Rapuh

4K 240 10
                                    

            Ardhi terus memandangi Nadhira, yang tengah memegang dadanya. Lelaki itu menatap heran gadis jatuh cintanya, yang mulai menitikan air mata. Nadira berlari sekencang-kencangnya. Ardhi mengejarnya.

        Dengan kecepatan tinggi, lelaki itu dapat menyusul Nadhira. Lalu menarik tangan Nadhira kebelakang, membuat wanita itu terjebak dalam dekapan Ardhi.

          "Stt..." Ardhi mengelus kepala Nadhira. Wanita itu terus memegangi dadanya yang sesak. Hidungnya mencium bau khas seseorang, yang ia kenal orangnya siap.

        ARDHI??? tanya Nadhira dalam hati. "Hiks... hiks... ini Ardhi?" tanya perempuan yang ada dalam dekapan Ardhi.

            "Hm," sahut Ardhi masih mengelus kepala gadis jatuh cintanya. Ternyata, gadis jatuh cintanya sedang rapuh. Nadhira benar-benar tak menyangka dengan takdirnya Rabb. Dia tidak tahu harus bagaimana, apa harus menunggu Kevin mengingat semuanya, atau harus melepaskannya sekarang.

          Dalam sesak didada, dalam dekapan Ardhi, dalam elusan hangat Ardhi, Nadhira memejamkan mata. Semua terasa berat.

          "Nadh?" panggil Ardhi. Lelaki itu melepaskan pelukannya, Nadhira jatuh pingsan. Ardhi panik.

          "Nadh? Nadh kamu kenapa?" tanya Ardhi, dengan mengoncangkan tubuh mungil gadis itu. Ardhi dengan sekejap menggendong Nadhira, membawanya keruangannya.

          "Dia kenapa?" tanya ibu Nadhira.

         "Dia... dia baik-baik saja bu. Dia cuman butuh istirahat," jawab Ardhi.

         "Ya Rabb," ibu Nadhira mendekap mulut.

        "Ibu gak usah khawatir, Nadhira baik-baik saja."

         "I... iya."

        Ardhi duduk di kursi, dekat dengan ranjang Nadhira. Ibunya Nadhira keluar. Lelaki itu memandangi tangan bersih gadis jatuh cintanya.

           "Nadh?" panggil Ardhi. "Istirahatlah, tenangkan dirimu, jaga kesehatanmu. Oh iya, kan ku tunggu jawabanmu." Kata Ardhi sambil bangkit lalu pergi.

***

            Rovin memasuki ruangan Kevin. Ia sangat tak mengerti dengan keputusan Kevin. Ia belum percaya dengan Kevin. Amanda yang ada didalam, Rovin suruh keluar.

          "Ada apa kak?" tanya Kevin meminta penjelasan.

         "Ada apa, ada apa, kamu yang ada apa. Apa iya kamu akan menikahi Amanda?" tanya Rovin.

          "I-iya. Emang kenapa?" tanya Kevin balik.

         "Nadhira?" tanya Kevin.

         "Apa maksud kakak, emang ada apa dengan Nadhira? Bukannya kakak mencintai Nadhira?" tanya Kevin bertubi-tubi.

           "Ck... aku sudah punya anak," Rovin mengacak rambutnya, kesal.

          "HAH? ANAK? Kakak jangan hercanda deh!" ujar Kevin tak percaya.

            "Kamu kan amnesia, mana mungkin tau!" sinis Rovin.

             "Eh?"

            "Sudahlah," Rovin jengah.

            "Kak, aku mencintai Amanda. Dia gadis jatuh cintaku, aku menanti gadis itu kak." Kevin menjelaskan keadaan hatinya.

           "Terserah, toh kamu ini yang nantinya akan menyesal."

          "Menyesal kenapa? Kenapa aku harus menyesal menikah dengan Amanda?" marah Kevin.

            "Bukankah kamu mencintai Nadhira?" tanya Rovin.

            "Apa?!" kevin tak percaya.

            "Iya, kamu mencintai Nadhira kan?" sinis Rovin.

            "Jangan bercanda deh kak," kikik Kevin. "Bukankah kakak yang mencintainya?" ketus Kevin.

            "Dan akhirnya kamu sendiripun mencintai gadis itu," sergah Rovin. Ia berbalik, meninggalkan adiknya. Yang lelaki itu anggap sudah kehilangan akal. Dia marah bukan main. Dia khawatir dengan keadaan Nadhira. Rovin sangat merasa bersalah pada gadis itu, karna bagaimanapun juga, dulu dia pernah membuat Nadhira sakit hati.

           Tapi harus bagaimana lagi, dia sudah melafalkan janji suci. Untuk tetap sedia pada Elvina. Mengingat Elvina, hatinya rapuh lagi. Ia sangat sedih kehilangan ibu anaknya.

           Rafli.... batin Rovin.

         Disisi lain, Rafli, bayi kecil. Yang tengah membutuhkan seorang ibu. Di masih di rawat di rumah sakit, karna sering menangis.

***

Jangan lupa vote dan komen.

Maaf dan terimakasih...

Nadhira [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang