V. The Matches of Hope : Aku Merindukanmu Bahkan Saat Kau Berada di Depanku

381 65 9
                                    

Bagaimana caraku melanjutkan perjalananku ketika tujuanku menghilang tiba tiba?

Ia menghilang seperti buliran hujan yang jatuh menyapa bumi

Ia tertelan sepi yang menyelimuti diri

Bagaimana caraku melanjutkan hidupku saat kau yang menjadi tujuanku pergi meninggalkanku?

Author POV

     Petang merengut siang, menguarkan sinar jingga yang menyilaukan. Gadis bermarga Park itu kini tengah menatapi wajah adik laki laki kesayangannya yang kini tengah terlelap. Tadi ibundanya sempat bertanya pada Jimin, apakah ia merindukan sosok kakak perempuannya? makanya Jimin berteriak seperti itu? Namun jawaban yang keluar dari kedua belah bibir Jimin membuat ibundanya terkejut.

     "Aku melihat noona.. Noona memakai gaun biru muda yang dipakainya saat itu." Shinhye masih dapat mengingat bagaimana wajah terkejut ibundanya mendengar hal tersebut. Namun ibundanya memilih tidak menanyakan hal itu lagi, jadi kecil kemungkinan bagi ibundanya menggunakan korek api harapan tersebut.

      Seperti yang telah Ilwoo sampaikan. Malaikat pencabut nyawa sepertinya tidak dapat melakukan apa apa terhadap takir yang telah ditetapkan. Hal hal seperti itu bukanlah kehendaknya dan kemampuannya. Tapi kali ini takdir memihak pada Shinhye. Padam listrik membuat rumahnya gelap gulita.

     Ibunda Shinhye memilih menyalakan lilin yang tersedia disetiap ruangan dalam rumah ini. Ia membawa korek api gas dari dapur, dan mulai menyalakan lilin diseluruh rumah. Entah pertanda baik ataukah justru sebaliknya, saat ia mau menyalakan lilin di kamar Jimin, korek api gas itu tak mau menyala. Ia mencoba merogoh kantung cardigan yang dikenakannya dan menemukan sebuah korek api kayu disana. Shinhye memerhatikan hal itu dengan wajah berharap. Sebentar lagi, sebentar lagi ia dapat mengucapkan selamat tinggal pada ibundanya. Saat korek api itu menyala, Ibunda Shinhye langsung terjatuh dari tempatnya berdiri. Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa Shinhye ada disini? ini pasti hanya ilusinya.

      Shinhye tersenyum, namun hatinya tak bisa berbohong. Matanya berkaca kaca menatap ibunda yang paling disayanginya. Ini mustahil. Segala macam pikiran yang berkeliaran didalam pikiran ibunda Shinhye hilang seketika ketika mendengar suara anaknya.

       "Eom.. eomma.." pandangan Shinhye menyayu. mencoba mengatakan hal lain namun tak ada yang dapat terucap. Bibirnya kelu. Perasaannya saat ini campur aduk, sama halnya seperti ibunda Shinhye. Wanita paruh baya itu tengah menangis tersedu sedu. Ia ingin menarikutrinya kedalam pelukannya, namun badannya tak dapat beranjak dari tempatnya terduduk.

     "Shin.. shinhye-ah. Anakku kaukah itu?" nafas ibundanya berburu. Ia tak bisa mempercayai apa yang ada dihadapannya. Anaknya, pelita hatinya, anak yang ia lindungi dengan segenap jiwanya, yang pergi tiba tiba karena kecelakaan kini ada dihadapannya. Air mata tak lagi dapat terbendung, kini semuanya mengalir layaknya air terjun, jatuh membasahi pipi keduanya.

     "Uhmm.. naega." Shinhye mencoba meredam tangisnya, namun itu tak berlangsung lama, karena ia dapat melihat korek api ditangan iibundanya makin mengecil.

       "Eomma.. Eomma aku mohon kabulkanlah permohonan terakhirku. Eomma, kau harus menjalani pengobatan penuh untuk penyakitmu, tolong luangkan waktu untuk kesehatanmu, aku mohon."Shinhye beringsut memegangi lutut ibundanya yang tengah terduduk. Ia memohon dengan sisa waktunya yang tak lebih dari empat hari lagi, ia memohon dengan segenap hatinya untuk kesembuhan ibundanya, kesembuhan pemberi hidupnya.

        "Eomma..Kumohon." Shinhye menunduk dalam didepan ibundanya yang hanya bisa menangis pilu melihat anak tercantiknya yang hadir kembali dalam hidupnya. Tanpa sadar ibundanya melepas korek api itu dan memegang wajah Shinhye yang berlinang air mata. Karena terjatuh tiba tiba, korek api itu mati seketika, meninggalkan sisa sisa bayangan Shinhye yang hadir dihadapannya. Tangan ibundanya tergantung di udara, tangan itulah yang ia gunakan untuk mengelus pipi putrinya. Namun kini semuanya hilang, putrinya kini kembali menghilang bersamaan dengan padamnya korek api harapan.

The Matches of HopeWhere stories live. Discover now