42. Confused (2)

2.1K 204 86
                                    

"Shan, ke kantin kuy? Cepetan ntar keburu masuk dah." ajak Feni pada Shani, tetapi Shani hanya diam dan menenggelamkan kepala nya pada lipatan tangan nya.

"Shani ih! Budeg lo ya?"

Tetap, Shani hanya diam dan seakan tak memperdulikan panggilan dari Feni.

Gracia yang melihat itu menggeleng pelan. "Ya udahlah jangan di paksa, mungkin dia mau di kelas aja. Kita aja yuk." Feni pun mengangguk dan menarik Gracia keluar kelas.

Tapi tidak untuk Okta, ia justru hanya diam dan memperhatikan Shani.

"Okta! Ayo!"

Okta menoleh pada Feni, "Hm.. kalian aja ya, gue mau di sini aja nemenin Shani."

Feni mengangguk, "Ya udah, mau nitip?"

Okta menggeleng, "Gak usah, lagian gue udah kenyang."

"Ya udah, Mpen sama Gracia ke kantin ya. Bye!"

Gracia dan Feni berlalu menuju ke kantin. Okta menoleh ke arah Shani dan menghela napas pelan. Ia berjalan ke arah bangku Shani dan duduk di samping nya.

Detik berikut nya, Okta menepuk pundak Shani pelan. "Shan..lo kenapa?"

Shani hanya diam dan tetap menenggelamkan kepala nya di meja.

"Shan, jangan gini, lo cerita kalo ada masalah. Buat apa ada gue, Feni sama Gracia."

"Shan..." panggil Okta untuk kesekian kali nya.

Akhirnya, Shani perlahan-lahan mengangkat kepala nya dan melihat ke Okta dengan tatapan sendu. Okta yang melihat itu segera menarik sedikit kursi nya untuk lebih mendekat ke Shani.

"Lo kenapa sih? hm? lo ga banyak ngomong hari ini, dari tadi pagi malah. Biasa nya paling cerewet.."

Shani tersenyum tipis dan menggeleng pelan. "Gak apa-apa."

Okta menghela napas nya dan segera memegang pundak Shani. "Lo gak bisa bohong sama gue Shan. Cerita aja, siapa tau gue bisa bantu,"

Shani diam sebentar dan menunduk. Detik berikutnya, ia mengangkat kepala nya dan menatap Okta.

"Gue salah gak? kalo gue suka sama orang lain dan itu bukan Boby."

Okta mengangkat satu alis nya, "Maksud nya?"

"Iya.. gu-"

"Vino?" sela Okta cepat.

Shani menundukan kepala nya. Dan Okta terkekeh pelan. "Akhir nya. Gue juga mau nanya soal semalem. Ada apa sebenernya? kenapa tiba-tiba pas lo ngejer Vino dan pas balik lo malah nangis?"

Shani terdiam dan menundukan kepala nya. "Gue juga gak tau, gue gak ngerti dan gue ga paham sama apa yang gue rasain. Gue ngerasa sakit sama apa yang di ucapin sama Vino semalem."

Okta mengerutkan keningnya, "Emang dia bilang apa?" tanya Okta.

Shani menggeleng pelan, "Entahlah, yang jelas, gue sakit sendiri denger nya. Dia seakan nyuruh gue buat ngejauh dari dia. Dan, entah kenapa, hati gue gak rela. Gue gak bisa jauh dari dia.."

Okta tersenyum seraya menepuk pundak Shani. "Lo sadar gak sih?"

Shani melihat ke Okta, "Sadar? sadar kenapa?"

Okta kembali tersenyum. "Lo udah jatuh cinta sama dia. Gak hanya sekedar suka."

Shani menundukkan kepalanya. "Tapi, gue gak bisa. Ada orang lain juga yang suka sama Vino.."

Okta menautkan keningnya, "Serius? siapa?"

"Gra-"

"Shan!" belum sempat menyelesaikan ucapan nya, panggilan itu membuat Shani menghentikan ucapan nya dan melihat ke arah pintu masuk kelas.

SHANI UNTUK VINO (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang