Lost for Me is Unacceptable

440 73 3
                                    

Setiap orang pasti menginginkan kemenangan. Tidak peduli apa bentuk kemenangan itu, ataupun darimana kemenangan itu didapat, dan dalam situasi seperti apa itu terwujud.

Setiap orang pasti secara naluri memilih berusaha untuk memenangkan apapun, walau usaha mereka selalu berbeda-beda ukurannya.

Sebaliknya, setiap orang juga membenci kekalahan. Kekalahan bagi mereka sama seperti bukti dari ketidakmampuan mereka dalam melakukan apapun yang saat itu ingin mereka menangkan. Suatu kegagalan yang memalukan yang dapat membuat orang lain seenaknya menilaimu berbeda.

Terkadang hanya karena kekalahan juga kau dapat kehilangan hal-hal yang penting untukmu.

Sejak dulu, aku selalu menyakini bahwa kemenangan adalah sesuatu yang harus aku raih bagaimanapun usaha yang harus aku korbankan untuk itu. Sampai kapanpun aku tidak akan rela untuk mengalah kepada siapapun. Oleh karena itu, aku tidak pernah setengah-setengah dalam mengerahkan kemampuanku untuk menghadapi setiap lawan yang kuhadapi.

Namun, alasan sebenarnya aku melakukan hal itu adalah karena aku takut akan kalah. Aku takut akan dampak dari kekalahanku. Banyak orang yang menganggap menang atau kalah itu tidak penting, tapi itu semua tidak berlaku di mataku. Bahkan sejak aku mulai punya mimpi untuk menjadi seorang pahlawan.

Coba kalian bayangkan, apakah seorang pahlawan yang kalah akan kalian sebut sebagai pahlawan kalau dirinya sendiri gagal mengalahkan penjahat dan gagal untuk menyelamatkan sang korban. Tidak, tentu saja tidak. Mereka hanya akan merasa menyesal akan kegagalan mereka, tidak hanya itu kekalahan seorang sama halnya membuktikan bahwa penjahat lebih berkuasa dari pahlawan.

Itu adalah mimpi buruk, karena kalau itu dibiarkan maka anak-anak lain sepertiku di masa depan justru akan memilih untuk mengidolakan penjahat.

Aku sudah menyadari hal itu sejak aku telah menginjak kelas satu SD. Dimana masa anak-anak lain masih menganggap bahwa kekalahan adalah hal yang biasa, aku telah mengkhawatirkan hal itu.

Namun, ada alasan lain yang membuatku semakin takut untuk kalah. Alasan itu adalah ketika aku kalah maka anak-anak yang biasa kuanggap teman saat itu akan melihatku dengan pandangan yang berbeda dari biasanya dan akhirnya mulai enggan berteman denganku.

Saat itu aku masih sangat naif untuk bisa mempercayai pertemanan semacam itu. Namun, saat itu aku memang masih seorang bocah polos yang masih belum tahu akan kenyataan pahit lain di kehidupanku, kan? Jadi anggap saja itu juga bukanlah kesalahanku untuk mempercayai hal seperti itu.

Aku selalu berusaha untuk menang, tak peduli risiko yang aku dapatkan setelah memaksa tubuhku untuk meraih hal itu. Banyak orang juga yang melihatku sebagai orang yang tidak punya rasa untuk mengasihani lawanku. Aku penasaran apa yang mereka katakan kalau aku dibolehkan untuk mengatakan bahwa menyelesaikan lawanku dengan cepat adalah bentuk rasa kasihanku.

Kalau orang lain dapat tahu alasanku yang sebenarnya untuk selalu menginginkan kemenangan pasti mereka akan mengerti akan amukan yang aku tunjukkan setelah merasakan kekalahanku yang pertama, atau saat kemenangan yang aku dapatkan hanya karena lawanku tidak berusaha untuk menghadapiku dengan sungguh-sungguh. Dua hal itu benar-benar melukai harga diri dan ideologi hidupku yang telah aku jaga. Namun, mereka semua hanya memandang bahwa hal itu tidaklah penting.

Yah, lagipula mereka juga tidak tahu apa alasanku yang sebenarnya.

Just My SelfWhere stories live. Discover now