Vino terperangah menatap apa yang ada di hadapannya saat ini.
Kegelapan yang menyelimuti matanya kini membuat Vino merasa takut.
Tidak seperti biasanya kamar apartemennya segelap ini. Biasanya selalu ada celah cahaya yang masuk melalui jendela kamarnya. Tapi tidak untuk malam ini. Ia menyesal telah meninggalkan Frans tadi, dan sekarang Frans tidak muncul-muncul juga.
"Buset, kok gelap banget ya.." gumam Vino sambil melangkah perlahan masuk ke dalam apartemennya. Tangannya ia tempelkan di dinding sambil menyusuri jalan dan berusaha menemukan saklar lampu.
"Kok kaga nemu sih? Biasanya disekitar sini.." keluh Vino sambil tangannya terus berusaha meraba-raba dinding.
Vino berdecak kesal karena tak kunjung menemukan saklar lampu yang dicarinya.
Setelah berbelas menit ia berjuang untuk menemukan saklar lampu, tiba-tiba bulu kuduknya meremang. Ia merasakan ada sebuah pergerakan dari arah jam 4. Jantungnya berdetak sangat cepat memompa aliran darahnya yang kini mengalir sangat deras.
Pergerakannya terhenti. Vino mematung ditempat. Jantungnya benar-benar sangat dipacu saat ini.
Tak lama setelah itu, ia berusaha berpikir positif dan perlahan menghembuskan nafasnya untuk menetralisir degup jantungnya.
Ia melanjutkan lagi langkahnya menuju entah kemana demi menyusuri dinding dan menemukan saklar lampu.
Tapi tak lama setelah degup jantungnya kembali normal. Ia kembali harus terdiam. Entah mengapa telinganya menjadi sangat sensitif saat ini. Ia menangkap ada sebuah suara dari sebuah sudut ruangan. Sontak kepalanya memutar-mutar mencari sumber suara tersebut.
"Si-si-siapa itu?! J-jangan sembunyi lo! K-keluar sekarang!!" Vino tergagap saat menyerukan suaranya dengan perasaan takut setengah mati.
Bukannya tambah tenang, Vino dibuat lebih ketakutan saat mendengar suara cekikikan dari arah belakangnya. Vino langsung menoleh ke arah belakangnya namun yang ia lihat hanya kegelapan semata.
Lalu tubuhnya seketika menegang saat sebuah tangan menyentuh pundak kanannya. Ketika pergerakan tangan itu berubah dari pegangan menjadi sebuah cengkraman, seketika Vino terduduk sambil berteriak ketakutan.
"AAAARRRGGGHHHHH!!!!!!!!!!"
"KEJUTAAAAAANNNNNNNN!!!!!!!!!!!!!!"
Dyo, Mario, Okta dan Feni kompak berteriak saat lampu dihidupkan.
Vino yang awalnya terduduk dibawah sambil menangkupkan seluruh wajahnya perlahan menurunkan kedua tangannya.
Wajah Vino dibuat melongo dengan pandangan yang cukup jenaka melihat teman-temannya yang berdiri sambil tertawa. Mereka berhasil membuat seorang Vino mati ketakutan.
"HAHAHAHAHAHAHAH muka lu kocak bet dah Vin!" Mario terbahak-bahak saat melihat wajah Vino yang terkejut.
"Anjir gue sampe nangis ini." sahut Dyo sambil menyeka sudut matanya.
"Mpen sakit perut ini yawlaaa" teriak Feni menekuk tubuhnya sambil memeluk perutnya sendiri.
"Hahahahhah..duh Vin... Sorry ya bikin lo kaget sama ketakutan gitu." ucap Okta sambil menyeka sudut matanya yang berair dengan tawa yang masih bersisa.
"Gila..." gumam Vino sambil menggelengkan kepalanya.
Sebuah teriakan terdengar dari pintu kamarnya. Bahkan Vino tak menyadari jika sedari tadi kakinya membawanya menuju kamarnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHANI UNTUK VINO (Completed) √
Fanfiction[ BELUM DI REVISI! ] SELESAI √ -Saya, bakalan selalu berjuang buat memenang kan hatimu. Karna Shani, untuk Vino. I love you, Shani Indira Natio - Vino Reynand Nandana -Vino atau Boby? gue gaktau! gue bingung, akan berlabu dimana hati ini- Shani Indi...