2 - Pagi

7.2K 370 10
                                    

Faiz berhenti di taman samping restoran tempat mereka bertemu.

"Ngapain lo nyuruh gue ke sini?" Tanya Aya begitu berhenti.

"Dari pada lo disana? Mending mana?" Aya diam tak menjawab. Ia melangkah menuju sebuah bangku ditaman tersebut.

"Lo terima perjodohan ini?" Tanya Faiz.

"Seperti kata lo tadi, setuju gak setuju bakal tetep terjadi. Nolak pun gaada gunanya." Jawab Aya. Faiz duduk disamping Aya.

"Lo tau, awalnya gue ada niatan konyol yaitu mogok makan atau semacamnya biar gak dijodohin. Apalagi pas itu gak kenal siapa calonnya. Tapi begitu gue tau itu lo, gue buang jauh-jauh niatan gue itu. Bukan karena gue suka sama lo atau gimana, Setidaknya gue dijodohin sama orang yang gue kenal." Cerita Faiz tanpa diminta. Meskipun ada bagian yang tidak sesuai kenyataan.

"Iya juga sih," gumam Aya membenarkan perkataan Faiz.

"Dan gue disini cuma mau bilang, pernikahan bukan sesuatu yang bisa dijadiin mainan, jadi gue harap kita mrnjalankan pernikahan dengan serius, gue nggak mau ini dijadiin mainan hanya karena kita dijodohin. So, kalo emang lo nggak mau ngejalanin sesuai perkataan gue, lo bujuk orang tua lo pake cara apapun supaya pernikahan kita batal. Prinsip gue nikah sekali seumur hidup." Ucap Faiz dengan serius menatap Aya.

"Sama. Prinsip kita sama. Lagipula kalo emang gue ditakdirkan kayak gini gue gak bisa nolak." Sahut Aya memandang lurus dengan tatapan kosong.

"Kadang gue heran sama novel-novel yang ceritanya dijodohin abis itu bikin kontrak setelah berapa tahun cerai, gak guna idup tau gak," lanjutnya kesal. Faiz menatapnya dengan sedikit kekehan.

Kemudian, keadaan menjadi hening. Beberapa menit kemudian Faiz berdiri dan mengulurkan tangannya didepan wajah Aya.

"Ayo, pergi! Gue tau lo lapar," ucap Faiz lalu detik berikutnya suara dari perut Aya membuat keduanya tertawa.

Aya menerima uluran tangan Faiz kemudian mereka berjalan dengan tangan saling menggenggam.

"Kenapa rasanya beda, ya?"

"Apanya yang beda?" Tanya Faiz bingung.

"Biasanya kita berantem dan sekarang akur kayak gini, gatau kenapa sedikit aneh aja."

"Ntar juga kebiasaan. Oh iya, mau balik ke restoran apa ketempat lain?"

"Tempat lain aja, gue udah gak mood makan disana." Mereka segera berjalan menuju parkiran tempat motor Faiz berada.

"Naik motor?" Tanya Aya ragu. Faiz mengangguk dan menaikkan alisnya tanda bertanya 'kenapa'.

"Lo gak liat pakaian gue?" Kesal Aya karena Faiz tak peka sama sekali.

"Oh," jawab Faiz lalu masuk kedalam restoran dan mengambil jaketnya yang tertinggal saat pertemuan tadi.

"Nih pake!" Aya langsung naik motor gede Faiz dan menutupi pahanya dengan jaket Faiz.

"Gue gak pake helm nih?" Tanya Aya sedikit memajukan wajahnya.

"Nanti dijalan beli." Setelah berucap, Faiz melajukan motornya menuju tempat makan yang Aya inginkan.

Usai makan malam, Faiz mengantarkan Aya pulang.

"Bawa aja, besok sekolah gue jemput." Ucap Faiz ketika Aya akan memberikan helm yang baru mereka beli tadi.

FAYA [Hiatus]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora