10 'Hug Me'

64 2 0
                                    

Hari demi hari telah aku lewati, rasa hampa dan sakit begitu membelenggu didalam hatiku.

Perih, bagai garam yang ditaburkan kedalam luka.

Semuanya telah berubah, semuanya sudah tidak seindah dulu. Waktu berjalan cepat saat berada di titik kebahagian yang mendalam, namun waktu begitu lamban saat berada dititik kehampaan dan sakit.

Apa waktu seperti ini ? Pikirku begitu.

Dunia begitu kejam, kata yang berulang kali terlontar dari bibir yang sedikit bervolume ini.

Aku muak dengan segala duka dan lara ini, bolehkah aku memilih takdir yang indah sedikit saja?.

Berpura-pura baik dan ceria itu menyakitkan dan sulit, menjadikan permainan yang keji pun menjadi pelampiasan rasa benciku terhadap hidup yang seperti ini.

Adakah seseorang yang mengerti diriku? Kumohon berikan seseorang yang seperti itu untuk hidupku.

Aku bosan merasa terluka.

Aku berjalan gontai, raut wajahku tidak menunjukan keceriaan sedikit pun.

Ku langkahkan kakiku menuju rumah seseorang yang bertepatan di depan rumahku, tanpa mengetuk pintu dahulu aku menyelonong masuk kedalam rumah itu. Dan melangkah menuju salah satu kamar pemilik rumah itu.

Aku membaringkan tubuhku yang rapuh ini di ranjang miliknya, mencoba memejamkan mataku sejenak.

Berharap saat membuka mata semuanya akan berubah menjadi indah, aku muak dengan hitam putih hidupku.

Aku ingin semua berwarna seperti dulu.

Kurasakan sebuah tangan yang membelai lembut rambutku, rasanya nyaman.

Tanpa sadar aku tersenyum manis padanya, tanpa membuka mata pun aku sudah tahu siapa pemilik tangan lembut dan harum parfum coklat ini.

Apa ia yang tuhan berikan untukku? Kumohon sadarkan aku.

Sentuhannya membuatku benar-benar merasa nyaman, belaian lembut tangannya berbeda dengan lembutnya tangan wanita lain.

Aku merasa tak pantas untuk bersamanya, aku terlalu buruk dan jahat baginya.

Ia memberiku secerik kebahagiaan, namun rasa sakit yang kubalas.

Ingin melepasnya, namun aku tak sanggup.

Ingin berubah, namun rasa benci dan dendam lebih mendominasi hatiku.

Serba salah, itu hidupku.

Mataku masih terpejam air mataku keluar dengan cepat aku bangun dan menghapus air mata ku.

Aku melihatnya tersenyum padaku, manis.

Ia merangkak dan memeluk tubuhku dengan erat, mengusap punggungku mencoba memberikan kekuatan.

Hangat, begitu hangat saat berada dipelukkannya. Pelukan ini mengingatkanku pada sosok yang menyebabkanku menderita seperti ini, membencinya? Tentu namun aku tetap dengan menyayanginya.

"Apapun yang kamu rasain saat ini, kamu harus tetap bahagia. Aku tau rasanya itu sakit, tapi hidup kita gak bisa buat kayak gini terus. Luka yang sedikit mengering, terus kamu garuk ya pasti sakit lagi, kook. Coba kamu ikhlasin semuanya, maafin semuanya mungkin rasanya gaakan seberat ini.

Itu semua tergantung kita, kalau kita pengen bahagia lepas semua benci dan dendam kamu.

Dendam gaakan pernah bikin kamu ngerasa aman,kook."

Suaranya yang lembut, dan perkataannya itu cukup membuat hatiku teriris.

Aku terisak dalam dekapannya, air mataku mengalir tanpa ku pinta.

Hanya dengannya, aku bisa mengeluarkan emosiku.

"Aku sama kamu itu gak beda jauh, bunda sama ayah sibuk sama kerjaannya. Kita sama-sama di tinggalin walaupun beda penyebabnya. Tapi kook, kita sama sama ngerasa kesepian.

Beruntung kita masih punya sahabat yang udah kayak saudara kita, seenggaknya mereka berperan penting dan berharga buat hidup kita."

Benar, ucapan gadis itu benar. Mereka selalu bersamaku walaupun aku bergitu buruk dan jahat, mereka menerimaku dan selalu berada disisiku.

Mengapa aku begitu bodoh? Mengapa aku begitu terlambat menyadari semuanya?. Jeon Jungkook bodoh!

"Jangan sedih terus, kita semua bakalan terus sama kamu."

"Jangan tinggalin aku kayak mereka,ra. Mungkin cuma kamu yang ngerti kondisi aku, jangan pergi ya."

"Iya, aku gaakan pergi kecuali kamu sendiri yang minta aku buat pergi dan ninggalin semuanya, Kook."

Ia melepas dekapannya, ia menatap mataku. Tatapan matanya begitu teduh dan damai.

Ia mencium kedua kelopak mataku, selalu begitu. Iya, gadis ini memang selalu mencium kelopak mataku agar aku berhenti menangis.

Memalukan, seorang Jeon Jungkook menangis di depan seorang gadis.

Aku tersenyum, dan memeluknya kembali. Biarkan seperti ini dulu, aku merasa nyaman berada disisinya.

Kenyamananku sedikit terganggu kala aku mendengar dering ponselku, aku mengambil ponselku yang sempat aku simpan di nakas tadi.

Melihat nama yang tertera dilayar ponselku membuatku menyunggingkan senyum miring, aku tidak menjawab telponnya dan mematikan poselku.

Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun, aku sedang ingin berada di dalam pelukan gadis ini untuk sementara waktu.

"Kenapa telponnya di matiin ?."

"Ganggu, aku lagi pengen sama kamu ra."

-TBC-

-International Playboy Jeon Jungkook-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang