17. Raina dan Masalah

7.7K 689 12
                                    

Bara menghembuskan nafas kesal. Gadis itu benar-benar keras kepala jika sudah memiliki kemauan. Dan tentu saja, tak akan ada yang bisa menghalangi keinginannya. Lagipula, Bara juga sudah tau jika Raina bukan tipe gadis penurut. Raina itu pemberontak. Entah gen mana yang diwarisinya. Karena setahu Bara, Bulek Dira dan Paklek Amar sama sekali tak memperlihatkan sisi pemberontak mereka.

Atau itu karena faktor usia?

Gelengan dikepala Bara agak kuat. Dia mengusir pikiran aneh dalam otaknya. Sudah cukup dia kelimpungan akibat ulah Raina yang nekat mengajar dengan kondisi tubuh sakit seperti itu. Bara tak habis pikir dengan tindakan nekat calon istrinya itu.

Raina bilang dia harus masuk hari ini. Ada banyak hal yang harus dia urus disekolah sebelum dia cuti. Dan tentu saja urusan yang dia maksud itu termasuk juga dengan masalah Tio. Raina kelihatannya sudah benar-benar tak tahan dengan hal yang satu itu.

Saat dia pingsan kemarin, Bara panik luar biasa. Bahkan Paklek Amar yang biasanya terlihat beribawa begitu panik melihat si bungsu kesayangan itu pingsan. Pasalnya ini pertama kali seorang Raina pingsan. Dan pastinya, penyakit Raina serius kali ini.

Ketika menjenguk Raina pagi tadi sebelum berangkat kerumah sakit, Bara melihat gadis itu sudah dalam pakaian rapinya. Siap untuk mengajar. Meski sesekali mengurut pelipisnya guna meredakan sedikit rasa pusing.

Bara sudah melarangnya. Tentu saja Bara akan melarang Raina yang ngotot ingin berangkat kerja itu. Fisik Raina masih lemah. Raina masih butuh banyak istirahat supaya sakitnya tidak bertambah parah. Mengingat kurang dari 2 minggu lagi mereka akan menikah.

Tapi sudah dibilang seperti diawal. Raina keras kepala dan ngotot untuk berangkat kerja. Memohon pada Bara untuk pertama kalinya agar mengijinkannya. Dan tebak. Itu adalah permohonan pertama Raina semenjak Bara kembali pulang dari Solo. Luar biasa bukan? Gadis itu memohon agar Bara tak mencegahnya pergi sementara Bara tau Raina sedang sakit.

Mungkin dalam kondisi normal Bara akan mengiyakannya. Tapi dalam kondisi seperti ini tentu saja tidak. Kalau Raina mendadak pingsan di sekolah bagaimana? Yang panik dan khawatir tentu saja dirinya.

Tapi toh akhirnya Bara mengijinkan Raina berangkat kerja juga. Tentu saja dengan syarat yang cukup membuat Raina ingin meninjunya.

Pertama, Raina harus melapor pada Bara setiap kegiatannya. Lalu, harus makan bekal sehat yang dibawa bunda. Tidak terlalu sering beraktivitas jika tidak mengajar. Harus selalu minum air putih minimal 2 jam sekali. Dan tentunya pergi dan pulang diantar oleh Bara.

Maka sepanjang jalan Raina hanya berdiam diri. Terlalu malas berdebat dengan Bara yang akan selalu menang setiap kali di debat. Dan itu menghancurkan ego Raina hingga berkeping-keping.

Lain Raina, maka lain pula Bara. Sebisa mungkin dia menahan kekesalannya karena sifat keras kepala Raina itu. Ingin dikeraskan agar menurut, rasanya tak mungkin. Karena Bara sadar jika sifat Raina adalah memberontak. Akan sulit baginya untuk membuat Raina menurut dengan jalan kekerasan. Yang ada jiwa pemberontaknya semakin menjadi-jadi.

"lo kenapa melamun sih pagi-pagi? Udah visit kan lo?", pertanyaan Mila menyadarkan Bara akan situasinya saat ini.

Bara menatap dokter kandungan yang merupakan teman SMA nya dulu itu. Mila. Si ketua kelas yang judes luar biasa. Si pemenang lomba fisika antar sma.

Sejak Bara dipindahkan di rumah sakit ini, Mila adalah salah satu orang terdekat Bara yang bisa bertindak luar biasa tidak sopan padanya. Dimulai dengan panggilan mengejek, ucapan sadis tanpa saringan, dan tentu saja cemoohan yang tak akan mungkin diberikan orang yang tak mengenal Bara dengan dekat.

Satu tahun masa kelam Bara di sma adalah ketika dia harus menjadi wakil si cewek judes ini. Yap, dia kalah voting pemilihan ketua kelas. Bara curiga ada permainan gender di balik pemilihan itu. Dilihat dari siswa kelasnya yang hanya ada 15 orang sedangkan siswi kelasnya mencapai 23 orang.

Just MarriedWhere stories live. Discover now