PART - DUA PULUH TIGA

4.4K 313 1
                                    

Catatan Kim Gauri

30 Oktober 2013

Aku sedang duduk bersandar di tempat tidur sembari melihat tayangan televisi. Seperti biasa aku berada di rumah sendiri dengan Mbok Minah. Bima masih di Palembang seperti hari – hari sebelumnya. Setelah berjalan satu bulan lebih, pada akhirnya hatiku semakin membeku setiap kali aku menerima kiriman gambar. Aku hanya perlu bertahan demi buah hatiku yang siap lahir beberapa hari lagi. Sesuai perkiraan dokter, minggu depan, yang aku harapkan selama lima tahun ini akan terlahir ke dunia dan aku sangat tidak sabar untuk melihatnya secara langsung.

Aku beranjak dari tempat tidur untuk mengambil air minum di dapur. Setelah meminum segelas air putih, aku hendak kembali ke kamar saat aku merasakan kontraksi di dalam perutku dan rasanya sangat sakit sekali. Tangan kananku bersandar pada tembok, sementara tangan kiriku memegangi perut. Aku memanggil Mbok Minah karena aku pikir aku akan melahirkan. Mbok Minah yang sudah diberikan instruksi oleh Bima apabila aku melahirkan sewaktu – waktu langsung menelepon dokter yang biasa menanganiku dan juga ia menelepon majikannya.

Aku masih mengerang kesakitan di sofa sementara Mbok Minah tampak bingung melihatku.

“Mbok, telepon Wynda mbok.” Ucapku sambil mengerang menahan sakit. Mbok minah langsung berlari ke telepon dan menelepon sahabatku.

Beberapa saat kemudian, ambulans datang dan dua orang petugas membantuku tidur di brankar. Mbok minah terpaksa ikut di dalam ambulans karena tidak ada orang lain lagi yang menemaniku. Di dalam ambulans, petugas medis memeriksa keadaanku, termasuk tekanan darahku. Hanya butuh waktu lima belas menit hingga aku bisa sampai di rumah sakit. Seluruh tubuhku basah oleh keringatku karena rasa sakit yang aku rasakan. Airmataku pun bahkan ikut meleleh karena rasa sakit yang terlalu luar biasa. Celanaku sudah basah karena air ketubanku sudah pecah tadi. Mereka membawaku ke ruang bersalin. Aku ditidurkan di ranjang dan dokter yang biasa menanganiku sudah datang dan memeriksaku.

“Baru pembukaan 6 bu. Kita tunggu sampai pembukaan 10.” Ucap dokter. Ia lalu memerintahkan suster untuk menyiapkan tempat bersalin. Sementara aku masih mengalami sakit yang luar biasa di perut dan panggulku. Aku menarik sprei tempat tidur untuk menahan sakit. Aku terus mengerang hingga aku melihat Wynda sudah berdiri di sampingku dan ia menggenggam tanganku.

“Kamu bisa Kim. Bayimu akan segera lahir. Dan ini yang kamu tunggu kan?” ia tampak tenang. Mungkin karena ia sudah mengalami hal semacam ini sebanyak 2x.

“Sakit Wyn. Sakit.” Aku mengerang kesakitan sambil mencengkeram tangannya. Semakin lama aku merasakan sakit yang luar biasa.

Dokter kembali lagi dan mengatakan kalau baru pembukaan 8, sementara aku sudah sangat lemas karena terlalu lama menahan sakit. Hanya Wynda yang ada di sampingku. Aku sempat melihat ke sekelilingku dan melihat beberapa ibu yang juga tengah mengalami kontraksi. Mereka ditemani oleh suami mereka yang tetap menunggu di samping mereka. Sementara aku, aku hanya memiliki Wynda di sampingku. Mama sudah ditelepon Wynda dan akan kesini dengan pesawat besok pagi. Kedua mertuaku juga akan datang besok dengan pesawat pagi. Sementara suamiku, aku tidak tahu karena Wynda belum bisa menghubunginya.

Jam menunjukkan hampir pukul 12 malam saat aku merasakan sakit yang sangat dahsyat. Berkali – kali aku mengejan dengan sendirinya karena aku merasakan ada sesuatu yang hendak merangsek keluar dari dalam perutku. Aku juga berteriak kesakitan bahkan aku sudah mencakar Wynda berkali – kali karena sakit yang semakin tidak bisa aku tahan. Wynda masih di sampingku sambil sesekali mengelap keringatku yang semakin tidak karuan.

Dokter sudah siap dengan suster untuk melakukan persalinan normal dan aku sekarang juga sudah berada di kamar bersalin dengan ditemani Wynda. Ia berkali – kali menguatkanku saat aku mulai merasa lemas dan nyaris pingsan. Dokter juga memintaku untuk terus terjaga karena sebentar lagi bayi nya akan keluar. Beberapa menit kemudian, dokter mengatakan kalau kepala bayi sudah terlihat dan aku diminta untuk mengatur nafasku dan mengejan lagi.

“Satu tarikan nafas lalu mengejan kuat ya bu.” Perintah dokter padaku. Aku sudah tidak lagi bisa mendengarkannya karena yang sekarang ada di pikiranku adalah supaya bayinya segera keluar dan sakit ini segera selesai. Aku mengejan dengan kuatnya hingga aku merasa nafasku nyaris terputus. Lalu, aku merasakan sesuatu benar – benar keluar dari dalam perutku.

Semuanya sunyi tidak bersuara setelah itu. Hingga suara tangis bayi yang sangat kencang membuyarkan kesunyian.

“Selamat ya bu, bayinya cantik sekali.” Dokter menyerahkannya padaku dan ketika sekarang bayiku sudah berada di gendonganku, aku menangis. Bayi ini akhirnya lahir ke dunia tanpa didampingi Ayahnya.

-00-

SAUDADE [Complete] [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now