Bab 3

112K 11.3K 2.4K
                                    

3. Sikap yang berubah.

Loading ...

Start !

***

Bi Raya melangkah tergopoh-gopoh, menghampiri Gatha yang tengah duduk santai diatas sofa sambil memangku sebuah buku tebal.

"Mas Gatha ..."

Gatha menoleh. "Ya?"

"Mas Gatha, boleh saya minta izin sebentar? Luna minta dijemput?"

Raut wajah Gatha yang semula ramah langsung berubah saat nama Luna terdengar ditelinga'nya. "Kerjaan bi Raya udah selesai?"

Bi Raya menggeleng pelan. "Belum mas. Tapi Luna maksa minta dijemput, kata'nya mas Vento ga mau anterin dia."

"Tumben ..." senyuman miring mendadak menghiasi wajah Gatha. "Kenapa? Anak'nya bibi udah punya cowok lain?"

Bi Raya menunduk, omongan Gatha memang selalu menusuk, apalagi terhadap orang yang ia tak suka. "Ga tau mas. Bibi ga tau apa-apa tentang Luna, Luna juga ga pernah cerita."

"Harus'nya bibi tanya-tanya. Siapa tau Luna punya simpenan om-om yang biasa nongkrong dirumah bordil, gimana tuh?" Gatha terkekeh lalu meletakkan buku yang semula dipangkuan'nya keatas meja dihadapan'nya. "Boleh bi ... Silahkan." ucap Gatha sebelum akhir'nya melangkah pergi meninggalkan Bi Raya.

Bi Raya tersenyum kemudian membersihkan diri'nya dan meminjam sebuah motor milik Gatha untuk menjemput Luna.

Rupa'nya gadis itu telah menunggu ibu'nya didepan gerbang sekolah, gadis yang dibasahi keringat itu tampak kesal saat ibu'nya terlambat datang menjemput'nya.

"Ibu lama banget sih?!" omel Luna pada Bi Raya yang baru saja menghentikan motor'nya tepat dihadapan Luna.

"Maaf sayang, tadi ibu pinjem motor dulu sama mas Gatha, sekalian bicara sebentar." bi Raya menyodorkan sebuah helm kepada Luna yang kemudian Luna raih dengan kasar dan langsung dipakai'nya.

Luna duduk diboncengan bi Raya tetap dengan raut wajah kesal, namun bi Raya hanya cuek dan langsung menjalankan motor'nya.

Luna masih tampak kesal selama diperjalanan. Bukan karena bi Raya yang terlambat menjemput'nya, tapi karena Vento yang berubah.

Sifat laki-laki itu berubah sejak hantu Vasilla menunjukkan diri'nya didepan Vexo, Vento, Luna, Bi Raya, dan Gatha beberapa bulan yang lalu.

Vento mulai menjadi pendiam, lalu perlahan menjauh. Vento juga sempat mengatakan bahwa laki-laki itu menyesel memilih Luna dan meninggalkan Vasilla. Andai waktu bisa ia putar kembali, laki-laki itu akan berlutut dibawah kaki Vasilla, meminta kesempatan kedua.

Luna hanya tertawa mendengar ucapan Vento, itu lucu bagi'nya, apalagi setelah gadis itu kembali mengingat bagaimana Vento membela'nya mati-matian dulu, dihadapan Vasilla. Bahkan membuat Vasilla menangis berkali-kali hanya karena diri'nya. Laki-laki itu terlambat menyesal, jadi tidak perlu waktu lama, Luna yakin Vento akan kembali pada'nya, meminta maaf dan meminta kesempatan kedua. Karena Luna tau, Vento juga sempat mencintai'nya.

"Luna, Luna ..." suara bi Raya membuyarkan lamunan Luna. Luna menoleh pada bi Raya.

"Udah sampai, Luna. Ayo turun." lanjut bi Raya.

Luna baru menyadari bahwa mereka sudah tiba dihalaman rumah Gatha. Gadis itu turun dari motor, membiarkan bi Raya memarkir motor'nya kembali kedalam garasi.

Luna melangkah dengan riang bersama bi Raya, masuk kedalam rumah Gatha. Namun tentu saja langkah kedua orang itu terhenti diambang pintu, saat menatap Gatha yang berdiri didepan mereka dan tengah menunggu mereka.

"Mas Gatha, ada apa?" tanya bi Raya.

Gatha enggan menoleh kearah Luna, seolah ingin menunjukkan betapa benci'nya diri'nya terhadap anak pembantu'nya itu. "Bi. Saya udah beli rumah buat bibi dan putri bibi. Jadi besok, kalian harap pindah. Saya tidak ingin tinggal serumah dengan seorang .... pelac*r." Gatha langsung berbalik, dan pergi tanpa memikirkan perasaan bi Raya.

Bi Raya menunduk, kemudian menatap Luna dengan raut wajah sedih. "Ayo beres-beres."

Luna mencekal tangan bi Raya saat bi Raya hendak melangkah pergi. "Bu!"

"Kenapa Luna?"

"Ibu, barusan dia ngatain aku?!"

Bi Raya terdiam, kemudian menunduk.

"Ibu terima kalau putri ibu dihina? Luna tau dia majikan ibu, tapi seenggak'nya ibu belain Luna, sedikit aja!"

"Luna, mas Gatha sudah berbaik hati karna tidak memecat ibu, kita seharus'nya tau diri."

"Bu, harga diri kita baru aja di injek-injek sama dia. Ibu ga kesel? Lebih baik kerja ditempat lain, daripada kerja disini tapi dihina setiap hari."

"Ibu rasa mas Gatha ga salah."

Luna mengernyit tak paham. "Maksud ibu?"

"Biar ibu tanya, kenapa kamu mendekati Vento saat kamu tau Vento pacar'nya nona Vasilla? Lalu sekarang kenapa Vento mendadak menjauhi kamu? Kamu punya pacar baru, atau apa??"

"Bu, ibu jangan dengerin Gatha!" Luna mendengus sebal. "Luna ga punya siapa-siapa lagi. Luna cinta'nya cuma sama Vento, Vento punya Luna selama'nya. Dia emang ngejauhin Luna sekarang, dengan alasan masih cinta sama Vasilla, tapi dia bakal balik sama Luna, karna Vasilla itu udah mati!" gadis itu menekankan kata 'mati'.

Reflek, bi Raya menampar pipi kanan Luna dengan kencang. Luna terdiam, lalu melirik bi Raya yang langsung pergi begitu saja. "Gatha Samuel ... Adek sialan lo itu udah mati, kenapa lo masih hidup?" kemudian gadis itu memegang pipi'nya yang memanas karena sehabis ditampar.

***

Loading ...

Finish !

Vote + Coment !


[✔] Sixth Sense 2Where stories live. Discover now