#2 : Hati dan mata indah mu

3.8K 161 7
                                    


Tak ada hati yang patah jika tidak mencinta melebihi batas yang ada dan takkan ada cinta yang lebih indah ketika menatap mata mu walau hanya sekejap.

...

Mencinta tapi hanya sekedar rasa.

🍁

...

Malam hari yang begitu terasa dinginnya. Udara yang dingin ini tak pernah aku rasakan di Jakarta dulu. Wajar jika disini sangat dingin, daerah yang di kelilingi oleh banyak perbukitan dan pehononan yang menyebabkan udara sedingin ini.

Aku menunggu om Firman di teras rumah mulai jenuh, sedari tadi aku menunggunya sambil bercerita bersama Tante Fatma. Jika Tante Fatma menceritakan Om Firman maka aku menceritakan tentang Ibu, wanita yang pergi meninggalkan aku sendiri disini. Bukan suasana yang aku miliki saat ini, tapi hati ku lah yang teramat sepi.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam tapi Om Firman belum juga pulang. Dengan nada gusar aku mengeluh sendiri.
Kemana saja Om sampai selarut ini!
Haura mau minta tolong Om.

Hingga akhirnya suara mesin motor tua itu terdengar oleh telinga ku. Dengan cepat aku melangkah mendekati Om Firman dan mengatakan semuanya perihal hari kejadian yang aku alami satu harian ini.

"Abi, kenapa pulangnya lama banget? Haura mau nanya, kenapa Aldi bilang kalau yang mengajar mereka adalah Ibu Fatiha, bukannya Haura? Kemana bu Fatiha sampai harus Haura  yang menggantikannya? Banyak murid yang tidak suka jika guru mereka di ganti Bi!" kataku dengan penuh penekanan.

"Apa Abi gak bisa masuk ke dalam rumah dulu? Lalu kita minum teh hangat buatan umi mu barulah setelah itu kita bicarakan ini?" jawab Om Firman dengan dengan santai nya.

"ih Umi lihat Abi! Becandaan mulu kerjanya!" teriak ku mengaduh.

"mas, seharian ini Haura udah banyak dapat masalah karena kamu loh!" kata Tante Fatma membelaku.

"tapi Haura, biarin Abi kamu masuk dulu." sambung umi. Baru saja aku senang karena Tante Fatma ada dipihak ku, tapi kata kata berikutnya membela Om Firman.

"tuh, denger!" kata Om Firman sambil cengegesan.

"yaudah, maaf ya abi. Ayo masuk bi, Haura udah penasaran banget nih!"

Ketika aku dan Abi berjalan masuk, barulah aku ingat kalau ponsel ku masih belum aku ambil dari masjid. Bagaimana jika ada yang mengambilnya?

"Abi, mending sekarang kita ke masjid ya! Ponsel Haura ketinggalan tadi." kataku ketika menghentikan langkah Om Firman.

"aduh Haura. Bernapas lega aja belum udah kamu suruh lagi. Abi ganti baju dulu ya?"

"gak ada waktu buat ganti baju lagi abi! Keburu ponsel Haura hilang, banyak hal penting yang ada didalam."

"emang kapan tinggal nya?"

"tadi siang bi, waktu selesai sholat dzhur."

"udah pasti hilang itu mah."

"ah abi, kok malah di doain sih! Ayo berangkat bi, keburu hilang beneran."

Dengan penuh keterpaksaan, Om Firman pun berjalan berbalik ke arah motor nya dan aku pun segera duduk di bangku penumpang di belakang Om Firman.

Ikhtiar Menjemput Cinta [REVISI + END]Where stories live. Discover now