III The Matches of Hope : Kenyataan yang Menyakitkan

321 73 8
                                    

Author POV

              “Jadi bisa kau jelaskan?” tanya Shinhye pada Yonghwa.

 “Aku mau kita... putus. Maaf aku tidak bisa bertahan denganmu.” Dunianya seakan runtuh hanya dengan rentetan kata yang Yonghwa ucapkan. Rasanya sulit hanya untuk sekedar bernafas seperti biasanya. Shinhye selama ini percaya bahwa hubungannya dan Yonghwa baik – baik saja. Mereka bahkan tidak pernah bertengkar selama menjalin hubungan yang sudah berlangsung hampir dua tahun ini.

 “Baik. Aku pergi.” Shinhye langsung berlari pergi dari kantin. Ia ingin sembunyi dan menangis sendirian. Yonghwa menatap kepergian Shinhye dengan rasa bersalah. Sementara Chaeyeon mencoba meyakinkan Yonghwa bahwa Shinhye baik – baik saja.

0.0.0.0.0.0.0.0.0.0.

 Shinhye menyetop taksi di depan kampusnya, dan segera masuk begitu taksi itu berhenti. Ia masuk dengan mata berkaca – kaca. Ternyata ini yang Yonghwa maksud dengan tidak bergantung pada dirinya. Sepertinya Yonghwa memang sudah berencana memutuskan Shinhye sejak kemarin. Tapi kenapa? Apa Shinhye berbuat salah padanya? Apa Yonghwa tak lagi mencintainya? Ataukah ia bosan dengan hubungan mereka yang seperti ini? Berbagai prasangka jatuh menghujam kedalam pikiran Shinhye. Ia tak dapat lagi berpikiran jernih sampai – sampai taksi yang ia naiki hanya berjalan tanpa arah karena sejak tadi Shinhye tak menjawab pertanyaan supir taksi yang menanyakan arah tujuan mereka. Shinhye menangis dalam taksi, membuat supir itu kebingungan melihatnya.

 “Kemana tujuan kita, ahgashi?" tanya supir taksi itu sekali lagi.

 “Gwangju. Kita ke gwangju.” ujar Shinhye masih dengan suara terisak. Ia tak tahu harus kemana. Satu hal yang ia tahu pasti, Shinhye butuh waktu tenang saat ini. Taksi itu melaju membawa Shinhye bersama kesedihannya.

 Shinhye mulai menghentikan tangisnya saat taksi sudah memasuki area jalan tol. Ia hanya menatap kosong keluar jendela. Pemandangan indah yang tersaji diluar sana tidak dapat membuatnya lupa akan masalahnya saat ini. Bagaimana bisa Yonghwa memutuskannya dengan cara seperti ini? Ia bahkan masih ingat bagaimana terakhir kali bibir milik lelakinya itu menyapa dahinya lembut. Menariknya dalam pelukan hangat yang mungkin tak akan pernah ia rasakan lagi. Suara radio dari mobil taksi menemani kesunyian selama berkendara. Supir taksi yang ditumpangi Shinhye hanya diam sejak tadi, ia takut menyinggung perasaan Shinhye bila ia bertingkah sok tahu dengan menanyakan apa yang tengah terjadi pada Shinhye.

 Mobil taksi itu telah keluar dari kawasan tol, dan mulai memasuki jalan kearah gwangju. Disepanjang jalan terlihat banyak pedagang yang menjajakan dagangannya. Variasinya juga beragam, ada yang menjual pentungan, kerajinan dari kayu dan batu. Shinhye ingat terakhir ia dan Yonghwa pergi ke tempat ini.

 “Hah...” sang supir mendesah melihat antrian mobil yang sudah terlihat dari atas. Mobil taksi mereka melaju di turunan dengan kecepatan sedang. Saat hampir mencapai antrian mobil terakhir, pak supir menginjak rem untuk menurunkan kecepatan. Tapi kecepatan mobil tak kunjung melambat. Hal itu membuat pak supir terkejut sekaligus takut. Mobil taksi mereka melaju makin cepat. Shinhye yang merasakan keanehan dengan kecepatan mobil taksi yang makin tak terkendali segera bertanya pada pak supir.

 “Ahjusshi ada apa? Kenapa mobil ini kencang sekali?” tanya Shinhye.

 “I.. itu... Sepertinya remnya blong!” Ucap supir taksi panik. Shinhye terkejut mendengar penuturan dari pak supir. Mereka tengah berada di turunan, dan rem mobil taksi ini blong membuatnya panik.

 “PAK AWAS DI DEPAN!” teriak Shinhye panik. Pak supir membelokan mobil taksi ke jalur kiri guna menghindari tabrakan. Namun tiba – tiba datang mobil dari arah berlawanan yang berjalan di jalur mereka. Dengan sigap pak supir membanting stir, menyebabkan mobil mereka menabrak pembatas jalan sebelum akhirnya terjun bebas ke jurang.

The Matches of HopeWhere stories live. Discover now