20

2.4K 281 0
                                    

In Ha dan Seokjin duduk di ruang latihan. Masih sama-sama diam menetralkan keadaan. Terlebih In Ha yang masih sibuk mengatur detak jantungnya yang hampir lompat dari tempatnya saat mendapati Kim Seokjin dengan santainya berada didepan kamarnya. Bagaimana kalau pengawas ruangan tahu jika ada laki-laki yang menyusup ke asrama wanita, terlebih laki-laki itu bukan laki-laki sembarangan, melainkan Kim Seokjin---si bintang yang sedang naik daun. Bisa geger alam semesta ini.

Seokjin menyodorkan sekaleng soda yang sejak tadi ia genggam dalam saku hodienya pada In Ha. Sedangkan ia membuka satu lagi kaleng berisi kopi untuk diminumnya.

"Aku tidak minum soda, sunbae." In Ha mendorong kaleng soda tadi kearah Seokjin.

Seokjin yang tengah menenggak kopinya hampir saja tersedak, "kenapa tidak bilang? Aku kan bisa memberimu kopi ini kalau begitu."

"Kalau begitu kenapa tidak tanya?"

Seokjin tidak menjawab, hanya berdehem seadanya mengalihkan rasa malunya, "yasudah, jangan diminum kalau begitu." Seokjin mengambil kembali kaleng sodanya dan memasukannya kembali kedalam saku hodienya dengan wajah sedikit merengut sebal.

In Ha hanya tertawa kecil melihat kelakuan Seokjin yang sebenarnya terlihat lucu dengan wajah sebal seperti itu, "salahmu sendir menawari tanpa bertanya."

Seokjin hanya mendecih dengan seutas senyum tipis, "kalau begitu mau ini?" Seokjin mengangkat kaleng kopi dan menyodorkannya tepat didepan wajah In Ha.

"Sudahlah basa-basinya, sunbae. Aku tidak ingin minum,"

"---katakan saja ada apa tiba-tiba mencariku?"

Seokjin menghela napas sejenak. Pandangannya ia pusatkan pada pantulan sempurnanya lewat dinding cermin dihadapannya. Sesekali melirik lawan bicaranya yang pula tengah menatapnya refleksinya dari cermin.

"Kau masih bersama dengan Yoongi?" Satu pertanyaan paling canggung bagi keduannya akhirnya melesat keluar dari mulut Seokjin.

In Ha tak langsung menjawab. Ada rasa tegang dalam tubuhnya mendengar pertanyaan itu. Lebihnya In Ha merasa bingung tentang jawaban apa yang harus ia katakan.

"Kenapa tiba-tiba menanyakan itu, sunbae?"

"Kenapa? Kau merasa tidak nyaman dengan pembicaraan itu?"

In Ha menggeleng pelan. Kemudian memilih menundukan kepalanya, kebiasan In Ha saat tengah bingung, "aku juga tidak tahu, sunbae?"

Seokjin menyeringitkan dahinya tak mengerti, "maksudmu?"

"Aku juga tak tahu bagaimana hubunganku dengan Yoongi sunbae sekarang." Suara In Ha terdengar lirih ditelinga Seokjin.

"Loh, kukira kalian sudah baik-baik saja."

In Ha mendongakan wajahnya menatap Seokjin, "kenapa kau berpikir seperti itu, sunbae?"

"Tidak, maksudku belakangan Min Yoongi sudah berubah seperti dirinya yang biasa. Kau tahu, maksudku---dia tidak lagi seperti orang gila seperti sebelumnya."

"Aku tidak mengerti." Geleng In Ha.

"Begini, setelah kalian biacara beberapa waktu lalu di kantin, Min Yoongi tidak lagi bekerja seperti orang kesetanan. Dia juga mulai kembali makan dengan teratur, bahkan selalu menyempatkan diri untuk tidur,"

"---kukira itu karena masalah kalian sudah teratasi."

In Ha kembali mengalihkan wajahnya. Menunduk dan menatap lantai dengan pikiranya yang menerawang. Ada rasa yang berkecamuk saat mendengar bagaimana Yoongi telah menuruti perkataanya untuk kembali menjalani kehidupanya seperti biasa. Bukankah seharusnya In Ha senang jika memang itu benar terjadi. Yoonginya saja bisa kembali menjadi Yoongi yang biasanya. Lalu haruskah In Ha juga melakukan hal yang sama? Benar-benar berhenti sepenuhnya pada hubungan mereka. Melupakan untuk mencari jalan keluar dan benar-benar menyudahinya dengan Yoongi, karena sekarang Yoongi pun sudah baik-baik saja. Bukankah itu artinya keadaan sudah kembali seperti sediakala?

Jadi aku harus berhenti disini?

"Syukurlah, sunbae. Kurasa sekarang keadaannya sudah lebih baik." In Ha tersenyum pada Seokjin.

