King's Cross

223 18 8
                                    

“Aku…”

“Ya?” Dy masih menunggu. Samar-samar ia dapat melihat mata Greyson yang berkaca-kaca.

“Aku…benar-benar…minta maaf” suara Greyson semakin serak, jika ia berkedip sekali saja, air matanya pasti akan jatuh,

“Katakan saja, Greyson. Aku siap mendengarnya” Dy berbohong

“Aku…akan merantau ke Amerika”

Mendengar ini, entah kenapa Dy merasa seperti tercekik. Jantungnya serasa dipaksa keluar, dan pandangannya kabur, matanya berair, ia tidak berani memandang Greyson. Tapi akhirnya ia tersenyum.

“Aku, senang mendengarnya”

“Aku tidak menyangka akan secepat ini. Aku… aku sudah betah tinggal di London. Tapi, ayahku…”

“Tidak apa. Semoga kau sukses disana. Ayahmu pasti ingin yang terbaik, kan? Jangan kecewakan dia” suara Dy pun mulai serak

“Kami sekeluarga akan pindah. Itu artinya, aku tidak akan pernah kembali lagi kesini. Maafkan aku”

Sebenarnya, Dy ingin sekali menangis dan berteriak sekencang-kencangnya. Meskipun ia baru mengenal Greyson bulan September lalu, tapi mereka sudah terlanjur menjadi teman dekat, bahkan sangat dekat. Hal inilah yang membuat Dy benar-benar sedih,

“Oh, tidak apa. Aku akan selalu mendoakan mu”

“Kau tidak seharusnya menangis” Greyson mengusap air mata Dy dengan tangannya

“Haha, ini namanya terharu. Kau juga, kenapa menangis?” jawab Dy asal

“Aku sedih, karena harus meninggalkanmu”

Mereka berdua terdiam. Tidak keluar sepatah kata pun, hanya lelehan air mata yang terus mengalir. Greyson merangkul Dy, mendekatkannya perlahan. Mereka hanya saling menatap mata yang berair dan pipi yang basah. Greyson semakin mendekatkan wajahnya, Dy tahu, seharusnya mereka tidak melakukan ini!

“Kenapa kau begitu yakin?” Tanya Dy

“Yakin untuk apa?”

“Yakin untuk melakukan ini”

“karena…aku menyayangimu” Greyson sudah semakin dekat

Dari kejauhan, seorang anak kecil sedang memperhatikan mereka, namun menutup matanya dan sesekali membukanya, penasaran dengan apa yang terjadi antara pasangan yang sedang duduk dibawah pohon sambil merangkul dan mendekatkan wajah mereka, Dy dan Greyson. Tapi disisi lain taman, seorang remaja laki-laki juga memperhatikan mereka. Dan sepertinya ia sudah siap dengan apa yang akan terjadi jika terus memperhatikan mereka.

Dan ketika sedikit lagi Greyson berhasil mencium Dy, selembar daur kering jatuh dan terselip diantara bibir mereka berdua. Keduanya sama-sama terkejut, kemudian tertawa.

“Kenapa aku selalu gagal?” keluh greyson masih sambil tertawa

“Hahaha, aku juga tidak tau. Sepertinya kita memang tidak ditakdirkan untuk…” Dy tidak melanjutkan kalimatnya

Anak kecil yang memperhatikan mereka tadi bingung, masih dengan posisi jari menutup sebagian matanya, ia membuka mulutnya tanpa mengatakan sepatah kata pun, heran. Sedangkan remaja laki-laki yang juga memperhatikan mereka, bernapas lega karena hal yang dianggapnya buruk tidak jadi terjadi.

(Di zaman Victoria, jarang sekali ditemukan orang-orang kissing di sembarang tempat. Bahkan free sex juga dilarang)

“Dy,”

“Ya?”

“Apa kau akan selalu mengingatku?”

“Tentu. Bahkan sejak kita pertama kali bertemu”

Scarlet Letter (Not Greyson's Love Story)Where stories live. Discover now