Kehilangan Arah

9.7K 444 11
                                    

Allah tidak akan memberi cobaan kepada hambanya, diluar kemampuannya.


SELAMAT MEMBACA!

°°°

Aku berjalan menysuri koridor rumah sakit, menuju ruang IGD. Tiba-tiba jantung ku berhenti berdetak, takut akan Salsa. Aku buru-buru berlari takut akan keadaannya. Di dalam, aku melihat ummi melamun, segera ku ke dalam.

"Assaalamualaikum, ibu" salam ku sambil mendekat, wanita itu tersenyum dan menjawab salam ku. "Waalaikumsalam nak"

"Ibu, sebenarnya Salsa kenapa?" tanya ku. "Dia, dia... hiks... hiks" ibu terisak, aku mendekapnya. "Salsa, gadis ini... dia... leukimia... setadium tiga" lanjut ibu terbata, innalillahi, ya Allah begitu perihnya hati ku, aku tak kuasa menahan air mata ini. Aku mengusap air mata ku, berbicara pada ibu, "ibu, tananglah, ingat masih ada Allah. Ibu janganlah engkau bersedih."

"Assalamualaikum"

Aku menoleh, abah. "Waalaikumsalam" jawab ku yang bersamaan dengan ibu. Aku berhambur ke pelukan abah, "cup, cup, cup. Udah atuh jangan nangis ya, sabar, Allah pasti memberikan yang terbaik kepada hambanya!." Ujar abah, yang langsung ku berikan pertanyaan, "apa abah sudah tau?." Abah yang mulanya diam sejenak, kemudian ia mengangguk. Aku melepaskan pelukannya.

"Nak, kamu pulang dulu gih. Bawa baju buat abah sama ibu, sekalian alat sholatnya, kami akan menginap di sini, karna kata dokter setelah keadaan Salsa membaik, akan di pindahkan ke ruang inap biasa." Ia berhenti sebentar. "Kamu nanti sama bi inem aja di rumah, lagian kan besok kamu kerja. Bajunya tolong minta anterin aja ke mang jajang, dia udah balik ke rumah." Lanjut ibu, mang Jajang adalah sopir Salsa, mengantar gadis kecil itu ke sekolah, tadi pas kejadian di rumah mang Jajang lagi gak ada, setengah jam sebelum itu iya pamit mau ke rumah temannya.

Aku berjalan menyusuri kolidor rumah sakit, menuju parkiran, mengendarai mobil, dan pulang. Di rumah aku mengemasi pakaian ibu dan abah yang di perlukan untuk di rumah sakit, tak luput aku menyiapkan makanan untuk mereka, setelah selesai, aku meminta tolong pada mang Jajang, untuk mengantarkan ke rumah sakit. Lalu, aku berjalan menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar. Dalam hati ku menangis.

Di kamar, aku melihat foto ku dengan Salsa, berdua. Mengingat kejadian-kejadian kebelakang, gadis kecil yang sangat ceria, yang selalu membuat ku tertawa, menangis karena ulah temannya yang jahil. Membayangkannya aku tersenyum, aku berjalan mendekati foto itu di nakas. Meraihnya dan duduk di kasur, dengan melipat kaki ku. Detik selanjutnya aku mengambil buku catatan ku, langsung membuka dan menulis.

Oh Allah.
Malam ini, terasa amat panjang. Adik ku, Salsa. Dia sakit ya rabb, aku tak sanggup melihatnya seperti ini, biarkan aku yang berbaring menggantikannya.

Oh Allah.
Sesengguhnya, dia adalah malaikat ku, dia yang selalu membuat ku bangkit dari masalah ku. Aku sangat penyayangi dia, Allah.

Do'a ku.
Baik-baiklah kamu Salsa...

Aku menutup catatan ku. Menyimpannya di nakas, tidur dengan memeluk foto ku dengannya.

"Neng, neng"

Aku terperanjat, mendengar suara bi inem, berjalan menuju pintu, dan membukanya. "Ada apa bi?" tanya ku, "neng Salsa, neng Salsa..." bibi berkata dengan nafas yang ngosngosan, aku makin gak ngerti. "Iya, Salsa kenapa?" aku bertanya. "Neng Nadhira mendingan ka rumah sakit." pintanya. Aku makin penasaran, tapi hati ku deg degan, takut terjadi apa-apa dengan gadis itu. Di perjalanan, ibu nelepon, aku menepikan mobil ku.

Nadhira [OPEN PO]Where stories live. Discover now