The Letter

345 31 5
                                    

“Greyson… Marlowe Chance?” ia tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya

“Ya. Ini alamatnya, mungkin aku bisa mengantarmu kesana, karena rumahnya tidak terlalu jauh dari sini” kata Arthur

“Oh paman, terima kasih banyak, aku tahu kau benar-benar bisa membantuku. Besok aku akan mengirimnya surat terlebih dahulu, semoga cepat sampai tujuan”

“Aku juga berharap begitu. Ini alamatnya, catatlah dulu” Dy lalu mencatat alamat Mr. Chance di buku catatan kecil yang selalu dibawanya, memastikan ia tidak salah tulis, karena jika salah, akibatnya bisa fatal.

“Terimakasih sekali lagi, paman. Mungkin aku akan kesini lagi lain waktu, sudah sore, kurasa aku harus pulang”

“Apa tidak terlalu terburu-buru? Tapi tidak apa. Kami dengan senang hati menyambut kedatanganmu” Mereka berjalan menuju pintu. Shania menyusul membawa beberapa bonnet (topi yang menutupi dan melindungi kepala juga rambut dan wajah dari sinar matahari)

“Dy, aku punya sesuatu untuk kalian, ini” Shania lalu memberikan tiga buah bonnet kepada Dy, topi berwarna hitam dengan beberapa rangkaian bunga dibagian sampingnya

“Tiga buah? Apa ini tidak terlalu banyak?”

“Tidak, ini memang untukmu, ibu, dan adikmu. Semoga kalian menyukainya, aku sendiri yang membuat topi ini”

“Oh, terima kasih banyak. Aku sangat menyukainya,” Dy langsung memakai salah satunya, “Dan pastinya ibu dan Annie juga menyukainya. Baiklah, aku pulang dulu”

“hati-hati dijalan, Dy”

“Tentu”

Dy berjalan meninggalkan rumah pamannya, sesekali melihat kebelakang apakah mereka masih diambang pintu atau tidak, lalu meneruskan perjalanan menuju halte bus. Rambutnya sesekali diterpa angin sore itu. Halte bus sepi, hanya ada dua orang yang menunggu disana, ia pun memperlambat langkah.

bonnet yang cantik nona” kata pria disebelah Dy, sambil menyentuh beberapa rangkaian bunga di bonnet yang dipegangnya

“Terima kasih, bibi ku yang membuatnya” balas Dy, pria itu hanya tersenyum.

Bus akhirnya datang, dengan jurusan yang berbalik arah, mengantarkan penumpang ketempat tujuan mereka masing-masing.

***

Petir menyambar-nyambar, angin bertiup sangat kencang, beberapa ranting pohon patah dan dedaunan kering beterbangan kemana-mana. Aliran listrik terputus, atau sepertinya memang sengaja dipadamkan karena cuaca malam itu benar-benar berbahaya. Dy masih meringkuk diatas kursi didepan meja belajarnya, menutupi tubuhnya dengan selimut tebal, sambil memandangi api lilin yang bergerak-gerak tertiup angin yang masuk melalui fentilasi. Secarik kertas, tinta, dan bulu angsa sudah tersedia diatas mejanya, masih memikirkan kata-kata yang tepat untuk Mr. Chance

Akhirnya Dy mulai menulis,

Dear Mr. Greyson Marlowe Chance

Sebelumnya saya minta maaf jika surat ini mengganggu anda, saya benar-benar minta maaf.

Perkenalkan, saya Dyane Forstwagen, salah satu murid di sekolah umum di Highstreet. Kami ditugaskan untuk mewawancarai seseorang yang memiliki jabatan atau prestasi, dan tugas itu akan dikumpulkan dua minggu lagi, lalu paman saya, Arthur Fortswagen, merekomendasikan anda. Akan senang sekali jika anda bersedia menjadi narasumber saya.

Atas kesediaan anda, saya mengucapkan terima kasih.

Salam hangat,

Dyane Forstwagen

Scarlet Letter (Not Greyson's Love Story)Where stories live. Discover now