11. Tenggat Waktu

9.1K 967 26
                                    

Hai guyss!!

Sorry banget nih ngaret update-nya. kemaren pas mau update entah kenapa wattpad nya rada bermasalah gitu. Entah salah di wattpad nya atau di jaringan aku.... nggak tau juga deh.

Tapi, ini dia yang kalian tunggu. Part selanjutnya dari hubungan menyebalkan antara Raina dan Mas Bara.

Buat kalian yang udah dengan sabar menunggu, makasih banget ya atas pengertiannya. Aku juga manusia biasa yang punya seabrek kesibukan didunia nyata yang mesti aku prioritaskan ketimbang urusan dunia maya ini. aku juga pasti bakal update kalau punya waktu luang. Harap bersabar aja yaaa..

Makasih loh buat vote dan komentar kalian. Semua itu sangat berarti buat aku.

Oh iya, mau nanya juga nih, ada yang bisa kasih saran drama korea atau china yang bagus nggak? Buat inspirasi aku ngelanjut ini cerita. Kalo ada tolong komentar yaaa!!!

Happy reading guys!!! Hope you enjoy it!!!!


*** 


Ray berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang lumayan ramai. Lorong yang biasanya ia lewati ketika ingin berjumpa dengan Bara. Tapi kali ini bukan Bara tujuannya, si sulung Arsa adalah tujuan utamanya. Semenjak Bunda mengirimkan kabar jika Arsa menderita demam berdarah kemarin malam, dengan secepat kilat Ray menyelesaikan segala urusannya diluar kota. Sedangkan Anggi, memilih langsung pulang dan menyerahkan semua pekerjaannya pada staff kepercayaannya.

Didepan ruangan, Ray dapat melihat sosok Raina dan Bara yang sedang duduk serius berdua. Entah apa yang mereka sedang bicarakan. Yang pasti Ray tak terlalu ingin mengetahuinya. Saat ini prioritas utamanya adalah Arsa.

" pelan-pelan Mas, anak-anak lagi pada tidur ", pinta Raina. Adiknya itu menahan lengan Ray yang ingin menerobos masuk begitu saja.

" keadaan Arsa gimana Bar? "

" udah mendingan. Paling lama lusa dia juga pulang. Atau paling cepat besok pagi juga udah boleh pulang ", sahut Bara pelan.

" terus kalian kenapa diluar? ", tanya Ray pada akhirnya. Sedikit menyipit menatap curiga raut wajah frustasi Bara dan tertekannya Raina. " kalian nggak berantem kan? "

Pertanyaan itu berhasil membungkan Raina maupun Bara. Ray sendiri hanya menghela nafas kesal dengan kelakuan dua manusia dihapannya itu. Mereka saling menyukai, hanya saja terlalu malu untuk blak-blakan.

" aku masuk dulu ", pamit Ray lalu membuka perlahan pintu. Meninggalkan Raina dan Bara yang kembali duduk dalam keheningan.

***

Raina menghembuskan nafas gusar. Malam ini dapat dipastikan dia tak akan bisa tidur dengan nyenyak. Percakapannya dengan Bara dirumah sakit tadi, sukses membuat kepala Raina semakin pusing. Bara berhasil membuat Raina hampir menangis.

Sebenarnya semua berjalan seperti biasanya hari ini. Tak ada yang aneh, kecuali gelagat Tio yang begitu menyebalkan. Pria itu beberapa kali mencoba mengajak Raina berbicara mengenai pernikahan yang hanya bisa ditanggapi Raina dengan keheningan.

Lalu kemudian Bara, pria itu terlihat beberapa kali ingin mengajak Raina berbicara serius hanya saja tak begitu ditanggapi Raina. Raina masih terlalu takut untuk berbicara berdua dengan Bara. Takut jika pria itu menyinggung masalah lamarannya tempo hari.

Dan benar saja semua itu terjadi.

Raina keluar dari ruang rawat inap Arsa disusul Bara. Mereka berdua duduk bersampingan di kursi depan ruangan. Dimenit-menit awal tak ada satupun yang berniat untuk membuka suara. Mereka masih sibuk untuk merangkai kata.

Just MarriedWhere stories live. Discover now