07- lampu merah

585 148 9
                                    

Persetan dengan terbaik dari terbaik. Aku mencintai semua kekuranganmu idiot. Jangan buat aku menunggu terlalu lama. Sakitnya merindu itu mendarah daging -Kim Taehyung-

[TELAH DIREVISI]

₩₩₩

06:26 KST

Matahari pagi itu menyeruak masuk lewat celah jendela yang terbuka. Sinarnya menerpa wajah cantik yang tertidur lelap itu. Terganggu akan sinarnya Irene mendecah kesal dan perlahan membuka matanya.

Sipit sipit ia edarkan pandangannya kepenjuru ruangan. Kosong. Iapun beranjak dari ranjangnya menuju dapur. Ia sangat kehausan ketika terbangun tadi.

"Taet, Taet." Irene berteriak kecil suaranya khas orang bangun tidur.

Yang dicari tidak menyaut dari tadi. Irenepun mencari Taehyung dari berbagai sudut ruangan hingga teriakan Irene terhenti kala melihat stickynote warna hijau yang tertempel dikulkas.

'Sayang, aku ada kelas pagi, jadi berangkat dulu. Tadinya kau ingin ku bangunkan tapi melihat kau tertidur nyenyak sekali ku urungkan niatku. Ohiya, didalam kulkas ada salad makanlah, lalu pulang.
^eh dia mengusirku?^ siapa bilang aku mengusirmu? Hanya takut ibumu khawatir saja. ^cih, itu namanya mengusir secara halus^ kau kan tidak pulang 2 malam ^ah terserah saja^ sudah tak usah marah. aku berangkat ya. Bye'

Yang tulisan miring dan dipertebal itu ungkapan yang diucap Irene dalam hati, tapi Taehyung tau. Jadinya kaya percakapan begitu.

Irene mendengus kesal sambil mengambil salad. Ia memakannya sambil duduk dimeja makan bukan dikursinya lagi. Pacarnya Taehyung ini sangat sangaaat . . . .

08:00 KST

Kaki mungil Irene berlari kecil sesekali ia merapikan rambutnya yang terbang tertiup angin.

Langkah kakinya terhenti pas disebrang zebra cross Irenepun melihat Joo Ah menatapnya dari sebrang jalan.

Irene tersenyum kecut. Mengingat ia akan Pulang kerumah adalah pulang keneraka baginya. Joo Ah masih enggan berpaling dari tatapannya. Ia menatap lurus Irene yang juga sedang memandang kearahnya.

Tatapan keduanya sulit diartikan sejauh ini. Beberapa detik kemudian Lampu berubah merah. Decitan ban dari beberapa mobil itu langsung terhenti. Kaki Joo Ah siap melangkah maju menyebrang begitupun Irene.

Keduanya masih bertatapan sambil terus melangkah maju hingga akhirnya berpapasan satu sama lain tpi pandangan mereka sekarang sudah tak saling memandang melainkan menatap lurus seperti orang asing.

"Berapa uang yang kau hasilkan dua hari ini, jalang!" Bisik Joo Ah menekan pada kata jalang disana tepat pada telinga Irene saat mereka berpapasan.

Membuat Irene segera menghentikannya dengan menahan tangan Joo ah saat berpapasan tadi. Mereka berhenti ditengah jalan itu. Pandangan mereka tetap lurus kedepan.

Irene menolehkan pandangannya melihat paras Joo Ah lebih dekat dari samping.

"Jalang tidak boleh berteriak jalang." lalu Irene melepas pegangannya dan melenggang pergi begitu saja meninggalkan Joo Ah yang terpaku.

Entah darimana Irene dapat keberanian sebesar itu untuk melawan Joo Ah saat itu. Namun sesaat ia melangkah muncul rasa bersalah dan takut.

Mendengar kalimat yang baru saja dikatakan oleh Irene membuat Joo Ah masih mematung dan melototkan matanya marah. Emosinya sudah mendidih. Tangannya mengepal kuat hingga terlihat putih dikukunya.

Ia berbalik dan menatap punggung kecil Irene yang belum jauh darinya. Ia tersenyum smirk.

"Yak! Bae Irene! Kau pikir aku tak tahu dua malam ini kau menginap diapartemen laki laki!"

LAST BREATHING [VRENE]Where stories live. Discover now