Suasana kampus sangat ramai. Bukan tanpa alasan hal itu bisa terjadi. Ini sudah memasuki musim panas. Kampusnya memang selalu mengadakan acara festival sebelum liburan musim panas dimulai.
Areum berusaha menghindari kerumunan orang yang berlalu-lalang memenuhi jalanan. Hari masih siang, namun orang-orang sudah berkumpul untuk menyaksikan beberapa boyband yang rencananya akan tampil memeriahkan acara itu. Padahal masih ada lima jam dari waktu yang telah ditentukan, namun tampaknya banyak sekali orang yang sangat antusias.
Di dadanya, Areum memeluk erat-erat tumpukan kertas tugas akhirnya. Ia baru saja selesai konsultasi dengan salah satu dosen pembimbing. Suasana hatinya sedang tidak baik karena banyak coretan yang diberikan di atas kertas putih itu. Ugh, padahal ia sempat berpikir bahwa menulis skripsi jauh lebih mudah daripada membuat novel. Namun sepertinya pikirannya salah.
"Maaf."
Areum menghela napas kesal. Hanya satu kata dan pria yang tadi menabraknya berlalu pergi tergesa-gesa. Areum berjongkok memunguti kertasnya yang terserak. Yah, mungkin ini hari tersialnya. Setelah selesai mengumpulkan semua kertas, yang untungnya tidak kotor karena terinjak-injak, Areum bangkit berdiri. Ia membenahi letak tas di bahu dan mengetatkan pelukan pada dokumen di dadanya. Ia tidak mau kejadian tadi terulang lagi.
"Sepertinya kau meninggalkan ini," sebuah suara berat menarik perhatian Areum. Sontak gadis itu memutar kepalanya. Tahu siapa yang baru saja menyapanya, Areum melebarkan kedua mata dan hampir saja memekik kaget.
"Huss!" Pria itu berdesis kecil sembari menempelkan jari telunjuknya di depan bibir yang tertutupi masker. Ia meletakkan selembar kertas yang tadi dipungutnya di atas tumpukan dokumen dalam lengan Areum. "Disini terlalu ramai. Mau cari tempat lain?"
Areum mengangguk semangat. Tanpa banyak bicara, ia mengikuti langkah-langkah lebar pria itu ke arah gedung utama universitas.
"Kenapa oppa bisa ada disini?" tanya Areum setengah berbisik setelah tiba di tempat yang lebih sepi. "Oppa kesini dengan siapa?"
Pria itu menarik bahu Areum untuk masuk ke sebuah ruangan kosong. Ya, tidak ada orang. Karena itu merupakan ruang tempat penyimpanan berbagai alat kebersihan. Tidak lupa ia juga mengunci pintu dari arah dalam.
Pria itu melepaskan masker yang menutupi wajah tampannya. Begitu terbuka, sederet gigi putih menyapa Areum. Membuat gadis itu mau tak mau balas tersenyum padanya.
"Kau tidak tahu kalau Seventeen akan tampil malam ini di festival kampusmu?" pria itu malah balik bertanya.
Areum tidak mampu menutupi keterkejutannya. Matanya mengerjap-erjap lucu. Pasti dirinya terlalu sibuk dengan tugas akhirnya hingga tidak menyadari hal itu. Lagi pula kakak sepupunya tidak memberitahunya sedikit pun.
"Ya! Kenapa Wonwoo oppa tidak memberitahuku?!" desis Areum protes.
Wonwoo hanya meringis tanpa merasa bersalah. "Kukira kau sudah tahu. Yah, aneh juga sih. Selama kita saling bertukar pesan, kau sama sekali tidak menanyakannya."
"Mianhae," ucap Areum penuh penyesalan. "Aku terlalu sibuk hingga tidak begitu perhatian dengan jadwal manggung Seventeen."
"Tidak masalah, yang penting kau kini sudah tahu," kata Wonwoo berusaha membuat perasaan bersalah Areum sedikit terangkat. "Kau akan menonton kami kan?"
Areum tampak menimbang-nimbang. Ia melirik ke arah kertas berisi coretan dosennya. Pandangannya kemudian kembali terarah pada Wonwoo yang lebih tinggi darinya. Pria itu masih menunggu jawaban.
"Entahlah, aku banyak pekerjaan."
"Areum-ah," bujuk Wonwoo. "Aku akan sangat senang kalau kau berada di barisan paling depan."

ANDA SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Parting is Such Sweet Sorrow
Romantika[COMPLETE][SVT FF Series] --- Hal paling mustahil bagi Jeon Wonwoo adalah jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia adalah pria penyuka literatur yang selalu berpikir dengan logika. Dibalik wajah dinginnya, Wonwoo memiliki hati yang hangat dan lembut...