"Iya, tapi jelaskan dulu sebenarnya bagaimana hubunganmu dengan Yoongi?"

In Ha kembali menampilakan gurat senyum manisnya, "sepertinya sudah selesai, sunbae. Aku ingin tetap pada impianku. Aku sudah berjalan terlalu jauh untuk menyerah."

"Kau serius?"

In Ha mengangguk pasti, "lagipula Yoongi sunbae pasti tidak akan rela menyerah akan impiannya. Kurasa ini pilihan yang terbaik, sunbae."

Seokjin menghela napasnya. Kemudian meletakan lengannya pada bahu In Ha, seolah tengah memberi kekuatan dan dukungan yang memang sangat In Ha butuhkan, "apapun yang terjadi, kuharap itu yang terbaik untuk kalian. Dan kuharap kau juga akan mendapatkan impianmu segera."

In Ha mengangguk sambil memberi seutas senyum, "terimakasih, sunbae. Kuharap kau juga akan selalu bersinar bersama semua member BTX, termasuk Yoongi sunbae."

Pun Seokjin hanya memberi anggukan tipis bersama senyum simpul. Namun matanya yakin pada apa yang ia lihat. In Ha tidak baik-baik saja. Pilihannya bukanlah apa yang diinginkannya. Seokjin tahu jika hati In Ha tidak menyerah. Ia hanya lelah melawan keadaan yang tidak akan mengalah pada dirinya, itu sebabnya ia memilih mundur.

☆☆☆☆

Yoongi masih berdiri mematung diambang tangga sambil menatap presensi In Ha yang pula tengah menatapnya. Ada raut tidak suka yang ditampilkan oleh Min Yoongi soal pertanyaan istrinya tadi. Tentang mantan kekasihnya.

"Apa maksudmu?" Yoongi berjalan mengahampiri In Ha. Menuntut penjelasan atas pertanyaanya tadi.

"Aku tanya padamu, apa tak ada yang kau sembunyikan dariku?" Wajah In Ha mendongak menatap presensi wajah Yoongi yang berdiri.

"Tidak. Memang apa yang harus kusembunyikan." Jawab Yoongi dengan penuh percaya diri.

In Ha mendecih. Memalingkan wajahnya dengan sebuah seringai kecil, "dusta."

"Apa? Apa kau bilang?"

In Ha berdiri dari sofa. Menatap Yoongi yang kini berhadapan tepat didepan tubuhnya. Menatapnya lekat, "alasan kau pulang terlambat semalam, karena mantan kekasihmu itu kan?"

Yoongi terbelalak mendengar perkataan In Ha. Jantungnya otomatis ikut memompa lebih cepat, "a--apa?"

"Ini." In Ha menunjukan selembar kertas tepat diarah wajah suaminya, "pasien atas nama Park Min Hye. Dibayar dengan kartu kredit atas nama Min Yoongi. Bukankah ini alasanmu pulang larut, semalam?"

"I---itu, aku hanya mengantarkannya kerumah sakit karena dia pingsan semalam."

"Iya, itu kan alasanmu pulang larut. Lalu kenapa harus memberiku alasan lain? Kenapa harus berbohong?" Nada suara In Ha meninggi, ada sedikit getaran menahan tangis.

"Karena kau tak suka pada Min Hye."

In Ha mengangguk, "ya, itu kan alasanmu. Begitu pula alasanku memilih tak memberitahumu soal Junhyung oppa,"

"---Karena kau membencinya."

Yoongi bungkam. Tak ada kata yang bisa diucapkan. Hatinya bergejolak. Lebih merutuki dirinya sendiri. Kenapa harus marah pada In Ha. Padahal alasan In Ha tak memberitahu soal Junhyung pastilah sama dengan alasannya tak memberitahu soal Min Hye. Ya, keduanya sama-sama benci saat harus menyangkutpautkan dengan masa lalu. Lebih memilih menyembunyikan ketimbang harus jujur namun membawa pertengkaran. Tapi, disembunyikanpun akan jadi persoalan karena keduanya bukan orang yang suka dibohongi.

Kali ini In Ha yang lebih memilih meninggalkan Yoongi dengan pikirannya sendiri. Memilih kembali kekamar dengan perasaan penuh kecewa. Kecewa pada Min Yoongi yang tak berkata jujur dan menudingnya soal pertemuan dengan Junhyung. Namun ada rasa kecewa pada dirinya sendiri yang harus menuding Yoongi dengan rasa curiga. Ya, In Ha kecewa. Kecewa dengan kebohongan dan kecemburuan besarnya yang selalu membuatnya hilang kendali. In Ha benci dengan rasa cemburu yang akhirnya selalu menjadi alasan pertengkaran. In Ha benci itu.

[]

Miracle Of Jealousy  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang