Chapter 6

44 6 4
                                    



Gerry... Jangan pergi... Gerry...
Kei membuka matanya, dengus nafasnya tak beraturan diikuti keringat dingin yang menetes didahinya.
Baru saja tersadar dari mimpi buruknya, belum sempat menyadarkan dirinya sebuah pesan masuk mengusik lamunannya.
"Kei, 1 jam lagi kita ketemu di Mcd kebayoran ada meeting pagi ini kamu ikut dengan saya."
Seolah tak menghiraukan isi pesan itu, Kei kembali merebahkan tubuhnya dan menutup matanya. 5 menit berlalu Kei membuka matanya kembali lalu dengan gusar Kei menendang gulingnya sambil menarik nafasnya dalam.
"Dev, gabisa apa buat gue tenang sehari aja" Kei menggerutu dan berlalu menyiapkan diri untuk memulai rutinitasnya.
Kei melihat kearah jam tangannya, dengan cepat bergegas menuju tempat yang sudah ditentukan oleh Dev.
"Kei" teriak seseorang dari arah parkiran sambil melambaikan tangan kearahnya.
Kei baru saja turun dari ojek yang ditumpanginya lalu menoleh kearah suara yang memanggil namanya dan memaksa senyumnya seketika tahu sipemilik suara.
"Santai Kei, ini nggak akan lama" batin Kei.
Kei berjalan kearah pintu masuk dan diikuti oleh Dev, dari belakang tangan Dev menarik gagang pintu dan membiarkan Kei mendahuluinya masuk. Kei kembali menyunggingkan senyum dibibir tipisnya membalas perlakuan kecil yang baru saja dilakukan atasannya padanya.
"Kamu sudah sarapan?" tanya Dev memulai perbincangan.
"Sudah pak"
"Yakin?"
"Iya pak"
"Kamu mau kopi?"
"Nggak deh pak, saya masih kenyang"
"Oh yaudah saya pesen dulu"
Kei berusaha menolak tawaran Dev hanya untuk menghindari lebih banyak perbincangan antara dia dan Dev, nyatanya perutnya saat itu sedang keroncongan.
Tak lama seseorang dengan postur kurus tinggi menghampiri meja Kei, lalu duduk berhadapan dengannya. Kei tersenyum ramah kearahnya dengan cepat Dev kembali membawa 3 kopi yang sudah dipesannya.
"Selamat pagi pak Fedrick" sapa Dev sembari menjabat tangan lelaki yang baru saja bergabung dengan mereka.
"Hallo pak Dev senang bisa bertemu dengan anda, maaf pak saya meminta waktunya pagi-pagi begini" balas lelaki itu.
"Santai aja pak, oh ya kenalkan pak ini staf saya" Dev mengarahkan perhatiannya kearah Kei.
"Keinara" Kei menjabat tangan lelaki itu.
"Fedrick" jawabnya ramah.
"Oh ya, silahkan duduk pak silahkan dinikmati kopinya" Dev mencairkan suasana.
"Baik pak, kita mulai saja yang akan kita bahas pagi ini." Jawabnya lagi.
Kei mendengar dengan seksama apa yang sedang diperbincangkan oleh dua lelaki yang berada dihadapannya itu. Satu jam berlalu, perutnya masih tetap keroncongan meski sudah menghabiskan segelas kopi yang dipesan oleh Dev. Tak lama dev mengakhiri persentasinya dan kembali berjabat tangan dengan rekan bisnisnya pagi itu.
"Kei tolong siapkan perjanjian kerjasama dengan pak Fedrick ya, nanti kami kirimkan via email pak" sambungnya lagi, dan Kei mengangguk pelan.
"Baik terimakasih untuk meeting hari ini pak, saya harap kita bisa menjalin kerjasama yang baik" balas lelaki yang terlihat sudah seumuran dengan papa Kei itu, lalu bergegas pergi meninggalkan mereka.
Kei duduk terkulai, pandangannya mulai kabur. Dev memperhatikan gelagat Kei yang aneh.
"Kamu kenapa Kei?" tanya Dev curiga
"Nggak kenapa pak" jawab Kei, diikuti suara keroncongan dari perutnya. Dengan cepat Kei menutup perutnya memakai kedua telapak tangannya mencoba menenangkan perutnya agar suara keroncongan tak sampai terdengar oleh Dev.
Tiba-tiba Dev tertawa keras, sepertinya dia mendengar suara yang berasal dari perut Kei.
"Katanya tadi udah makan" Dev masih tak bisa menahan tawanya.
"Em.." wajah Kei memerah menahan malu.
"Yaudah kamu tunggu disini saya pesenin makanan ya" balas Dev bergegas kearah kasir.
Tak lama Dev kembali membawa makanan yang sudah dipesannya.
"Ayo dimakan Kei, tenang aja saya nggak bakalan minta ganti kok" jawabnya bergurau.
"Em, terimakasih pak" jawab Kei masih tetap dengan wajah merahnya itu.
"Lain kali kalo kamu laper itu dibilang jangan ditahan" tegas Dev.
"Saya nggak mau merepotkan pak" balasnya.
"Ya kenyataannya lihat sekarang, kamu lemes kan. Yaudah lanjutin makannya Kei" sambil memperhatikan Kei melahap makanannya.
"Bapak nggak makan?" tanyanya lagi.
"Nggak saya vegetarian, bukannya kamu tahu ya?" Dev meneguk kopinya yang sudah dingin sedari tadi.
Kei mempercepat menyantap makanannya menghindari tatapan Dev, dan tiba-tiba.
"Uhuuukkk, uhuukk" Kei tersedak.
"Astaga Kei, makannya pelan-pelan aja saya nggak minta kamu buru-buru kan" jawab Dev sambil memberinya minum lalu menepuk punggung Kei mencoba membantunya.
"Terimakasih pak" jawab Kei tertunduk malu kembali melanjutkan makannya agar Dev tak menunggu lama.
Setelah selesai melahap makanannya mereka meninggalkan tempat itu berbalik menuju kantor.
Diperjalanan menuju kantor ditengah kemacetan Jakarta, Dev kembali mencairkan suasana.
"Kei kamu sudah punya pacar?"
"Ha? Em.. belum pak"
"Masa sih? Alasannya?"
"Saya belum nemu yang cocok pak"
"Emang kriteria kamu seperti apa?"
Kei terdiam sejenak, menutup matanya lalu menarik nafas panjang terlihat menyiapkan jawaban untuk pertanyaan yang dianggap sudah sangat privasi baginya.
"Yang bertanggung jawab pak"
"Em, sebelumnya sudah pernah pacaran kan?"
"Maaf pak bisa kita bahas yang lain?"
Tiba-tiba saja Dev menginjak rem yang membuat Kei tersentak.
"Maaf Kei, saya nggak ada maksud apa-apa"
"Nggak masalah pak, tapi tolong jangan bahas hal seperti itu dengan saya"
"Oke baik"
Suasana kembali dingin, yang terdengar hanya suara radio yang diputar oleh Dev. Setelah berlalu dari beberapa titik kemacetan menuju kantor Dev langsung menancap gas agar segera sampai dikantor.
"Darimana aja lu" tutur Thania setelah melihat Kei memasuki ruang kerja.
"Nemenin pak Dev meeting tadi pagi"
"Klop banget dah, makin nempel aja nih"
"Gue lagi ga mood adu mulut sama lu"
"Yaela, biasa aja kali"
"Tau ah, gue banyak kerjaan"
Sementara Dev kembali menyibukkan diri diruang kerjanya, dan sesekali melirik kearah meja kerja Keinara yang ditangkap basah oleh Thania.
"Kei" usik Thania
"Apalagi si Thania"
"Tuh, Mr. Handsome liatin lu mulu dari ruangannya"
Kei menghentikan jemarinya yang sedari tadi menari diatas papan keyboardnya, ekor matanya mulai melirik kearah ruangan kerja Dev tapi tak didapatinya seperti yang dikatakan oleh sahabatnya itu.
"Bohong banget lu" jawab Kei gusar.
"Jiah, kelamaan sih lu liatnya"
Kei kembali menatap komputernya, dan tak menghiraukan lagi gangguan dari sahabatnya itu.
Beberapa menit berlalu, Kei merasa seseorang sedang mengawasinya. Kembali ekor matanya melirik kearah ruangan kerja Dev, dan beradu pandang dengan sipemilik ruangan itu. Dev yang tertangkap basah tak dapat menghindari tatapan sinis dari Kei, Dev berubah panik dan menjadi salah tingkah.
Kei menghela nafas panjang, beranjak dari meja kerjanya.
"Maunya apa sih tu orang" batinnya, sambil berjalan menuju toilet.
Tak lama dua orang wanita masuk, sambil membicarakan Dev.
"Eh lu tau ngga manager yang cakep banget dikantor sebelah"
"Oh iya tau, kalo gasalah namanya Dev deh"
"Iya cakep banget tau ngga sih, gue harus dapet nomornya"
"Lu mau taruhan kaga dia belum menikah"
"Terus lu mau apa kalo dia belum menikah?"
"Ya daftar jadi bininya lah"
Mereka tertawa terbahak-bahak, sementara Kei merasa mual mendengar pembicaraan dua wanita yang begitu tergila-gila dengan lelaki yang sama sekali tak menarik perhatiannya itu. Dengan cepat Kei mencuci tangannya dan meninggalkan dua wanita itu yang masih sibuk membahas Dev.
"Demi apa, dimana-mana gue denger nama tu orang. Mereka belum pada tahu aja gimana sifat aslinya, coba aja kalo pada tahu nyesel dah" Kei menggerutu berjalan kembali keruang kerjanya.
Sesampainya didepan pintu, Dev menyelonong berlawanan arah dari datangnya Keinara. Kei menarik diri memberi jalan pada Dev yang akan keluar, Dev berhenti dan melakukan hal yang sama. Kei yang tak ingin beradu pandang dengan atasannya itu melangkahkan kakinya masuk berjalan menunduk.
"Thania, entar malam lu ada acara nggak?" tanya Kei menghampiri sahabatnya itu.
"Nggak sih, kenapa emang?"
"Karokean yuk, udah lama nih nggak gila bareng lu"
"Ngapa lu, tumben amat?"
"Lu mau kaga, gue mastiin nih!"
"Iya-iya santai bu, ngegas gitu. PMS lu ya?"
"Ngga, cuma pengen teriak-teriak aja"
"Yaudah iya, gue temenin"
"Makasi sayang, terbaik emang" Kei tersenyum dan memeluk Thania.
"Makan siang yuk, laper nih gue" ajak Thania
Kei mengangguk dan berlalu meninggalkan ruang kerjanya bersama Thania.
Seperti biasa kantin selalu ramai sampai Kei dan Thania menunggu antrian untuk bisa mendapat tempat.
"Gue ambilin makan, lu cari meja ya" bisik Thania.
"Ok" mata Kei mulai melirik sampai ke setiap sudut ruangan.
Akhirnya Kei menemukan meja kosong dan berlari kearah meja itu, saat ingin menarik bangku tangan Kei ditahan oleh seseorang. Kei menatap kearah orang yang menahan tanganya itu.
"Permisi, saya yang sudah lebih dahulu ambil tempat ini" Kei mencoba melepaskan tangannya dari seorang lelaki muda yang menahan tangannya.
"Oh, silahkan. Saya hanya ingin berkenalan" balas lelaki itu dengan tatapan penuh nafsu.
Kei mencoba melepaskan tangannya dari genggaman lelaki itu, tiba-tiba dari belakang seseorang membantunya.
"Dia pacar saya, ada perlu apa ya?" sambil menyingkirkan tangan lelaki itu dengan kasar.
Kei menoleh dan membalikkan badannya, tersentak mendengar suara yang tak asing ditelinganya itu menuturkan sesuatu yang tak pernah difikirkan olehnya.
"Oh, ok" balas lelaki itu dan berlalu meninggalkan mereka.
"Pak Dev" Kei menatapnya.
"Maaf Kei, saya nggak bermaksud lain hanya ingin membantu kamu saja supaya tidak diganggu lagi" .
Beberapa orang yang ada disekitar mereka melihat kejadian itu dan ada juga yang merekamnya. Setelah kejadian itu, banyak wanita yang mulai menatap sinis kearah Kei.
"Kamu sudah makan?" tanya Dev.
"Saya lagi nunggu Thania pak" jawabnya singkat.
Tak lama, Thania pun menghampiri mereka.
"Eh, ada pak Dev. Bapak sudah makan?" sapa Thania.
"Belum"
"Gabung aja sama kita pak, kebetulan juga kita baru mau makan"
Kei menginjak kaki Thania, menolak respon Thania yang berlebihan.
"Aww, apaan sih Kei. Sakit tahu" Thania meronta.
"Kenapa kamu?" tanya Dev.
"Nggak pak, Thania emang suka gitu anaknya. Bacandaan mulu lu" jawab Kei.
"Udah pak, gabung sama kita aja. Bapak nggak ada temen kan buat makan?" Thania mulai mengusik.
"Ide bagus, Ok. Saya ambil makanan dulu ya" Dev berlalu meninggalkan Kei dan Thania.
"Apaan sih lu" Kei menggerutu pada Thania.
"Yaudah sih, cuma satu meja doang. Lagian kan enak ada yang mau dipandang"
"Gue gamau makan"
"Dih bocah amat, gitu aja ngambek"
"Tau ah, serah lu aja" Kei berlalu meninggalkan Thania.
"Kei... Kei..." Thania memanggil Kei dan tak dihiraukan olehnya.
Dev menghampiri Thania, matanya celingukan mencari Kei.
"Kei kemana?" tanyanya.
"Dia nggak enak badan katanya pak, balik kekantor duluan"
"Terus nggak makan?"
"Nanti saya bawa aja pak kekantor"
Kei yang masih kesal melihat kejadian yang dilaluinya satu hari itu, tiba-tiba berhenti sejenak ditengah koridor menuju ruang kerjanya. Dia menarik nafas panjang, dan mengelus dadanya.
"Sabar Kei" gumamnya.
Ponselnya berdering, pesan masuk diterima.
"Kei, makanan lu gue bawaiin ya" isi pesan Thania
"Nggak usah, gue udah ga mood. Gue balik" balasnya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya.

*****












Semusim BerlaluWhere stories live. Discover now