itu.
"Berhenti." Titahnya lugas sehingga mampu membuat anak buahnya mematung tanpa melepas Miracle.
"Ambil benda di lantai itu." Lanjutnya, kemudian salah satu bodyguard nya mengambil kalung bermata biru itu untuk atasannya.
Amely menggantungkan kalung itu pada jemarinya sambil memperhatikan setiap detail berlian biru yang begitu terkenal ini.
Tentu, Amely mendengus kesal. Ini adalah berlian asli. Benar-benar asli. Ia tidak habis pikir, Sean memberikan kalung terkenal ini untuk wanita tunawicara itu. Rasanya hati Amely semakin panas saja.
"Puaskan nafsu kalian, sepuas mungkin." Ucapnya begitu sadis.
Tidak. Tidak. Tidak. Miracle rasanya ingin mati saja sekarang jika ia harus diperkosa.

Stt...Bastard 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang