Chapter 4

73 8 4
                                    

"Kei bangun. Udah jam 7.30 sayang, kamu nggak kekantor?" Teriak wanita paruh baya yang sudah berulang kali mengetuk pintu kamar Keinara.
"Iya ma, bentar lagi" Jawab Kei dengan nada parau yang enggan menarik diri dari kasur empuknya itu.
"Kei. Bangun nanti kamu telat" Teriakan itu kembali terdengar dari seberang pintu kamar Kei.
Kei menggeliat, tangannya menggapai jam beker yang sudah berdering sejak satu jam lalu dan tak dihiraukan olehnya. Matanya melihat kearah jam beker itu dan terbelalak saat jarum jam sudah menunjukan pukul 07.40 WIB.

"Mati. Gue telat" teriak Kei dia melompat dari tempat tidurnya dan lari kekamar mandi.
Dengan tergesa-gesa Kei mempersiapkan diri untuk berangkat kekantor, 25 menit waktu yang dia perlukan untuk merapikan diri dan berlari meninggalkan kamarnya.

"Kei berangkat ya ma" Teriak Kei sambil berlari kecil, tangannya masih sibuk memperbaiki sepatu yang masih belum tepat masuk dikakinya.
"Ini bekal sarapan kamu" Jawab wanita paruh baya yang sedari tadi menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak yang dimanjanya itu.
"Makasi ma. Kei pamit ya. Daa ma" Kei mencium kening wanita itu dan tangannya meraih sekantong bekal yang sudah disiapkan untuknya.

Kei berlari mengarah keluar dari gang rumahnya, tak jauh dari rumahnya terdapat halte pemberhentian angkutan bus umum yang biasa ditumpangi oleh Kei menuju kantornya.
Didalam bus sudah mulai dipadati oleh penumpang lainnya. Dengan wajah pasrah Kei masuk dan berdiri menggantungkan tangannya, sudah tak ada lagi bangku kosong yang tersisa untuk didudukinya. Beberapa kali Kei melihat kearah jam tangannya, wajahnya semakin panik saat kemacetan yang tak bisa dihindari dijalan menuju kantornya itu.

"Lu dimana, Kok belum dateng? Lu gamasuk hari ini?" Kei membaca pesan singkat dari Thania.
"Gue telat. Masih di bus" balas Kei. Lalu memasukkan kembali ponselnya kedalam tas.

Beberapa menit menunggu, bus yang ditumpangi oleh Kei berhenti di halte tujuannya.
Dengan cepat ia berlari turun dan mengarah kegedung kantornya. Kei tak lagi memperhatikan sekelilingnya matanya fokus kearah lift yang ada di lobby.

Gubrak! Seketika keadaan berubah menjadi riuh, Kei tak sengaja menabrak seseorang yang datang berlawanan arah darinya. Kantong bekalnya tumpah tak beraturan dan meninggalkan noda di baju orang yang ditabraknya. Disekelilingnya file-file berwarna biru juga ikut berserakan.

"Maaf" Kei memelas dengan wajah pucat pasi. Dia menunduk dan mengambil beberapa lembar tisu yang ada didalam tas nya, lalu mencoba membersihkan stelan jas berwarna hitam yang tak sengaja terkena noda makanannya itu.

"Sudah nggak masalah, saya bisa ganti jas yang lain" jawab lelaki yang ditabrak oleh Kei, tangannya menggengam tangan Kei mencoba memeberhentikannya yang sedari tadi sibuk membersihkan Jas nya.
Kei mengangkat kepalanya dan melihat dengan jelas wajah orang yang ada dihadapannya.

"Pak Dev" Kei menatapnya, perlahan mundur dan melepaskan tangannya dari genggaman lelaki bertubuh tegap yang ada dihadapannya.
"Maaf pak saya kurang hati-hati" Kei kembali menundukkan kepalanya, mengungkapkan rasa penyesalannya.

"Kamu terlambat ya? Makanya buru-buru sampai nggak liat kanan-kiri lagi" Jawab Dev, tangannya meraih file biru miliknya yang berserakan dilantai.
"Em. Iya pak, maaf" jawab Kei memelas, dan ikut merapikan file biru milik Dev juga kotak bekalnya.
"Yaudah ayo naik kekantor. Saya juga tadi kejebak macet" ajak Dev.
"Tapi pak, Jas bapak" Kei menunjuk kearah Jas yang sudah terlihat lusuh itu.
"Saya punya satu lagi di ruangan" jawab Dev santai.

Mereka berjalan meninggalkan lift dan menuju keruangan kerja. Saat sampai didepan pintu ruangan, semua mata tertuju kearah Kei dan Dev. Lalu Dev dengan sigap menyapa seluruh karyawan.

"Selamat pagi semua" Dev menyapa sambil berjalan mengarah keruangannya.
"Pagi pak" Jawab mereka serentak

Kei tertunduk malu dan berlari mendapati meja kerjanya, dirapikannya rambutnya lalu dinyalakannya komputernya.

"Lu kok bisa bareng pak Dev" tanya Thania penasaran
"Gue telat, terus tadi ketemu pak Dev juga dibawah" jawab Kei singkat
"Nggak ada yang lain? Lu gak coba godain Mr.Handsome gue kan" Thania menatapnya sinis.
"Apaan sih lu, udah ah gue banyak kerjaan" jawab Kei ketus dan mengabaikan Thania yang sedari tadi tak berhenti menatapnya.

Kei mulai sibuk dengan komputernya dan juga berkas-berkas yang tak beraturan di atas meja kerjanya. Sesekali matanya mengarah kearah ruangan Dev, perasaan bersalahnya atas kecerobohannya membuatnya tak nyaman untuk bekerja hari itu. Tiba-tiba Kei dikejutkan dengan dering telfon kantor yang ada dimejanya.

"Hallo" Sapanya.
"Kei. Bisa keruangan saya sebentar" Pinta seseorang dari seberang telfon itu.
"Baik pak" jawab kei dan menutup telfonnya.
Kei beranjak dari tempat duduknya, dan berjalan menuju ruangan Dev diketuknya pintu ruangan Dev.

"Masuk aja Kei" Pekik pemilik ruangan itu.
"Permisi pak, bapak memanggil saya" Kei masuk dan berjalan mendekati meja kerja Dev.
"Kei, saya mungkin butuh asisten tapi belum ada calonnya. Kamu ada rekomendasi?" tanya Dev langsung pada inti pembicaraan.
"Kalau untuk saat ini belum ada pak. Bapak butuh kapan ya?" tanyanya lagi.
"Secepatnya, karena saya cukup kerepotan untuk atur semua schedule dengan klien. Atau untuk sementara ini kamu yang jadi asisten saya bagaimana?" kali ini Dev menatap kearah Kei.
"Tapi pak, basic saya nggak ada kesana. Lagi pula saya juga belum pernah ada pengalaman untuk bidang itu pak" jawab Kei menerangkan alasannya mencoba menolak permintaan Dev.
"Kamu hanya urus semua schedule saya, selebihnya kamu bisa kembali mengerjakan tugas kamu yang biasanya. Ayolah Kei, saya juga sudah fikirkan sebelum saya meminta kesediaan kamu. Saya fikir dari semua teman-teman yang lain kamu yang paling tepat, kamu boleh fikirkan dulu besok saya tanyakan kembali kalo kamu mau saya bisa ajukan dengan pak Ronald " Dev mencoba membujuk Kei.
"Baik pak, saya fikirkan dulu. Kalo begitu saya permisi pak" Kei berbalik dan berjalan kearah pintu.
"Kei saya harap jawaban kamu besok seperti yang saya harapkan" kata Dev lagi sedikit berteriak sambil menatap Kei dari belakang yang tangannya sudah menarik gagang pintu ruangannya.
Kei menggangguk pelan dan berlalu dari ruangan itu menuju meja kerjanya.

"Kei. Ngapain lu barusan keruangan Mr. handsome?" Thania menarik tangan Kei dan mengejutkannya.
"Pak Dev minta gue jadi asistennya. Katanya doi kerepotan nyusun schedulenya, tapi gue masih bingung soalnya kan gue gapernah ngerjain begituan" Kei menerangkan detail kejadian didalam ruangan Dev pada sahabatnya itu.
"What? Kenapa harus elu? Kenapa bukan gue atau yang lain?" suara Thania mulai mengusik karyawan lain.
"Berisik. Bisa nggak sih lu biasa aja. Ya gue juga gatau alasannya kenapa doi milihnya gue" Kei menutup mulut Thania.
"Terus lu jawab apaan? Lu nggak nolak kan" Thania melepaskan cengkraman tangan Kei dari mulutnya dan masih penasaran dengan jawaban Kei.
"Gue masih fikirin dulu, besok gue kasih jawaban gue" Jawab Kei singkat.
"Apa sih yang lu fikirin lagi. Lu harusnya bersyukur Mr.Handsome milihnya elu buat jadi asistennya, semua cewe di perusahaan ini bakalan ngiri sama elu" Thania mencoba menggoyahkan alasan Kei untuk menolak permintaan Dev.
"Gue gapeduli mau semua cewe bakalan ngiri sama gue tapi kalo gue ga nyaman ngapain gue terima!" Jawab Kei Ketus.
"Serah lu deh Kei, bingung gue lihat lu. Apa sih yang buat lu ga nyaman?" Thania menatapnya kesal.
"Yaudah kenapa bukan elu aja yang ajuin diri ke doi. Samperin sono, kan elu yang demen banget sama dia" Kei mendenguskan nafasnya, ia mulai kesal dengan jawaban dari Thania.
"Karna doi minta nya elu, bukan gue. Yaudah deh Kei gue males debat sama elu, gue tau lu pala batu sekali nggak ya nggak, gabisa ada yang buat keputusan elu berubah." Thania kembali ke meja kerjanya melanjutkan pekerjaannya.

Dan Kei terlihat tak mengambil pusing sanggahan dari sahabatnya itu, dia pun kembali melanjutkan kesibukannya.

*****

Semusim BerlaluWhere stories live. Discover now